Devil's Fruit (21+)

Hong Wang yang Bersikap Abai



Hong Wang yang Bersikap Abai

1Fruit 1244: Hong Wang yang Bersikap Abai     

Tak begitu lama, datanglah kawanan Hippogriff yang sebelumnya dan mereka mulai menerjang maju ke kawanan Harpy.      

Ini mengejutkan bagi Harpy. "Hei! Dia bukan Griffin! Untuk apa kalian bantu?!" teriak mereka.     

Namun, Mogu yang berada paling depan dari kawanannya, tidak perduli. "Kami adalah pelayan semesta dan akan selalu menegakkan keadilan sebagai ras Griffin, jadi ... enyah kalian semua!"     

Meski kawanan Harpy berjumlah banyak sampai hampir seratus, namun sebagian sudah tumbang oleh Jovano dan timnya, terutama oleh Jovano yang menggunakan cambuk tulang milik ibunya.      

Selain itu, Hippogriff yang sering berperan sebagai salah satu pelayan Semesta, mereka seperti Griffin yang membawa keadilan di alam tersebut. Terkadang, Hippogriff bisa meminjam kekuatan petir Semesta yang menakutkan, selain kekuatan fisik mereka sendiri sudah luar biasa.      

Karena memahami konsekuensinya jika berurusan dengan para Hippogriff, maka kini ketua dari Harpy pun berteriak, "Mundur!" Dan Harpy lain segera bergerak menjauh dari Noir dan para Hippogriff.     

Setelah kepergian kawanan Harpy, langit kembali tenang.      

"Terima kasih!" Jovano sedikit membungkukkan punggungnya ke Mogu sebagai tanda terima kasih. Kebiasaan orang Jepang mempengaruhi sikap Jovano sehingga dia melakukan ojigi (sikap membungkukkan badan sebagai rasa terima kasih atau memohon secara sopan dari budaya orang Jepang) sambil duduk.      

"A-ahh! Tidak apa-apa, ini bukan apa-apa, he he ...." Mogu tersipu mendengar ucapan terima kasih tulus dari Jovano. "Apakah kalian terluka?"     

"Tidak. Kami baik-baik saja, tapi kedatangan kalian sungguh sebuah pertolongan untuk kami yang lemah ini." Jovano sebagai ketua tim, terus berbicara mewakili timnya.      

"Kalau begitu, kami bisa mengawal kalian. Hendak ke mana?" tanya Mogu dengan mata bersinar senang seolah mendapatkan kesempatan baik.      

"Mogu! Kau yakin?" desis salah satu Hippogriff yang terbang di dekat Mogu.      

"Ya, aku yakin." Mogu mengangguk yakin.     

"Tapi kita masih harus pergi ke suatu daerah di area Morogana untuk memeriksa sesuatu pula di sana, kan?" Teman Mogu lainnya berkata.      

"Um, kalau begitu, bisakah kita membagi jadi dua kelompok?" Mogu bertanya pada temannya yang dianggap kepala kelompok.      

"Mogu, kekuatan kita sekecil ini, kalau masih dibagi menjadi dua kelompok, bukankah itu akan membahayakan kita?" Yang lain mencoba mengembalikan logika Mogu.      

"Kalau sampai kita terlambat ke sana dan Kelompok Defta akan tiba di sana menggantikan kita, tentu kita akan kehilangan muka di depan Semesta!" Ketua Hippogriff mengingatkan mengenai masalah itu.      

Menggigit gerahamnya, Mogu pun membuat keputusan. "Baiklah, aku akan mengawal mereka ini, sendirian saja, tak apa!"     

"Mogu!" Hippogriff yang lain serempak terkejut mendengar keputusan Mogu.      

"Jangan menyusahkan dirimu." Noir berbicara saat Jovano terdiam menunggu para Hippogriff. Mereka menoleh ke Noir. "Urusan kalian tentu lebih penting, maka kalian harus lekas melakukan sesuai perintah yang diberikan, dan kami akan meneruskan perjalanan kami. Permisi dan terima kasih."     

Karena Noir sudah hendak melanjutkan terbangnya, Jovano dan yang lainnya tak bisa berbuat banyak untuk menentang Noir dalam masalah ini dan mereka serempak mengucapkan terima kasih dan pamit pada para Hippogriff.     

Setelah itu, Noir pun mulai mengepakkan sayap lebih kerap dan terbang meluncur di angkasa.      

"Paman, kau yakin kau tidak ingin dikawal yang bernama Mogu?" Jovano menepuk leher Noir.     

"Hm, Pangeran, sebaiknya kita jangan terlalu menimbulkan kerepotan pihak lain di alam ini. Sepertinya akan lebih nyaman jika kita bepergian dengan kelompok kita saja." Noir menyampaikan yang ada di benaknya.      

Jovano menyerah. "A-ahh, ya, sepertinya memang demikian, aku tak bisa lebih setuju dari ini, Paman."     

Yang lain pun mengangguk setuju saja jika pemimpin mereka sudah mengatakan demikian.      

Kemudian, datanglah Hong Wang mendekat ke Noir.      

"Burung sialan! Kemana saja kau tadi ketika kami diserang Harpy?!" seru Serafima sambil menatap geram ke Hong Wang.     

"Skrriiii! Aku sedang berjalan-jalan melihat suasana!" Hong Wang mengangkat paruhnya dengan aura acuh tak acuh.      

"Kau! Kau harusnya membantu kami karena kau yang tidak mendapatkan pembatasan dari alam ini!" Serafima masih belum terima akan sikap Hong Wang yang bagaikan pengkhianat.     

"Huh! Memangnya apa urusan aku dengan hal itu? Skrriii! Dengan aku bersedia menjadi pemandu jalan bagi kalian mencari jiwa bocah itu saja kalian harusnya sangat berterima kasih padaku dan berlutut pada Yang Mulia ini, skriiii!"     

"Kau, dasar-" Betapa geramnya Serafima atas sikap seenaknya Hong Wang.     

"Sudah, sayank, sudah ...." Jovano menenangkan kekasihnya, menepuk-nepuk punggung tangan Serafima yang berada di pinggangnya. "Om Ver benar, dia memang tidak ada kewajiban untuk bertempur demi kita. Maka, biarkan saja dia ingin bagaimana, yang penting dia tetap menjadi pemandu kita."     

Wajar jika Hong Wang tidak memiliki keterikatan hubungan dengan tim Blanche karena selama ini, sejak Hong Wang masuk ke tubuh Andrea, dia hanya diam saja di sana dan mengubur dirinya dengan tenang di pikiran Andrea dan hanya sesekali keluar ketika berlatih tanding dengan Andrea.     

Meski itu latih tanding, tapi Hong Wang lebih banyak menggunakan momen itu untuk meledek Andrea kapanpun Andrea kalah darinya meski dalam alam pikiran saat Andrea terlelap.      

Oleh sebab itu, sungguh masuk akal apabila Hong Wang tidak merasa iba atau memiliki kebutuhan untuk menolong kelompok Jovano karena memang petualangan ini tak ada sangkut pautnya dengan dia.      

Dia patuh menjadi pemandu jalan juga karena takut dengan ancaman King Zardakh, bukan karena rasa sayang pada Andrea.     

Jovano pun tidak ingin berlarut-larut menyalahkan siapapun. Jika memang Hong Wang tidak bersedia ikut bertempur dan hanya ingin menjadi pemandu, maka biarlah begitu. "Anggap saja, sekarang kita harus memperkuat diri kita sendiri, oke!" imbuhnya.      

"Ya, sepertinya memang harus begitu." Shona setuju dengan ucapan Jovano.      

"Betul, Kak Jo! Dengan kita mandiri menghadapi musuh sendiri begini, kita juga akan mempertebal kekuatan kita! Kalau begini, tidak sia-sia dulu kita digembleng di alam Schnee, ya kan?" Gavin ikut berkomentar.     

"Ahh, iya benar! Penggemblengan di alam Schnee!" Jovano lalu tertawa. Sungguh beruntung mereka dulu pernah dilatih secara gila di alam milik kakeknya, alam ganas yang dinginnya melebihi Kutub Selatan.      

Sementara, Pangeran Zaghar harus meminta penjelasan mengenai itu pada istrinya. Apa itu alam Schnee dan penggemblengan di sana. Shona pun menceritakan secara tekun ke suaminya apa-apa saja yang terjadi di sana dulunya.      

Usai mendengarkan cerita Shona, Pangeran Zaghar terkagum-kagum. "Ternyata kemampuan bertempur kalian yang hebat meski masih muda adalah hasil pelatihan keras di alam itu. Baginda Zardakh memang luar biasa idenya."     

Serafima yang ikut mendengar cerita Shona pun hanya terdiam. Antara iri dan kesal karena tidak lebih dini berkenalan dengan tim Blanche ini. Sepertinya pelatihan di alam Schnee sangatlah menyenangkan.     

Sebagai gadis tomboi yang senang melakukan kegiatan fisik, tentu Serafima dengan mudah merasa iri pada pengalaman tim Blanche.      

"Hooiii! Tunggu! Tunggu aku!" Dari arah belakang, terdengar suara yang mereka kenali.      

"Mogu?" Gavin tertegun saat dia menoleh ke belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.