Shiro Melakukan Investigasi Pada Ivy
Shiro Melakukan Investigasi Pada Ivy
Kuro masih bertanya-tanya mengenai suara Ivy, ketika dia mendengar saudara kembarnya sudah ada di kamar Ivy. Heh?!
"Hai, Ivy." Shiro telah berada di ambang pintu kamar Ivy sesudah dia mengetuk dan langsung membukanya.
Ivy yang sedang bernyanyi pun secara otomatis menghentikan nyanyian dia dan menoleh ke pintu. Ia melihat Shiro di sana, berdiri tampan dan dingin, namun kini di wajah dingin Shiro terdapat sebuah senyuman. "Ya."
Tanpa menggubris dirinya disahut singkat, Shiro mendekati Ivy yang berada di atas tempat tidur, sedang memegang ponsel. Dandanan mencolok Ivy seperti biasa yang dipakai gadis itu.
"Ivy, suaramu bagus sekali." Shiro berkata. "Apakah kau hendak masuk ke divisi penyanyi di Adora? Aku yakin kau akan lekas melejit dengan suara sebagus itu." Tanpa ragu-ragu, dia berucap demikian pada Ivy.
Shiro yang biasanya irit kata dan banyak bertindak sebagai pengamat saja, kini dia telah bergerak terlebih dahulu. Ini sungguh jarang dari dia.
Ivy tersenyum tipis sembari mata dia tetap lekat menatap Shiro untuk menunjukkan sikap waspada dia ke hybrid putih itu. Meskipun dia sudah tau Shiro adalah anak angkat ibunya jauh sebelum dia lahir, namun Ivy tidak pernah merasakan kedekatan apapun pada Shiro maupun Kuro.
"Tidak "
"Tidak? Kau tak ingin memamerkan suara indahmu ke Adora atau ke publik?"
"Tidak untuk saat ini."
"Kenapa?" Shiro kini memberanikan diri duduk di tepi ranjang Ivy.
"Ini urusanku." Ivy masih waspada.
"Ohh, ya ... Itu benar. Memang urusanmu. Maaf. Ini karena aku menganggap terlalu sia-sia jika suara sebagus milikmu disembunyikan begitu." Shiro menampilkan wajah menyesal.
"Hn." Ivy terus menatap waspada ke Shiro.
"Tumben sekali kau bernyanyi, Ivy? Apakah hatimu sedang senang? Sungguh, aku tidak menyangka kau memiliki suara seindah itu."
"Kau tak perlu mengetahui aku sedang senang atau tidak "
Shiro mengangguk beberapa kali tanpa merasa tersinggung atas dinginnya tanggapan Ivy. "Baiklah, aku hanya ingin mengatakan itu saja." Kemudian, si hybrid putih pun bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar tersebut.
Di luar kamar Ivy, ternyata sudah ada Kuro yang menunggu. "Kau-"
"Jangan gunakan suara biasa di sini." Shiro lekas memberikan telepati ke saudara kembarnya.
Kuro tertegun sejenak ketika mendapat telepati dari kembaran dia. Lalu ia pun mengikuti Shiro ke kamar.
Shiro kemudian bercakap-cakap dengan sang kembaran menggunakan kekuatan telepati mereka.
'Jangan lagi pakai suara biasa di mansion ini jika ada Ivy.'
'Kenapa?'
'Karena dia bisa mendengar pembicaraan di seluruh mansion.'
'Ehh?! Kau serius?'
'Ya.'
'Dari mana kau tau tentang itu?'
'Hasil pengamatan. Dan semakin aku yakini setelah barusan aku mendatangi kamarnya.'
'Ya, benar! Kenapa kau harus datang ke sana? Ke tempat sarang ratu es yang kejam.'
'Tsk! Jangan bicara seperti itu. Bagaimana pun juga, dia tetaplah anak dari mama.'
'Kalau dia tidak mengakui Mama, maka aku juga tidak akan mengakui dia.'
'Aku sudah memperingatkan kamu, loh!'
'Sudah, jangan bahas itu. Bahas saja kenapa kau bisa mengatakan seperti tadi? Soal ivy.'
'Hm, itu. Aku tadi tanpa bersuara apapun mendekati kamarnya dan ketika aku belum mengetuk pintu kamar dia, Ivy sudah menghentikan nyanyiannya. Itu menandakan dia tau aku ada di depan kamarnya.'
'Hanya dari itu?'
'Hal itu aku ketahui dari sebelum-sebelumnya juga, hitam bodoh.'
'Hei, jangan memulai!'
'Sepertinya dia memiliki kekuatan pendengaran super, sama seperti kita para ras iblis.'
'Hm, wajar saja, kan? Dia anak dari vampir. Katanya sih ras mereka juga memiliki pendengaran super.'
'Kau tau yang lebih mengerikan?'
'Apa?'
'Bahwa aku memiliki keyakinan Ivy sering menggunakan kekuatan dia itu untuk menguping pembicaraan orang-orang di mansion ini.'
'Hah?! Bagaimana kau tau?'
'Aku pernah mengamati dia yang menatap lekat Mama dan Papa di taman sakura di belakang. Saat itu Ivy ada di balkon kamarnya dan ekspresi wajah dia terdapat fluktuasi yang aku yakin bukan sesuatu yang baik.'
'Ya ampun! Jadi ... dia sering menguping percakapan kita di sini dan juga ... Ohh, ini memang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dia memang bocah menyebalkan! Andai dia bukan anak Mama, sudah aku pukuli pantatnya sampai dia tak memiliki pantat! Urrghh!'
'Tadi aku sewaktu masih di depan mansion, aku diam-diam berbisik sangat lirih untuk menguji ivy.'
'Heh? Apa yang kau bisikkan?'
'Bahwa aku ingin menerkam dia nanti jika aku masuk ke kamarnya.'
'Hah?! Kenapa kau membisikkan itu?! Kau ini putih gila, yah!'
'Dengarkan aku dulu, tolol!' Shiro menatap tajam ke saudara kembarnya yang duduk berhadapan dengan dia di kamarnya. Mereka hanya saling tatap tanpa mengatakan apa-apa dari mulut mereka. Mulut terus terkatup rapat. Sepenuhnya semua menggunakan kekuatan telepati.
'Aku semakin yakin dia bisa mendengar suara sekecil apapun di mansion selama ini karena begitu aku selesai berbisik seperti itu, ketika aku masuk ke kamarnya, dia terus saja bersikap waspada padaku.'
'Bersikap waspada bagaimana maksudmu?'
'Matanya tidak pernah meninggalkan aku. Selalu lekat mengikuti gerakanku. Kau ini binatang, kan? Pasti tau seperti apa sikap kita jika sedang mewaspadai seseorang. Paham?'
'O-ohh, ya, ya, aku paham sekarang. Hm, jadi begitu. Berarti kita nanti katakan ke Mama mengenai penemuan darimu ini, oke?'
'Bisa seperti itu, dan harus memakai telepati.'
'Huft! Padahal Mama sudah berkata pada kita untuk tidak menggunakan kekuatan magis di dalam rumah ini. Tapi bocah gila itu ...'
'Sudah, jangan kebanyakan ngoceh saja seperti nenek tua bangka.'
'Heh! Jangan mengikis kesabaran aku, yah!'
'Ingat, jangan terlalu mencolok menunjukkan ke Ivy bahwa kita mengetahui fakta mengenai dia.'
'Ya, ya, ya!'
Pembicaraan telepati pun berakhir dan Kuro kembali ke kamar dia, kamar yang dia gunakan bersama Zivena.
Kuro sudah tidak lagi satu kamar dengan Kiran karena menganggap Kiran sudah besar dan mungkin ingin punya ruang privasi sendiri. Sedangkan Zivena yang masih kecil dan rentan, harus dijaga.
Malam itu, ketika Andrea dan para dewasa pulang dari bekerja, mereka dikumpulkan Shiro dan Kuro ke taman sakura di kebun belakang mansion.
"Mama, yuk kita pesta minum teh sakura di taman belakang!" ajak Kuro pada Andrea yang baru saja tiba di mansion.
"Ehh? Pesta minum teh?" Andrea sempat heran namun dia seperti menangkap tatapan penuh makna dari sang anak hybrid. "Umm, oke. Yuk!"