Devil's Fruit (21+)

Cakrawala Tersibak



Cakrawala Tersibak

2Fruit 1090: Cakrawala Tersibak     

Pembasmian besar-besaran pada makhluk asap hitam terus berlanjut di berbagai belahan bumi manusia. Sebagai iblis, tentu saja mereka senang berperang dan membuat takut pihak lain. Maka, meskipun para iblis itu memiliki tujuan sama dengan makhluk asap hitam, mereka toh tetaplah iblis.     

Setelah kondisi di bumi manusia benar-benar sudah tentram tanpa gangguan dari makhluk asap hitam, akhirnya tim Andrea bisa bernapas lega karena kehidupan menjadi kembali normal. Tidak ada lagi huru-hara tak perlu di sekitar mereka yang mengakibatkan suasana jadi mencekam.      

Oleh karena itu, para siswa dan pekerja mulai kembali aktif. Ini termasuk juga dengan Andrea mengeluarkan Zivena, Kiran dan Shelly dari Alam Cosmo. Semuanya sungguh terasa damai.     

Meskipun begitu, tim Blanche selalu siaga.      

"Ingat, kantong kain ini harus selalu ada di dekat tubuh kalian, ngerti?" Andrea menyerahkan kantung omamori warna pink dan merah pada Zivena dan Kiran. Zivena memilih yang pink dan Kiran yang merah. "Di dalamnya, ada perlindungan untuk kalian, dari makhluk kancut dan juga serangan vampir. Harus selalu kalian pakai, yah!"     

"Iya, Aunty, terima kasih." Kiran menerima kantung omamori dan menyimpannya di cincin ruang dia. Sang ayah sudah membelikan sebuah cincin ruang untuknya. Sedangkan Gavin sudah memiliki cincin ruang dari King Zardakh sewaktu pelatihan di alam Schnee sebelum penyerangan ke kutub selatan.      

"Aku ... aku ingin pakai di mana enaknya yah Mam?" Zivena menatap kantung kain warna pink dengan bordiran indah itu.      

"Sepertinya Mama harus belikan kamu cincin ruang juga seperti Ranran." Andrea baru teringat hanya Zivena yang belum memiliki cincin ruang di antara mereka.      

Zivena menggembungkan pipinya penuh aura keluhan. "Sepertinya hanya aku yang dibedakan di sini."      

"He he ... tidak, kok sayank. Mama cuma kelupaan kalo kamu belum punya. Maaf, yah! Nanti akan Mama belikan atau mungkin Mama bisa bikin sendiri." Andrea berjongkok di depan anak bungsunya.      

Bocah itu memutar bola matanya mendengar ucapan sang ibu. "Sebaiknya kau tidak mudah berjanji, Mam. Jika memang kau yakin bisa membuatnya, maka kau harus membuat. Tapi kalau kau tidak yakin, lebih baik berterus terang dan jangan berikan harapan palsu padaku." Dia mulai dengan celoteh kotbahnya.     

"Haiihh! Iya, iya, nanti Mama belikan! Isshh, bawelnya ..." Gemas, Andrea mencubit lembut pipi tembam sang putri.      

"Nah, apakah kalian semua sudah siap?" Kenzo muncul dari luar menuju ke ruang tengah. "Ayo kita berangkat." Dia sudah menyiapkan mobil untuk mengantar anak-anak ke sekolah masing-masing.      

Seketika, Andrea jadi teringat akan Ivy dan hatinya berdenyut sakit, ia pun mendesah ketika menyaksikan para bocah keluar sambil menenteng tas masing-masing dengan wajah riang penuh antisipasi karena sudah lama tidak bersekolah sejak adanya bencana supernatural.      

"Hghh ... Ivy ..." Andrea berbisik lirih dan balik badan untuk mulai bersiap ke Adora pula.      

-0-0-0-0-     

"Hei, bisa gak sih kagak perlu sok jadi bang jago?" ketus Vargana ketika melihat kedatangan Pangeran Abvru memakai motor besar sejenis Harley Davidson untuk menjemput Vargana dari sekolahnya.      

Vargana kesal karena dengan penampilan seperti itu, sudah pasti menimbulkan banyak perhatian tertuju kepada sang tunangan. Apalagi dengan setelan pakaian kulit warna hitam ala preman dari luar negeri. Dia malu!      

Tapi, Pangeran Abvru salah mengerti dan berkata, "Ohh .. Va, my dearest ... aku sangat terharu dengan kecemburuanmu." Ia melepas kacamata hitam besar dari wajahnya sambil menyisir rambut klimisnya menggunakan jari, yang sepertinya terlalu banyak terpapar jel rambut.      

"Cemburu pantatmu!" pekik Vargana kesal karena calon suaminya sungguh tidak peka berdandan terlalu norak. Ini Jepang, bukan Amerika!      

"Sini, my dearest ... taruh pantatmu di sini saja, oke?" Pangeran Abvru menepuk jok belakang pada motor besarnya.      

"Gak mau!" tolak Vargana tegas dan mulai berjalan saja. Lebih baik dia naik taksi ketimbang malu duduk di boncengan motor calon suaminya.      

Baru saja Vargana melangkah beberapa jangkah, dia menjerit kaget, "Aarrghh! Abvru!" Dia tidak menyangka sang tunangan mengangkat tubuhnya begitu saja dan ditaruh pada boncengan motornya.     

"Aiihh, so sweet sekali, yah!" gumam kecil pelajar satu sekolah Vargana.     

So sweet gundulmu! Batin Vargana berteriak.      

"Kenapa gadis itu malah berontak dan tak mau dibonceng di motor itu? Padahal kan itu motor mahal, keren pula!" tukas gadis lainnya mengomentari ketika Vargana berjuang menolak duduk di boncengan.      

"Mungkin dia hanya tsundere!" bisik teman di sebelahnya.      

"Atau pura-pura tsundere supaya terlihat menggemaskan!" bisik yang lainnya secara kejam melirik iri ke Vargana.      

Rasanya Vargana ingin mencabik-cabik siswi-siswi biang gosip nyinyir itu, tapi dia malah mendapatkan ide baru karena dia melihat aura kecemburuan di mata mereka. Segera saja Vargana berubah seratus delapan puluh derajat, menjadi lebih halus menanggapi Pangeran Abvru.      

"Abvru ... oke, oke, aku patuh padamu. Aku memang tidak berdaya kalau kau sudah berkehendak, ya kan Pangeran?" Suara Vargana mendadak mendayu berbisa. Ini jelas mengagetkan sang pangeran.      

"Pangeran? Lelaki itu seorang pangeran?!" pekik tertahan salah seorang dari mereka.      

"Ya dewa! Dia pangeran! Tapi dari negara mana, yah?"     

"Sepertinya salah satu negara Eropa. Lihat, mukanya sangat Eropa sekali!"     

"Ya ampun, beruntung sekali si tsundere itu!"     

Vargana menambahkan garam pada ular-ular penggosip itu dengan merangkul mesra pinggang Pangeran Abvru yang sudah mulai duduk di jok depan. "Pangeranku ... apakah kita akan jalan-jalan? Atau bersenang-senang di tempat lain seperti biasanya?"     

Ucapan bermuatan kevulgaran dari suara genit Vargana mencekik para siswi penggosip tadi. Vargana sudah mendapatkan si pangeran itu luar dalam!     

"Sepertinya aku akan membawamu ke penthouse-ku saja, sayank. Kau siap meladeniku?" tanya sang pangeran mulai menyalakan mesin motornya.      

"Apapun untukmu, Pangeran kaya sayankku." Vargana makin mengetatkan pelukannya pada pinggang calon suaminya. Lalu, derum suara motor itu pun mulai meraung meninggalkan depan gerbang sekolah Vargana.      

Di jalan, setelah jauh dari sekolahnya, tangan Vargana lekas melepaskan belitannya pada pinggang Pangeran Abvru dan dia menegakkan punggung agar dadanya tidak perlu menempel pada punggung sang pria.      

"Sudah puas aktingnya, sayank?" tanya Pangeran Abvru sambil menoleh sebentar ke belakang untuk melihat Vargana. Gadis itu menjulurkan lidahnya ketika pandangan mereka bertemu.      

Vroomm!     

Motor dihentak sehingga Vargana mau tak mau terdorong ke belakang dan secara refleks dia pun berpegangan erat ke pinggang Pangeran Abvru karena kaget, khawatir akan jatuh. Calon suaminya tertawa lepas karena taktik isengnya berhasil.      

"Abvru kancut!!!" teriak Vargana sambil mulai jauhkan tubuh dari tunangannya.     

Seketika, keduanya merasa ada yang aneh dengan langit di atas mereka. Cakrawala bagai tiba-tiba mulai memunculkan jejak warna kelabu gelap seakan hendak ada badai besar. Tak lama kemudian, angkasa perlahan tersibak, terbuka dan menyemburkan keluar banyaknya makhluk asap hitam dari robekan langit kelam tersebut.      

"Oh, shit!" umpat Vargana tak bisa ditahan ketika melihat kejadian di atas sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.