Devil's Fruit (21+)

Harus Menjawab Teka-Teki Jika Ingin Selamat



Harus Menjawab Teka-Teki Jika Ingin Selamat

0Fruit 1239: Harus Menjawab Teka-Teki Jika Ingin Selamat     

Ketika rombongan Jovano sudah berhasil tiba di Alam Hybrid, ternyata ada beberapa batasan yang menekan mereka. Salah satunya, tak bisa terbang, sehingga mereka harus melakukan perjalanan mencari pecahan jiwa Andrea dengan berjalan kaki atau cara apapun selain terbang.     

Batasan kedua, mereka tidak bisa mengeluarkan kekuatan sihir mereka kecuali yang berhubungan dengan elemen alam seperti api, air, tanah dan lainnya.      

Bahkan Jovano pun tidak bisa seenaknya memunculkan 2 kekuatan terhebat dia: Api Hitam Neraka dan Cahaya Surgawi. Rupanya dia juga dibatasi dalam penggunaan itu. Namun, hingga kini, Jovano masih belum mengetahui sebanyak apa batasan yang diberikan untuk 2 kekuatan super dia itu.     

Di saat Serafima dan Hong Wang sedang berdebat, tiba-tiba muncul suara berat dari sesosok makhluk yang ternyata itu adalah Sphinx.      

Semua anggota tim Jovano mengenal jelas itu adalah Sphinx, salah satu makhluk mitos yang sebenarnya merupakan hybrid dari manusia dengan singa dan elang, ciptaan leluhur iblis.     

Mungkin banyak manusia di Bumi mengira bahwa Sphinx merupakan salah satu anak atau keturunan dari Echidna (ibu dari segala monster) dan Typhon (bapak dari semua monster), namun itu sebenarnya makhluk hasil keisengan para leluhur iblis saja yang menggunakan 'rahim' Echidna sebagai jalan keluarnya Sphinx.      

Meski begitu, hanya iblis level tinggi saja yang mengetahui sejarah asli mengenai ini. Sedangkan bagi Jovano dan timnya, sebagian dari mereka mengenali makhluk Sphinx dari pelajaran sejarah yang didapat di beberapa literatur kuno yang membahas mengenai mitos dan monster.     

"Humph! Rupanya kalian mengenalku yang mulia dan paling cerdas di semesta ini." Dengan tingkah pongahnya, dagu Sphinx terangkat ketika dia berjalan mendekati kelompok Jovano. "Itu bagus, aku mengapresiasi pengetahuan kalian."     

"Ohh, terima kasih kalau kami dianggap cerdas karena mengenalimu." Jovano menyahut. Meski terlihat santai, namun sebenarnya Jovano bersiap siaga. Siapa di semesta ini yang tidak tahu bahwa Sphinx merupakan monster yang sangat kejam? Semuanya tentu tahu.      

Namun, mendadak Pangeran Zaghar berucap lirih, "Dia tidak menganggap dirinya makhluk langka, kan? Aku banyak bertemu ras dia di Underworld, menjadi penjaga seperti patung di rumah-rumah bangsawan elit di bagian selatan."     

"Apa katamu?!" Sphinx mendengar gumaman lirih Pangeran Zaghar saat berbicara pada istrinya, Shona. Suara Sphinx seketika menggelegar memekakkan telinga. "Kau bilang ras kami hanya dijadikan penjaga pintu saja?"     

"Ya. Memang begitu kenyataannya, lalu kenapa?" Pangeran Zaghar rupanya tidak gentar meski kekuatan Sphinx sebanding dengan Hercules sekalipun, dia tidak takut. Walau begitu, sang pangeran tidak menunjukkan wajah arogan dan tetap terlihat rendah hati.     

"Ka-kalian berasal dari dunia mana?" Mendadak, Sphinx mulai waspada pada rombongan di dekatnya itu.      

"Kami dari Underworld." Jovano lekas memberikan jawaban setelah dia menganalisis situasi dengan cepat sebelum ini.     

"Ka-kalian keturunan iblis?!" jerit Sphinx dengan wajah tak menentu.      

"Ya. Kami adalah iblis." Jovano semakin yakin dengan dugaannya, bahwa Sphinx sebenarnya memiliki ketakutan dengan ras iblis. Yah, rasanya semua makhluk di semesta ini memang takut pada iblis, kecuali malaikat dan sekutunya ilegalnya, Nephilim.     

Namun, karena Sphinx sudah mengklaim dirinya sendiri sebagai makhluk cerdas di semesta, dia tentu tak boleh terlihat lemah meskipun di hadapan iblis. Dia masih memiliki kartu hebat yang bisa dia gunakan untuk memperdaya para anak iblis ini.      

"Hm, bagus sekali kalian muncul di depanku, karena kebetulan, aku lapar." Mata licik Sphinx menatap masing-masing dari rombongan Jovano, membayangkan perutnya akan nyaman karena kenyang jika bisa menelan mereka semua.     

Sebagai sosok yang cukup raksasa, napsu makan makhluk satu ini juga tentunya besar.      

"Skriiii! Sejak tadi aku mencoba diam saja tapi ternyata kau sungguh tak tahu diri!" Hong Wang menjerit kesal.      

"Kau burung panggang, diam saja!" gelegar Sphinx. "Biarkan yang mulia nan cerdas ini berurusan dengan para tuan muda iblis!" Ia memelototi Hong Wang, lalu mengabaikan Hong Wang untuk berkata pada Jovano dan yang lainnya. "Kalian sudah menginjak tanah kekuasaanku, dan itu tentunya tidak murah."     

Meskipun Sphinx tahu dia kalah dari iblis dalam banyak hal, namun dia memiliki kepercayaan diri bisa memperdaya para keturunan iblis itu untuk menjadi santapannya.      

"Apa maksudmu? Kau menginginkan uang bayaran masuk kemari?" tanya Pangeran Zaghar.      

"Huh! Uang?!" Pandangan remeh Sphinx terarah ke Pangeran Zaghar.      

"Sepertinya dia tidak butuh uang, Kak Za." Jovano menggeleng. "Dia menginginkan kita bulat-bulat." Karena Jovano suka membaca segala jenis buku sejak kecil, maka dia sudah memahami karakter Sphinx berdasarkan yang dia pernah baca.      

"Menginginkan kita bulat-bulat?" Mata Pangeran Zaghar menyipit, gagal memahami makna kalimat Jovano.      

Shona yang juga suka membaca dari kecil, segera berkata ke suaminya, "Maksud Jo ... Sphinx ingin memakan kita."     

"Dia! Berani sekali dia!" Ketenangan Pangeran Zaghar terusik. Dia hendak memunculkan energi elemen lavanya yang ganas, ketika dia membelalakkan mata karena terkejut. Kekuatan elemen lavanya tidak keluar! "Ini ... apa-apaan ini?"     

Jovano dan yang lainnya pun melihat kejadian itu dengan rasa terkejut yang sama. Sebelumnya, mereka sangat lega karena masih bisa mengeluarkan kekuatan elemen masing-masing, namun ternyata setelah hendak dikeluarkan lagi, itu tidak muncul!     

Setelah memikirkan dan merenung dengan cepat, Jovano seakan mendapatkan jawaban dari keanehan ini, namun dia tidak akan memberitahukannya pada mereka saat ini. Nanti saja seusai mereka mengurus Sphinx sombong ini.     

Bagaimana pun, Sphinx dikenal akan kekuatan dan kecepatan gerakannya. Jika saat ini mereka tak bisa terbang dan kehilangan kekuatan sihir dan juga elemen, maka yang terbaik adalah menggunakan kekuatan murni tubuh mereka.      

Namun, pertanyaannya, apakah gabungan dari mereka semua sanggup mengalahkan Sphinx yang bertubuh raksasa sebesar Noir dan cepat pula?     

Mengetahui karakter Sphinx di alam Hybrid ini sepertinya sama dengan yang ada di buku kuno yang dia baca, Jovano pun memberanikan diri maju. "Katakan apa syaratmu agar kami bisa melewati bukti ini tanpa perlu bersinggungan denganmu."      

"He hee ...." Sphinx terkekeh senang dan mulai mengajukan syarat khas dia pada semua makhluk yang tak sengaja menginjak teritorinya. "Aku ini orang yang pemurah hati. Syaratku hanyalah ... kalian bisa menjawab pertanyaan dariku, maka kalian bisa melenggang di bukit ini tanpa perlu khawatir mengenai apapun."     

"Hm, hanya harus menjawab pertanyaan darimu saja, kan?" Jovano benar-benar yakin akan dugaannya.      

"Ya, cukup itu saja. Menjawab teka-teki yang aku ajukan. Dan kalau kalian tak bisa menjawabnya, maka aku berhak menelan kalian bulat-bulat." Inilah ciri khas karakter Sphinx sejak jaman dahulu mula. "Tapi, kalian bisa memilih. Aku kejar begitu saja kalian satu demi satu sebagai mangsaku, atau mencoba peruntungan dengan menjawab teka-teki dariku."     

Rupanya Sphinx sangat percaya diri dengan kekuatan dirinya. Apalagi ketika tadi dia melihat saat Pangeran Zaghar gagal memunculkan kekuatan sihirnya, ia makin yakin bahwa anak-anak iblis di depannya ini hanyalah apes saja terdampar di alam ini.      

Jika dia memangsa mereka, memangnya orang tua mereka akan membalaskan dendam? Iblis memiliki jutaan anak dan pasti takkan keberatan jika salah satunya mati.      

Namun, Sphinx masih ingin mempermainkan calon-calon mangsanya ini melalui teka-tekinya, karena dia begitu sombong akan kepandaiannya.     

"Baiklah, beri kami pertanyaan." Jovano mengangguk setuju dan yakin akan kecerdasan yang dia miliki pastinya tidak kalah dari Sphinx, ya kan? Sementara yang lainnya berdebar menanti teka-teki dari Sphinx.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.