Rencana John Wendell
Rencana John Wendell
Sepanjang acara makan malam, Caroline benar-benar dibuat terpesona oleh London Schneider. Mereka mengobrol tentang hal remeh-temeh dan sama sekali tidak membicarakan lagi tentang Danny Swann.
Pukul 9 malam ketika makan malam akhirnya selesai, London kemudian memanggil Marc untuk naik ke atas dan mengantar Caroline pulang.
"Ini sungguh malam makan malam yang sangat menyenangkan. Aku gembira kau datang kemari. Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang, karena malam ini aku masih ada beberapa rapat penting yang harus kuhadiri. Tetapi, terima kasih kau sudah datang. Marc akan mengantarmu pulang ke tempatmu menginap." London tersenyum dan membukakan pintu untuk Caroline. "Kalau kau sudah tiba di hotelmu dengan selamat, kau bisa kabari aku."
"Tentu saja. Aku mengerti bahwa orang sepertimu pasti sibuk sekali," kata Caroline sambil tersenyum. "Terima kasih kau sudah menyiapkan orang untuk mengantarku. Aku akan menelponmu."
Segera setelah Caroline pergi meninggalkan penthouse, London segera pulang ke Grunewald. Ia sudah mendengar bahwa makan malam antara L dan keluarganya berlangsung sangat menyenangkan.
"Bagaimana urusanmu tadi? Semua sudah selesai?" tanya L saat menyambut London ketika pria itu tiba di rumah.
"Eh, urusanku sudah beres. Bagaimana dengan Lily?" London mencium bibir L dan melongokkan kepalanya ke dalam kamar L.
"Lily sudah tidur," kata L. "Aku sekarang mau membiasakan dia untuk tidur di kamarnya sendiri. Tadi aku sudah memberinya minum susu dan meninabobokannya. Kemudian ia kubiarkan tidur di tempat tidurnya sendiri di kamar anak."
London tampak sangat senang mendengarnya. "Ide bagus sekali! Aku sangat menyayangi anak kita, tapi rasanya kita akan lebih bebas melakukan hal-hal orang dewasa ketika Lily tidur di kamarnya sendiri. Kau bisa membaca pikiranku rupanya... hehe."
L mencubit pinggang London dan tertawa kecil saat mendengar kata-kata suaminya.
"Kau ini bisa saja. Aku membiasakannya tidur di kamarnya sendiri untuk melatihnya menjadi mandiri, bukan untuk kita melakukan hal-hal mesum. Dasar kau..."
London tidak menghindari cubitan istrinya. Bagaimanapun L memang benar. Ia selalu berpikiran mesum setiap kali berada di dekat wanita itu. Jangan salahkan dirinya, suruh siapa L seksi sekali?
"Apakah kita bisa mendengar kalau Lily bangun di tengah malam?" tanyanya kemudian. "Monitor bayi di kamar Lili sudah dipasang?"
"Sudah. Kalau ia terbangun karena haus lapar atau hal lainnya kita akan bisa segera mendengarnya." L mengangguk.
"Ah.. syukurlah. Aku senang sekali mendengar semuanya. Kau memang istri dan ibu terbaik di dunia." London mengangkat tubuh istrinya dan udara dan kembali mendaratkan ciuman ke bibirnya. "Bagaimana dengan makan malam bersama orang tuaku tadi?"
"Sangat menyenangkan. Oh ya... kita diundang untuk makan malam di rumah mereka besok," jawab L.
"Hmm.. kalau besok malam tidak bisa." London mengangkat bahu. "Besok adalah acara konferensi medis yang sudah direncanakan oleh Jan. Aku akan berbicara sedikit di acara itu. Jangan lupa kau juga akan tampil mengisi acara di gala dinner besok malam."
"Oh, aku pikir kau akan membatalkannya untuk orang tuamu."
"Kalau acara lain, mungkin saja. Tetapi besok acaranya cukup penting. Jadi kita tidak bisa makan malam bersama orang tuaku. Aku akan mengatakan kepada ibu untuk menjadwalkan ulang ke lusa malam saja."
"Baiklah kalau begitu." L mengangguk-angguk. Ia meminta diturunkan ke lantai dan kemudian menarik tangan suaminya masuk ke dalam kamar. "Sepertinya kau akan sangat sibuk besok. Jadi kau harus segera beristirahat. Ini sudah malam."
"Oh ya.. betul. Sebaiknya kita segera 'beristirahat' sebelum Lily tiba-tiba terbangun di tengah malam nanti," kata London sambil batuk-batuk kecil.
"Iishh... aku benar-benar bermaksud mengatakan istirahat, ya, tidak ada maksud lain. Pasti pikiranmu dipenuhi hal-hal mesum," terdengar omelan L dari dalam kamar. "Auww.. kau sedang apa?? Aku tidak siap!!"
"Wahahaha... jangan salahkan aku. Suruh siapa kau begini seksi.." terdengar suara London yang tidak merasa bersalah, membalas ucapan L.
Tidak lama kemudian terdengar suara-suara mendesah dari dalam kamar mereka yang diiringi dengan bunyi tempat tidur berderak dan napas yang memburu.
***
Keesokan paginya hari yang sudah dinanti-nantikan itu pun tiba. London sangat sibuk mendengarkan berbagai laporan dari Jan tentang acara konferensi yang dimulai pada hari itu.
"Tuan, pukul 10 ini, Anda akan menyampaikan pidato pembukaan, barulah konferensi akan dimulai. Aku juga sudah menyiapkan acara makan siang bersama beberapa pembicara penting, termasuk diantaranya John Wendell," kata Jan setelah mengakhiri laporannya. "Satu hal lagi, aku juga sudah mengirim pesan kepada Danny Swann untuk menemui Caroline di konferensi. Ia pasti akan datang setelah acara makan siang."
"Bagus sekali." London sudah melihat John Wendell beberapa kali lewat foto dan video yang dikirim kepadanya. Tetapi siang ini adalah kesempatan pertama baginya untuk bertemu langsung dengan laki-laki jahat yang telah menyebabkan L menjadi yatim piatu. Ia harus dapat menjaga sikapnya dan tidak meledak marah di depan pria itu.
Konferensi medis yang diselenggarakan di akhir tahun ini cukup mengundang perhatian banyak media. Schneider Group mensponsori acara ini untuk meningkatkan kerjasama antara rumah rumah sakit-rumah sakit yang ada di Eropa. Schneider Group juga akan memberikan sumbangan yang sangat besar untuk program kesehatan anak yang akan mendanai banyak program di beberapa rumah sakit yang terpilih.
Semua pihak ingin menjadi rumah sakit yang terpilih ini, sekaligus menjalin hubungan baik dengan Schneider Group. Karenanya banyak dokter yang terlibat dalam konferensi ini merasa tidak sabar ingin bertemu langsung dengan London Schneider yang akan membuka acara konferensi.
"Kau serius dengan ucapanmu ini?" tanya John Wendell kepada Caroline saat keduanya mengambil kursi di salah satu meja kehormatan. "Kalau benar... sungguh beruntung."
"Benar, Ayah. Kami kembali bertemu tadi malam di tempatnya. Ia sungguh-sungguh sangat mengesankan. Danny tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan London Schneider." Caroline tersenyum tipis saat membayangkan percakapannya tadi malam dengan London. "Ia sudah menyatakan secara terbuka bahwa ia tertarik kepadaku. Hanya saja, ia tidak mau memperebutkan wanita dengan pria lain. Ayah mengerti kan, bagaimana mungkin orang sekelas dia berebut wanita? Aku sudah meyakinkannya bahwa aku dan Danny sudah tidak ada hubungan apa-apa."
"Kau sudah mengatakannya kepada Danny?" tanya John Wendell sambil menyipitkan matanya.
"Belum sempat. Tapi aku akan mengatakan ini kepadanya nanti malam setelah acara gala dinner selesai."
"Bagus. Ayah pikir ia sudah bukan calon yang tepat untukmu. Ia telah gagal mempertahankan warisannya dari gadis itu. Bagaimana bisa ia memberikan penghidupan yang layak untukmu..." John mengangguk-angguk. "Kau fokus saja mendapatkan hati Tuan Schneider. Kalau Danny mengganggumu, Ayah yang akan membereskan dia."
"Baik, Ayah.." Caroline menganguk setuju.