Arti Tangisan Lily
Arti Tangisan Lily
Pesta ulang tahun Aleksis keesokan harinya sudah disiapkan secara sederhana di taman belakang kastil mereka dan ketiga anak angkat Alaric yang lain akan tiba untuk ikut merayakannya. Ini akan menjadi kesempatan pertama bagi mereka semua untuk saling bertemu.
Momen itu menjadi istimewa terutama bagi Finland dan Alaric yang dulu terbiasa sendirian dan kesepian, karena kini mereka memiliki keluarga besar yang sangat mereka sayangi. Dalam hati London menyayangkan L yang tidak ada di antara mereka. Menurutnya, momen itu juga akan menjadi momen penting bagi L seandainya ia jadi masuk ke dalam keluarga mereka. Sayangnya L lebih memilih pekerjaannya.
Dalam hati Aleksis juga menjadi sedih memikirkan Nicolae. Bukan hanya Alaric yang hidup sendirian selama puluhan tahun dan menjadi orang yang kesepian, Nicolae pun telah kehilangan keluarga angkatnya sejak puluhan tahun yang lalu dan harus menjalani hidup yang membingungkan sebagai seorang manusia abadi sendirian, tanpa mengetahui siapa keluarganya. Sebelum berkumpul kembali dengan Alaric, Aleksis bersahabat dengan Nicolae dan sangat mengenal dirinya.
Ia selalu merasa sedih membayangkan Nicolae akan selalu menghindar dari acara-acara keluarga seperti ini hanya karena ia masih menyimpan perasaan kepada dirinya. Ini sungguh tidak adil bagi Nic.
Ia berharap suatu hari nanti Nic akan bisa seperti Paman Jean dan ibunya, yang walaupun pernah menyimpan perasaan cinta, namun berhasil menghalau perasaan pribadinya dan tetap menjadi anggota keluarga yang selalu hadir dalam acara-acara penting mereka bersama.
Aleksis merasa hari ulang tahunnya tidak akan pernah lengkap tanpa kehadiran Nic, tetapi sayangnya ia tak dapat berbuat apa-apa.
Kara dan dua asistennya mengurusi ketiga bayi keluarga Schneider Medici selama orang tuanya sibuk. Ireland dan Scotland tampak tenang saja karena mereka selalu berdua dan tidak pernah terpisahkan. Hanya Lily yang tiba-tiba menangis saat ayahnya tengah sibuk makan dengan keluarganya.
"Astaga... Lily sangat jarang menangis," cetus London kuatir. Ia buru-buru menyudahi makannya dan mengambil Lily dari Kara. "Kenapa, anakku sayang? Kau lapar?"
Ia meneliti status tangisan Lily dalam aplikasi di ponselnya tetapi tidak menemukan arti dari tangisan anaknya. Dengan bingung ia menoleh ke arah Rune.
"Kenapa mesinmu tidak bisa menjelaskan arti tangisan Lily?" tanyanya keheranan. "Kenapa di saat aku benar-benar membutuhkannya mesinmu ini rusak?"
Mendengar kakaknya mengomel-ngomel, Rune segera memeriksa mesin kecil yang ada di keranjang bayi dan setelah mengutak-atiknya, ia hanya bisa menggeleng. "Tidak rusak kok. Aku sudah menaruh 10 status di situ yang paling umum dialami bayi. Kalau sekarang tangisan Lily tidak dapat diterjemahkan, berarti ini merupakan perasaan baru yang belum pernah aku masukkan karena sebelumnya tidak ada data."
"Ugh... tidak berguna," omel London. Ia menggendong Lily dan menciumi pipinya yang merah dengan wajah kuatir. "Apa yang kau inginkan, anakku sayang? Coba beri tahu Ayahmu ini..."
Saat ia menatap sepasang mata hitam Lily lekat-lekat dan memperhatikan bibir Lily yang mengerut dan suara tangisannya yang terdengar sangat sedih, tiba-tiba London sadar bahwa Lily merindukan ibunya.
Dengan menghela napas ia menoleh ke arah keluarganya dan pamit keluar dari ruang makan duluan.
"Aku harus mengurus Lily. Kalian lanjutkan saja makannya. Nanti malam kalau Lily sudah tidur aku akan bergabung kembali."
Ia tergesa-gesa membawa Lily dalam gendongannya keluar ruang makan dan masuk ke kamarnya sendiri. Ia ingat malam ini adalah acara penghargaan musik yang akan menampilkan pertunjukan gabungan antara L dan Band Rainfall. Ia akan memutar televisi dan membiarkan Lily melihat ibunya.
Saat ia meneliti acara penghargaan itu, London melihat ada opsi untuk menonton acara lewat Virconnect 4D dan mendapatkan pengalaman 4 dimensi. Tetapi setelah berpikir sesaat, ia memutuskan membawa Lily untuk menyaksikan pertunjukan penghargaan musik yang ribut seperti itu tentu tidak baik bagi anaknya.
Akhirnya ia memutuskan menonton TV biasa. Tepat pukul 8.15 penampilan yang ditunggu-tunggunya pun tiba.
"Sabar ya, Sayang. Kau bisa melihat ibumu sebentar lagi." London berusaha membujuk Lily yang masih terisak-isak dalam gendongannya.
Saat ia mengamati wajah Lily, London merasa anaknya ini sangat ekspresif. Ia tidak sabar melihat Lily tumbuh besar dan mengungkapkan semua perasaannya dengan lebih terbuka.
Lampu di panggung mati dan terdengar bunyi piano memainkan nada-nada yang sedih. Semua penonton tampak menjadi syahdu dan menantikan kehadiran artis-artis yang mereka idolakan.
Sorotan lampu kemudian menyinari bagian tengah panggung dan tampaknya L sedang bermain piano dengan wajah sendu. Ia memejamkan mata dan terlihat haru. Suaranya yang indah mengalun mengisi seluruh ruangan itu dan membuat semua penonton seperti terhipnotis. Lagu yang dinyanyikannya adalah lagu sangat terkenal milik band Rainfall.
Pelan-pelan bunyi piano ditambah dengan gitar, lalu bass, drum, dan gitar kedua, dan dari kiri panggung muncullah seorang pria Jepang jangkung yang sangat tampan memakai tuksedo, berjalan menghampiri L dan duduk di sampingnya. Ia menyanyikan lagu yang barusan dinyanyikan L dan mengambil bait kedua.
Suaranya yang mengambil nada sangat rendah, kemudian pindah ke register tinggi, memamerkan kekuatan vokalnya yang dengan sangat mudah memainkan semua nada dengan sempurna. Para penonton yang menyaksikan penampilan L dan Kitaro hampir semuanya menahan napas.
Satu persatu anggota band Rainfall pun muncul dalam sorotan lampu dan penonton akhirnya menggila. Mereka mulai berteriak-teriak menyebutkan nama Rainfall dan semua personilnya satu persatu.
Seperti tersihir, Lily terdiam saat ibunya tampil dan menyanyi. Matanya yang masih belum bisa melihat jauh tidak dapat melihat L di layar, tetapi ia mengenali suara ibunya. Tangisnya pun berhenti secara ajaib.
"Ah, aku benar.. anak ini hanya merindukan ibunya," pikir London. Ia memutuskan untuk menelepon L begitu acara penghargaan selesai, agar L bisa berbicara dengan Lily sebelum ia tidur.
Setelah pertunjukan mengagumkan itu selesai, tepuk tangan tak henti-hentinya terdengar menggelegar di ruangan konser, dan entah siapa yang memulai, mulai terdengar seruan-seruan yang menyebutkan nama L dan Rainfall atau L dan Kitaro secara terus-menerus.
Rainfall - Elle
Rainfall - Elle
Kitaro - Elle
Kitaro - Elle
Kamera menyoroti Kitaro dan Elle yang berkali-kali membungkuk hormat ke arah penonton dan banyak orang yang mengambil kesempatan ini untuk menyimpan foto mereka berdua.
Secara fisik L dan Kitaro memang tampak serasi sekali. Kitaro berasal dari Jepang dan ibu L juga berkebangsaan Jepang, sehingga masih terlihat fitur wajah setengah Asia pada gadis itu yang membuatnya terlihat cocok sekali tampil bersama para anggota band Rainfall yang memang berasal dari Asia.
London hanya bisa melihat itu semua sambil merenung. L terlihat sangat cocok ada di atas panggung. Jiwa seninya sangat tinggi dan ia sangat menyukai pekerjaannya. Ia harus mengakui bahwa L sangat berbakat, bahkan ia jatuh cinta pertama kali saat melihat L menyanyi di pesta yang diadakan Stephan.
London sebenarnya tidak ingin menghalangi L untuk mencapai impiannya dan melakukan apa yang gadis itu sukai. Tetapi ia masih tidak bisa menerima jika L mengorbankan dirinya dan Lily demi karier dan reputasinya sebagai artis. Ia sadar bahwa ia mengambil keputusan yang tepat dengan membatalkan pernikahan.