The Alchemists: Cinta Abadi

Aku Mencintaimu **



Aku Mencintaimu **

1Selama tiga bulan pertama setelah Aleksis melahirkan mereka belum pernah berhubungan intim karena Alaric ingin memberikan waktu seluas-luasnya bagi istrinya untuk memulihkan diri dan merasa nyaman dengan tubuhnya.     

Walaupun Aleksis dengan cepat dapat mengembalikan bentuk tubuhnya setelah masa nifas selesai dan bekas-bekas kehamilan seperti garis-garis pada kulitnya dan berat badannya yang berlebih segera menghilang, ternyata gadis itu memerlukan waktu lebih lama untuk memulihkan rasa percaya dirinya.     

Aleksis merasa tidak nyaman karena Alaric melihatnya melahirkan dua orang bayi dari vaginanya dan hal itu menimbulkan perasaan berbeda dalam diri Aleksis. Selama ini suaminya selalu bersamanya dalam keadaan sempurna, sementara saat Aleksis melahirkan, situasinya sangat berantakan dan penuh darah. Aleksis tidak dapat melupakan bahwa Alaric melihatnya dalam momen yang sangat mengerikan dan sama sekali tidak indah sehingga rasa kepercayaan dirinya menjadi rusak.     

Walaupun Alaric selalu memperlakukan Aleksis seperti biasanya, penuh hormat dan penuh kasih sayang, Aleksis tetap merasa tidak nyaman. Baru akhir-akhir ini saja mereka dapat kembali membahas tentang hubungan seksual dan Aleksis pun pelan-pelan mau membuka diri.     

Inisiatif Aleksis untuk memeluk Alaric tadi di ruang keluarga dan menciumnya, seakan memberi tahu suaminya bahwa ia sudah siap untuk kembali menerima curahan cinta Alaric seperti biasa, seperti saat Aleksis belum melahirkan, dan hal inilah yang langsung membangkitkan semangat Alaric, sehingga ia mematikan lampu dan buru-buru membawa Aleksis ke kamar mereka.     

Ia sangat senang karena saat yang sudah lama ditunggunya itu akhirnya tiba.     

"Hmm... jadi, bagaimana?" Ia melepaskan bibirnya dari bibir Aleksis dan menatap gadis itu dalam-dalam. Alaric tersenyum sedikit, seakan mengatakan bahwa ia tahu jawabannya tetapi ia tetap ingin agar Aleksis menjawab.     

"Mmm..." Aleksis tersenyum malu-malu. Ia baru tinggal bersama Alaric selama setahun lebih walaupun pada kenyataannya mereka telah menikah 11,5 tahun dan setiap hari bersama pria ini adalah hari yang menyenangkan dan penuh cinta sehingga ia tak pernah merasa bosan ataupun kekurangan.     

Tetapi selama tiga bulan terakhir mereka memang belum pernah berhubungan intim, sehingga saat kini Alaric membahasnya dan seakan meminta persetujuannya untuk kembali bercinta... tanpa disadari pipi Aleksis kembali bersemu merah.     

Sikap malu-malu Aleksis membuat Alaric geli. Ia ingat selama hamil dulu justru Aleksis seperti tidak mengenal malu dan berkali-kali mengambil inisiatif untuk bercinta, karena pengaruh hormon kehamilannya. Melihat Aleksis seperti sekarang ini membuat Alaric merasa gemas dan akhirnya ia pun tidak sabar lagi menunggu Aleksis mengatasi rasa malunya.     

"Kalau kau tidak menjawab... biar aku yang mengambil keputusan..." bisik Alaric mesra ke telinga Aleksis dan kemudian mengulum ujung telinga gadis itu hingga Aleksis merasa kegelian dan mendesah pelan. Alaric meneruskan godaannya dengan mencium leher Aleksis dan menggigitnya pelan untuk memberi tanda cinta. "Kau tinggal bilang kalau kau ingin aku berhenti. Selama kau tidak bilang apa-apa... aku akan meneruskannya..."     

Aleksis mengangguk pelan dan menggigit bibirnya menahan desahan karena Alaric telah menurunkan ciumannya ke bahu dan tidak menyisakan seinci pun kulit Aleksis lepas dari bibirnya. Pria itu kemudian naik ke tempat tidur dan memposisikan tubuhnya di atas Aleksis lalu pelan-pelan menarik turun gaun istrinya, menampakkan tubuh bagian atas yang polos dan indah dengan setiap lekuk yang membuat napasnya seketika menjadi memburu.     

Selama tiga bulan ini Alaric harus menahan diri dengan keras, walaupun perempuan cantik bertubuh indah itu berbaring di sampingnya setiap malam, karena Aleksis merasa tidak nyaman dengan tubuhnya setelah melahirkan. Alaric harus puas hanya dengan memeluk dan menciumi Aleksis dan kemudian mengguyur tubuhnya dengan air dingin selama setengah jam di kamar mandi setiap kali ia ingin bercinta dengan istrinya.     

Sungguh pengorbanan yang sangat besar di pihaknya, namun ia rela lakukan karena cintanya yang sangat besar kepada Aleksis. Setelah perpisahan mereka yang demikian lama, bagi Alaric setiap hari bersama Aleksis adalah harta yang sangat berharga dan ia akan berbuat sebaik-baiknya untuk menjaga hubungan mereka.     

Ia bangga karena hingga detik ini mereka belum pernah bertengkar. Apa pun yang diinginkan Aleksis adalah apa yang ia inginkan juga. Walaupun mereka berasal dari latar belakang yang sangat berbeda, Alaric belajar bahwa di dunia ini, tidak ada lagi yang lebih penting baginya daripada keluarganya sehingga ia selalu berusaha membuat istri dan anak-anaknya bahagia. Dan seperti kata pepatah, 'A happy wife is a happy life" (istri yang bahagia membuat hidupmu menjadi bahagia}, Alaric belum pernah merasa sebahagia sekarang.     

Aleksis sudah mempersiapkan fisik dan mental selama tiga bulan terakhir untuk kembali membuka diri kepada suaminya. Ia tahu Alaric mencintainya apa pun yang terjadi dan hal itu pelan-pelan membuat kepercayaan dirinya pulih. Ia berusaha tidak lagi mengingat hari di mana ia melahirkan Ireland dan Scotland dan berfokus pada mereka berdua saja. Saat tubuh keduanya akan kembali menyatu seperti dulu.     

"Mmm... tubuhmu lebih enak dari sebelumnya," bisik Alaric setelah puas menciumi seluruh bahu telanjang Aleksis dan kemudian turun ke sepasang payudaranya yang penuh dan kenyal. Suaranya terdengar kagum saat ia meremas pelan payudara kiri Aleksis dan mengulum payudara kanannya. "Bentuknya semakin indah... Aku takut kau akan membuatku tidak akan keluar kamar selama dua hari..."     

Aleksis yang hendak tertawa mendengar kelakar suaminya hanya dapat menahan tawanya dan alih-alih ia justru mengeluarkan desahan yang sangat panjang. Kedua payudaranya telah merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.     

Alaric mengadon dan mengisap payudara Aleksis yang kiri dan kanan bergantian tanpa memberi jeda dan Aleksis berkali-kali mengejangkan tubuhnya karena tak dapat menahan rasa nikmat yang menjalar hingga ke kepalanya.     

Penantian selama tiga bulan telah mengajari Alaric menjadi pria yang sabar dan ia tidak mau tergesa-gesa. Dengan halus dan perlahan ia melanjutkan eksplorasi pada tubuh istrinya dari atas hingga ke bawah dan setiap desahan dan erangan dari Aleksis membuatnya semakin antusias memberi istrinya kenikmatan yang panjang dengan mulut, lidah, dan tangannya.     

Ia lalu melepas seluruh pakaiannya dan pakaian Aleksis dan keduanya saling menjelajah dengan penuh cinta. Alaric sengaja menghabiskan waktu agak lama di liang kewanitaan Aleksis karena ia tahu di sanalah istrinya merasa tidak nyaman setelah melahirkan.     

"Aaahh..." Aleksis tak henti-hentinya mengerang dan mengejangkan tubuh ketika Alaric menstimulasi bagian inti tubuhnya itu dengan lidahnya.     

Setelah puas bermain-main dan melihat Aleksis siap menerimanya, Alaric pun bangun dan bersiap memasukkan kejantanannya ke dalam liang kewanitaan istrinya. Ia mendorong perlahan-lahan dan saat kejantanannya masuk sepenuhnya ke dalam liang yang sempit dan hangat itu, arus kenikmatan segera mengaliri tubuhnya dan ia pun melanjutkan dengan memompa secara teratur sambil tersenyum puas.     

Tangannya tidak berhenti bekerja mengadon kedua payudara Aleksis sambil terus memompa keluar masuk liang kewanitaan Aleksis, membuat gadis itu tidak berhenti mendesah dan mengerang bahagia, menandakan bahwa ia sangat menikmati kegiatan bercinta mereka.     

Ahh... ini sungguh awal yang bagus, pikir Alaric. Kegiatan bercinta mereka yang pertama setelah Aleksis melahirkan ini berjalan dengan sangat alami dan menyenangkan, dan ia yakin setelah ini Aleksis tidak lagi akan menutup diri. Kehidupan seksual mereka akan kembali seperti biasa, dan hal ini membuat Alaric merasa sangat bahagia.     

Mereka bercinta hingga empat kali malam itu dan baru berhenti setelah keduanya benar-benar kelelahan. Alaric melepaskan benihnya di mulut rahim Aleksis untuk terakhir kalinya setelah Aleksis mengalami orgasme ke sekian kalinya dan ia akhirnya menghentikan kegiatan bercinta mereka.     

Setelah mengeluarkan kejantanannya dari dalam tubuh Aleksis, ia menarik gadis itu agar berbaring memeluknya. Aleksis melingkarkan tangannya ke dada Alaric, menatapnya dengan pandangan penuh terima kasih, lalu mencium bibirnya dan membaringkan kepalanya di lengan Alaric kemudian tertidur begitu saja. Napasnya segera menjadi teratur dan detak jantungnya pelan-pelan menjadi seirama dengan detak jantung suaminya.     

"Aku mencintaimu," Alaric masih sempat berbisik sebelum ia pun memejamkan mata. Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.