Tidak Selamanya Bisa Ditindas dan Patuh
Tidak Selamanya Bisa Ditindas dan Patuh
Mata Andrea seketika berisi kilatan marah ke ayahnya. Dia teringat bagaimana Vargana dan kelompoknya hampir saja tidak pernah kembali ke dunia ini gara-gara monster itu. Bahkan dia sudah melihat kekuatan mengerikan monster itu bila sedang melahap mangsa.
Dan ternyata ... itu peliharaan ayahnya dan ditaruh di Cosmo?! Apakah King Zardakh sudah bosan bernapas?
Sebelum Andrea bertindak melampiaskan kemarahannya pada sang ayah, Dante sudah memeluk istrinya terlebih dahulu. "Sayank, tenangkan dirimu. Jangan gegabah."
"Grrhhh! Dia! Dia bisa-bisanya seenak dengkulnya naruh makhluk sekejam itu ke alam ini! Gimana aku kagak murka!" raung Andrea sampai membuat beberapa anggota tim Blanche lain mendatangi pondok untuk tahu apa yang sedang terjadi.
Setelah Andrea menjelaskan mengenai apa yang membuat dia marah, yang lainnya hanya bisa terdiam, tidak berani berucap apapun karena itu mengenai King Zardakh. Memangnya ada selain Andrea yang berani pada sang raja di tempat itu?
"Hghh! Nak, ayahmu ini tidak ingin terlalu basa-basi mencari alasan ataupun ucapan manis untuk membujukmu mengenai Monster Tarazqo. Yang penting, Ayah menyembunyikan itu di Cosmo sudah dengan pertimbangan baik." Baginda King Zardakh sama keras kepalanya seperti Andrea dan saat ini Beliau memang tidak berencana membujuk dengan kalimat manis pada putrinya.
"Lu harus tau, yah! Vava, suaminya dan 2 anak Bree nyaris mati di makan tuh monster sialan!" teriak Andrea ke ayahnya.
"Tapi mereka tidak mati, kan?" balas King Zardakh. "Mereka masih hidup saat ini, kan?"
Andrea kehilangan jawaban untuk membalas ucapan ayahnya. "Tapi ... tetap saja itu membuat Cosmo jadi tidak damai! Bayangkan jika saat itu yang masuk adalah keturunanmu lainnya yang belum bisa menggunakan tenaga kuat untuk melawan monster itu!"
"Untuk apa ini dibahas panjang lebar, Andrea?!" King Zardakh, tanpa diduga bisa membentak putrinya ini meski biasanya dia terlihat lemah di depan Andrea. "Yang pasti, Vava dan rombongannya tidak mati, lalu ... monster itu sudah tidak ada di sini ... dan monster itu bahkan sudah diambil oleh Djanh! Itu justru sebuah kerugian bagiku! Bagaimana kau hendak memberi kompensasi untuk ayahmu ini, hah?"
Melihat ayahnya mendelik lebar, Andrea cukup kecut juga, tidak mengira sang ayah bisa bersikap keras pada dirinya. Selama ini dia mengira dia bisa melakukan apapun terhadap ayahnya karena sang ayah sangat patuh dan tidak berani cari gara-gara padanya.
Tapi sekarang ....
"Putri Andrea, sudah ...," Pangeran Abvru menengahi pertengkaran ayah dan anak itu. "tidak perlu bertengkar dengan ayahmu. Yang penting, aku dan yang lainnya tidak kenapa-kenapa dan bisa selamat dari monster itu."
"Dengarkan dia!" King Zardakh berseru sebelum dia akhirnya menghilang dari Cosmo.
Rupanya, King Zardakh tidak selamanya bisa ditindas dan dibuat patuh oleh Andrea.
.
.
Di malam harinya ketika Andrea dan Dante berada di atas tempat tidur mereka, sang suami berusaha menenangkan istrinya yang masih gusar mengenai ayahnya.
"Sayank, sudah ... tidak usah dipikir marah lagi, yah!" bujuk suaminya. "Ambil segi positifnya saja dan syukuri bahwa semua hal terlaksana dengan baik dan tidak ada yang celaka."
"Aku gak tau apakah dia masih menempatkan makhluk berbahaya lainnya di Cosmo ini." Andrea lirih berucap sambil dia memeluk lututnya saat duduk di atas kasur.
"Tidak, tidak, sepertinya tidak." Dante mengelus punggung sang istri agar Andrea tenang.
Andrea segera menoleh ke Dante dan menatap mata suaminya dengan pandangan berapi-api. "Besok, ayo kita telusuri seluruh alam Cosmo dan periksa apakah ada makhluk lainnya yang berbahaya ada di sini."
Dante tak tahu harus menanggapi apa akan kegelisahan sang istri.
-0-0-0-0-
Maka dari itu, di pagi harinya, setelah mengumpulkan anggota Blanche yang senior, Andrea berkata, "Karena sudah ada pengalaman buruk tentang monster peliharaan babehku, maka aku di sini minta ke kalian untuk ikut bareng aku, menelusuri alam Cosmo ini, siapa tau masih ada monster lainnya ditanam di alam ini dan berbahaya untuk kita."
Dante, Kenzo, Rogard, Kyuna dan kedua pangeran kembar hanya bisa saling menatap setelah mendengar ucapan Andrea.
"Putri, kau yakin mengenai itu?" tanya Kenzo hanya sekedar memastikan saja.
Andrea mengangguk. "Aku tidak mau ada bahaya lagi bagi penghuni di sini." Ia menatap orang-orang di depannya bergantian dan bertanya, "Apakah kalian bersedia? Kalau kagak mau, yah aku juga kagak maksa, sih! Hanya minta kesediaan dan kerelaan kalian aja untuk bersama-sama menjaga keamanan di sini."
Kalau Andrea sudah berkata demikian, mana bisa mereka menolak? Semuanya mengangguk.
"Duo pangeran, kalau kalian keberatan karena masih pengantin baru, siapa tau bini-bini kalian mewek kalau kalian lama pergi, mendingan kagak perlu ikut, gak apa-apa." Andrea menatap kedua pangeran dari Isvax. Dia tidak mau disalahkan Shona dan Vargana apabila terjadi sesuatu pada suami mereka.
"Kami yakin istri kami tidak keberatan jika memang Tuan Putri mempercayai kami untuk ikut menelusuri alam ini demi keamanan penghuni sini." Pangeran Zaghar menjawab Andrea. Wajahnya terlihat begitu tenang.
Anggukan puas muncul dari Andrea ketika mendengar kalimat yakin Pangeran Zaghar. "Baiklah. Nanti siang sesudah makan, kita kumpul di belakang pondok. Kalian bisa pamit ke istri-istri kalian terlebih dulu, siapa tau bakal ada perjalanan beberapa hari gak pulang ke pondok."
"Baiklah, Tuan Putri." Kenzo dan kedua pangeran kembar menyahut Andrea disertai anggukan kepala.
-0-0-0-0-
Pada keesokan siangnya, selesai makan, orang-orang yang sudah ditetapkan ikut Andrea pergi menelusuri alam Cosmo pun berkumpul di belakang pondok. Para suami sudah pamit pada istri mereka dan diizinkan. Siapa yang berani menolak Andrea yang berkuasa di tempat ini?
"Hati-hatilah." Shona berpesan pada suaminya ketika dia ikut ke belakang pondok untuk mengantar kepergian Pangeran Zaghar.
"Tentu saja. Kau tenang dan tunggu aku pulang, yah!" Pangeran Zaghar mengelus lembut pipi istrinya. Shona mengangguk diiringi senyum manisnya.
Pangeran Abvru sangat iri akan itu. Vargana tidak mau seperti Shona. Tapi yah, karakter orang berbeda-beda, ya kan?
"Oke, kita berangkat sekarang kalo gitu." Andrea mengomando kelompoknya. Ia menghadap ke arah timur, hendak memulai perjalanan dari bagian sana.
"Mom, tunggu!" Terdengar Jovano berseru dari kejauhan mendekat ke ibunya.
Saat Jovano sudah melesat dan tiba di hadapan sang ibu, Andrea berkata ke putra sulungnya, "Jo, kamu gak usah ikut, kamu di sini aja, jagain yang lainnya."
Andrea menepuk bahu anak sulungnya disertai wajah penuh pengertian akan sang putra yang pastinya tidak ingin berdiam diri saja di pondok sementara ada yang hendak melakukan sebuah tugas berbahaya selama berhari-hari.
Bagi Andrea, memiliki putra yang pemberani dan tangkas seperti Jovano merupakan sebuah keberuntungan tidak terkira dalam hidupnya. Tapi, Andrea tetap saja tidak ingin Jovano ikut dalam tugas berbahaya ini.
"Gak gitu, Mom." Jovano menjawab. "Aku bukannya ingin ikut, tapi mo kasi tau, kalo Opa gak naruh monster lainnya selain monster Tarazqo di Cosmo."