Keluarga Schneider Yang Mengesankan
Keluarga Schneider Yang Mengesankan
Lily menjadi bintang kesayangan semua orang selama dalam perjalanan. Bayi satu ini memang luar biasa. Ia sangat jarang menangis. Seperti kata Dokter Muller, ia memiliki segalanya dan ayahnya tidak pernah membiarkannya kekurangan suatu apa pun, sehingga Lily hampir tidak punya alasan mengeluh.
Umurnya hampir tiga bulan dan bobotnya sudah sama seperti bayi baru lahir yang dilahirkan secara normal, tetapi kepribadiannya sudah mulai terlihat di usianya yang masih demikian muda. Lily selalu santai dan sangat senang tidur.
Ayahnya sungguh tidak merasa kerepotan membawa bayi mungilnya keluar negeri untuk pertama kalinya. Semua orang bergantian hendak menggendong dan memangkunya selama di pesawat, tetapi seperti biasa, Lily sangat pilih kasih dan lebih menyukai pangkuan ayahnya dibandingkan siapa pun.
Ketika mereka mendarat dua jam kemudian di bandara Targu Mures, keluarga Schneider telah ditunggu di lounge VIP oleh Terry yang menyempatkan diri untuk mampir dari New York. Sesibuk apa pun dirinya, ia selalu menyiapkan waktu untuk keluarganya, apalagi ia memang sangat menyayangi Aleksis. Ia tidak pernah melewatkan ulang tahun gadis itu sebelumnya, dan ia tidak akan melewatkannya tahun ini.
Penampilan Terry yang selalu rapi dan terlihat mahal telah membuat banyak staf di bandara berebutan hendak mencuri perhatiannya. Mereka berkali-kali mendatanginya dan menawarkan makanan, minuman dan apa saja yang dibutuhkannya.
Terry selalu menolak dengan halus. Ia sudah membiasakan diri untuk tidak menerima makanan dan minuman dari siapa pun selain keluarga dan asisten pribadinya, karena ia takut mengalami apa yang dialami Alaric dan adiknya, London.
No.. no no. Ia tidak mau sampai terjadi peristiwa mengerikan yang sama yang membuat London tiba-tiba menjadi seorang ayah tanpa direncanakan. Ia mengerti bahwa London menikmati perannya sebagai ayah dan tidak keberatan bertanggung jawab atas seorang manusia kecil di dunia ini. Tetapi Terry? Ia tidak siap. Bahkan tidak juga seratus tahun lagi.
Karena itulah ia sangat berhati-hati.
Bisik-bisik dari para staf yang terdengar kaget membuatnya mengangkat wajahnya dari berita ekonomi yang sedang dibacanya di tablet. Ah... itu pasti kedatangan keluarga Schneider, pikir Terry geli.
Para staf di lounge VIP ini tentu terkagum-kagum melihat kedatangan tiga pria tampan sekaligus dari keluarga Schneider. Baguslah. Perhatian mereka akan terbagi, pikirnya lagi. Ia segera menutup tabletnya dan bangkit berdiri.
Benar saja, beberapa menit kemudian, rombongan yang ditunggunya sudah tiba. Caspar masuk lounge sambil menggandeng istrinya dengan langkah santai. Rune tampak paling mencolok di antara mereka sebagai satu-satunya anggota keluarga yang memiliki rambut berwarna pirang dan bermata biru cerah.
London yang mirip dengan ayahnya terlihat sangat kebapakan dengan bayi yang tidur dalam gendongannya dan membuat semua wanita yang melihatnya merasakan hati mereka meleleh. Dalam hati mereka bertanya-tanya di mana gerangan ibu sang bayi, dan timbul simpati yang sangat besar kepada pasangan ayah dan anak yang rupawan ini.
Para staf dan pengawal keluarga Schneider segera mengatur ruangan itu untuk mereka agar majikan mereka dapat bersantai sambil menunggu kedatangan Mischa yang akan membawa mereka semua ke kastil Alaric di puncak bukit.
"Kau tahu mereka itu siapa?" tanya seorang staf lounge kepada rekannya sambil mencuri pandang ke arah keluarga Schneider berkali-kali. "Aku kenal Tuan Terrence Chan, dia itu Presiden Schneider Group, tetapi aku belum pernah melihat orang-orang yang bersamanya itu. Mereka belum pernah mampir ke bandara sini sebelumnya."
"Entahlah. Tapi kau kan tahu kalau Tuan Chan mengurusi Schneider Group sebagai wakil keluarga Schneider. Apakah menurutmu, orang-orang yang datang itu adalah mereka? Anggota keluarga Schneider?" Rekannya bertanya balik.
"Hmmm... kau benar! Mungkin saja itu memang keluarga Schneider yang terkenal low profile."
"Kira-kira mengapa mereka datang ke sini, ya? Bukankah ini hanya kota kecil. Wahh.. aku tidak menduga hari ini menjadi sangat menarik."
Mereka saling bergosip pelan-pelan sambil mengagumi para pria Schneider yang ada di lounge. Selama sepuluh menit mereka bisa menikmati pemandangan indah itu dengan tidak puas-puasnya, hingga tiba-tiba masuklah seseorang ke dalam lounge dan mengajak semua tamu VIP ini meninggalkan bandara.
"Kalian belum menunggu lama, kan? Maaf tadi ada rapat cukup penting yang tak bisa kutinggalkan dan aku harus mengurusinya dulu baru bisa kemari." Mischa yang tampan membuat gadis-gadis staf bandara kembali menahan napas.
Mereka segera mengetahui siapa pria itu karena ia adalah salah seorang eksekutif dan bujangan paling terkenal di Rumania saat ini: Mischa Rhionen. Mereka hanya melihatnya di TV dan belum pernah bertemu dengannnya langsung.
Para staf bandara tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada bintang keberuntungan mereka karena dihadiahi demikian banyak pemandangan indah pada hari yang sama.
London yang pernah bertemu Mischa sebelumnya segera bangkit menyambutnya dan menyalami pria itu.
"Terima kasih sudah menjemput kami untuk pergi ke rumah Alaric bersama-sama. Aku tahu kau sibuk," katanya dengan ramah. Terry juga menghampiri Mischa. Ia masih ingat saat pertama ia bertemu dengan Mischa adalah 10 tahun lalu ketika mereka hendak menjebak Alaric Rhionen dan Terry dibawa Mischa dan Kai ke kapal untuk bertemu Pavel yang menyamar sebagai Alaric.
Ahh... masa itu sudah berlangsung lama sekali. Ia senang mereka sekarang sudah tidak lagi bermusuhan.
"Selamat datang di Rumania," Mischa tersenyum lebar sambil menyalami Terry dan Rune. Ia mengangguk hormat kepada Caspar dan Finland lalu dengan santai mengajak mereka semua menuju mobil-mobil mewah yang sudah disiapkan RMI untuk mengantar mereka ke kastil Alaric Rhionen.
"Astaga... itu kan pimpinan RMI Eropa Timur? Mischa Rhionen, kalau tidak salah. Mengapa hari ini berkumpul sangat banyak orang penting di kota kecil kita?" para staf bandara kembali berkasak-kusuk.
"Entahlah. Tetapi kalau aku tidak salah ingat, Tuan Elios Linden dari RMI menikah dengan nona muda dari keluarga Schneider. Apakah menurutmu mereka tinggal di kota ini?"
"Wah.. kau benar juga. Aku tidak berpikir ke arah sana sama sekali."
"Aku tidak mengira mereka tinggal di kota kecil kita. Pasti penduduk kota ini akan sangat heboh."
Kedatangan orang-orang rupawan dari keluarga Schneider dan Medici/Rhionen itu memang menimbulkan kehebohan di bandara, karena biasanya bandara kota kecil itu sangat jarang didatangi oleh orang terkenal.
Para staf masih ramai membicarakan orang-orang mengesankan itu bahkan lama setelah mereka pergi.
***
"Daerah ini masih seindah yang kuingat," kata Caspar saat melayangkan pandangannya ke luar jendela mobil. Dedaunan musim gugur yang berwarna kuning dan jingga memenuhi pemandangan di sepanjang jalan.
"Kudengar di sini tempat Alaric dilahirkan," kata Finland, ikut mengagumi pemandangan di luar. "Makanya ia menganggap kota ini istimewa."
"Kau tidak salah. Lauriel mengatakan hal yang sama kepadaku. Luna sempat dimakamkan di sini selama puluhan tahun, hingga Alaric memindahkannya ke Yorkshire." Caspar menghela napas. "Sebenarnya aku tahu sangat berat bagi Lauriel untuk datang ke sini. Setiap ia datang ke Targu Mures, ia pasti akan teringat kepada Luna."
"Aku bisa membayangkan." Finland mengangguk simpati. "Lauriel akan datang besok?"
"Benar. Nicolae harus mengurus sesuatu di Singapura dan baru tiba di Grosetto besok pagi dengan Altair dan Vega."
"Hmm.. sayang sekali, Nic tidak bisa datang ke acara ulang tahun pernikahan saudaranya," komentar Finland. "Aku mengerti, tetapi aku tetap menyayangkannya."
"Sshh... itu bukan urusan kita. Berharap saja suatu hari nanti Nic menemukan gadis lain dan jatuh cinta kepadanya, lalu bisa melupakan Aleksis. Untuk saat ini, biarkan ia memulihkan hatinya dulu."
Kedua orang tua Aleksis telah menganggap Nicolae sebagai calon suami Aleksis selama empat tahun, sebelum akhirnya Alaric kembali ke kehidupan putri mereka. Caspar dan Finland masih merasa kasihan kepada Nicolae, karena mereka berdua sangat menyukai pemuda itu. Dalam hati mereka hanya bisa berharap suatu hari nanti Nicolae akan menemukan pengganti Aleksis di hatinya.