The Alchemists: Cinta Abadi

Masa Lalu Marie



Masa Lalu Marie

0Nicolae tersentak, ketika tiba-tiba dua pasang mata itu terbuka dan mereka serempak menoleh ke arahnya. Ia merasa canggung karena kedua wanita itu memergokinya sedang mengagumi wajah mereka.     

"Eh... aku tadi sedang berpikir, kalian mirip sekali..." Nicolae tersenyum dan menjelaskan sebelum mereka bertanya. "Aku seperti melihat Marie 20 tahun yang akan datang, atau melihat Mama 20 tahun yang lalu... Ini mengingatkanku akan konsep mesin waktu."     

"Ahh.. begitu ya?" tanya Nyonya Lu sambil mengangguk mengerti. "Dulu Marie sangat mirip ayahnya, waktu ia baru dilahirkan. Tetapi beberapa tahun terakhir, ia justru menjadi semakin mirip denganku..."     

"Mama sangat cantik, Marie beruntung ia mengikuti wajah Mama," kata Nicolae menenangkan. Kata-katanya entah kenapa membuat wajah Marie bersemu merah. Secara tidak langsung Nicolae juga mengatakan bahwa Marie cantik. Wanita mana yang tidak suka dipuji cantik oleh seorang pemuda tampan?     

Nyonya Lu hanya tersenyum memandangi anaknya dan Nicolae berganti-ganti. "Terima kasih, ya, sudah menjenguk Mama ke sini. Mama senang sekali bisa bertemu dengan kalian berdua. Maafkan Mama, karena Mama tidur terlalu lama ada banyak hal yang Mama tidak tahu tentangmu."     

Marie menggeleng pelan, "Tidak apa-apa, Ma. Dokter bilang Mama perlu istirahat biar bisa sembuh."     

"Dokter bilang, sekarang sudah akhir bulan September... Terakhir Mama bangun, waktu itu adalah sehari setelah tahun baru... Sudah lama sekali," keluh Nyonya Lu dengan suara pelan. "Tolong ceritakan apa saja yang terjadi dengan dirimu selama sembilan bulan ini, dan bagaimana kau bisa bertemu suamimu..."     

Nicolae hanya terdiam. Ia tidak menyiapkan cerita apa pun, karena ia menduga Marie yang akan mengarang dan menceritakan kisah pertemuan kepada ibunya. Ia menoleh kepada gadis itu dan mengangguk. Marie tersenyum dan balas mengangguk.     

Gadis itu sangat pandai berakting. Ia hanya tertawa riang dan menepuk bahu Nicolae dengan mesra. "Ini sebenarnya cukup memalukan, Ma. Kami bertemu lewat aplikasi kencan online..."     

Nyonya Lu tersenyum manis dan ikut tertawa kecil mendengarnya. "Ah, tidak apa-apa. Ini kan zaman modern. Sudah sangat susah bertemu pasangan di dunia nyata. Saat ini apalagi dengan kesibukan kalian semua. Lalu bagaimana? Apa yang terjadi saat kalian bertemu?"     

"Ya, biasa saja sih..." Marie mengerling ke arah Nicolae dan tersenyum lebar. "Kami bertemu untuk makan malam, dan ternyata kami cocok. Tidak perlu waktu lama bagi kami untuk menyadari  perasaan kami masing-masing dan memutuskan untuk segera menikah. Tidak seperti Mama dan Papa yang sudah berteman sejak kecil, tetapi baru menyadari bahwa kalian saling mencintai sebelum Papa pergi..."     

Nyonya Lu menarik tangan anak perempuannya dan menepuk-nepuknya dengan lembut. Nicolae bisa melihat ada gurat kesedihan di wajahnya, tetapi wanita itu tampak tersenyum bahagia.     

"Mama senang mendengarnya. Kau tidak membuat kesalahan yang sama seperti Mama..."     

Kata-kata penuh kesedihan, yang diucapkan oleh bibir yang dihiasi senyuman itu membuat Nicolae hanya bisa merenung. Ia menduga ayah Marie meninggal tak lama setelah ia dan Nyonya Lu menyadari bahwa mereka saling mencintai.     

Namun, sayangnya hal itu sudah terlambat... karena seperti yang Marie ceritakan sendiri, ayahnya meninggal dunia saat ia masih ada dalam kandungan ibunya.     

Sungguh malang nasib kedua wanita ini, pikir Nicolae penuh simpati.     

"Aku sudah berjanji tidak akan mengulangi kesalahan Mama dan Papa," kata Marie dengan bangga, "Karena itulah, sekarang Nicolae dan aku sudah bersama. Kami saling mencintai, dan ia telah berjanji akan menjaga dan membahagiakanku seumur hidupnya..."     

"Mama sangat senang melihatnya..." Nyonya Lu mengangguk-angguk.     

Nicolae merasa kagum sekaligus takut melihat kemampuan akting Marie. Ia takut kalau nanti gadis ini berpura-pura di depannya dan menipunya, ia takkan dapat mengetahui apakah Marie serius atau berbohong. Untunglah mereka hanya akan bertemu selama dua hari ini saja.     

"Apa pekerjaanmu?" tanya Nyonya Lu sambil menoleh ke arah Nicolae.     

Nicolae tersentak dan untuk sesaat tidak dapat berkata-kata. Selama ini ia telah melakukan beberapa pekerjaan yang berbeda dan ia tidak tahu pekerjaan apa yang saat ini harus ia gunakan di depan Nyonya Lu. Dengan identitasnya yang baru ia menuliskan profesi sebagai penulis, tetapi rasanya mengaku sebagai seorang penulis di depan seorang wanita cerdas seperti Nyonya Lu, ia malah akan terjebak dalam kebohongan-kebohongan baru. Ia tidak siap menyebutkan buku apa yang pernah ditulisnya.     

"Uhm... aku adalah seorang investor freelance, Ma. Jadi aku menganalisis pasar dan kemudian melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang menurutku berpotensi untuk mendatangkan keuntungan. Itu saja. Ini merupakan pekerjaan yang bisa dilakukan dari mana saja. Maka aku bisa hidup berpindah-pindah dan lebih fleksibel." Akhirnya otaknya bekerja cepat dan mengarang profesi baru untuk Nyonya Lu. Wanita itu tampak mengangguk puas.     

"Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kau memiliki orang tua dan saudara?" tanya Nyonya Lu lagi.     

"Ibuku sudah meninggal saat melahirkanku... Ayahku masih hidup, aku juga mempunyai seorang adik lelaki dan empat orang keponakan," jawab Nicolae.     

Marie tampak memperhatikan semua informasi yang keluar dari bibir Nicolae baik-baik. Ia sebenarnya mengerutkan kening karena mengira Nicolae berbohong tentang keluarganya. Ia tahu Nicolae mempunyai dua orang anak, tetapi pemuda itu sama sekali tidak menyebut-nyebut mereka di depan ibunya. Maka Marie menduga bahwa Nicolae hanya asal bicara tentang keluarganya itu.     

"Kau beruntung sekali, masih mempunyai anggota keluarga yang banyak... tentu rumahmu cukup hangat dan ramai saat liburan tiba dan semua orang berkumpul bersama..." komentar Nyonya Lu.     

Nicolae hanya dapat mengangguk. Dalam hati ia hanya bisa menyimpan kesedihannya sendiri. Selama ini ia menghindari acara-acara keluarga karena ia masih belum dapat menghadapi Aleksis. Pada liburan natal yang lalu ia masih menghindar. Ia hanya berkunjung karena kelahiran dua keponakannya yang baru. Hal itu sama sekali tidak dapat dihindari.     

"Aku bersyukur atas keluargaku," jawab Nicolae akhirnya.     

"Marie tidak punya siapa-siapa. Selain karena dia anak tunggal, aku juga sudah tidak memiliki famili lagi di dunia ini. Ayahnya dan aku besar di panti asuhan. Kami tidak tahu siapa keluarga kami... Nasib kami berdua sama, kami dibuang ke panti saat masih bayi."     

Nicolae teringat adiknya yang juga tidak pernah mengenal orang tuanya dan besar di panti asuhan. Ia merasakan simpati yang semakin besar kepada Marie dan ibunya.     

"Peter kemudian diadopsi saat ia remaja, tetapi keluarganya meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas, ia lalu kembali menjadi sebatang kara..."     

Nicolae hanya diam di tempatnya mendengarkan cerita Nyonya Lu tentang masa mudanya dan suaminya dulu. Setelah Peter Lu kembali menjadi sebatang kara ia kembali ke Singapura dan kuliah di sini. Di universitas ia bertemu Emma yang dulu merupakan teman masa kecilnya di panti asuhan.     

Benih-benih cinta mereka yang tumbuh sejak masih kecil dulu kemudian berkembang saat keduanya banyak menghabiskan waktu bersama. Peter dan Emma akhirnya memutuskan untuk menikah saat Peter mendapat tawaran pekerjaan ke London. Ia berangkat terlebih dahulu dan Emma akan menyusulnya setelah lulus.     

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Pesawat jenis baru yang ditumpangi Peter mengalami kerusakan mesin dan jatuh di tengah-tengah pegunungan. Tidak ada satu pun penumpang yang selamat.     

Emma mengalami kehamilan yang berat karena stress ditinggalkan belahan jiwanya dalam waktu begitu singkat. Kesehatannya tidak pernah pulih setelah melahirkan Marie, tetapi wanita itu berjuang keras untuk bertahan merawat anak perempuannya, karena ia tidak ingin Marie dibesarkan di panti asuhan seperti dirinya.     

Semua uang peninggalan Peter diinvestasikan untuk biaya hidup Marie dan setelah Emma masuk rumah sakit, ia berhasil memastikan selalu ada pelayan yang mengurusi hidup Marie sehingga anaknya  bisa tetap bersekolah, dan yang terpenting... tidak diambil negara.     

"Asistenku mengaku sebagai bibi jauh Marie, sehingga ia bisa tetap tinggal di rumah, tidak diambil dinas sosial untuk dimasukkan ke panti asuhan saat aku di rumah sakit begini..." kata Nyonya Lu dengan wajah bahagia. "Anakku yang pintar ini berhasil mengurus dirinya sendiri dan tumbuh dengan sangat baik."     

Ia menepuk-nepuk pipi anaknya dengan penuh kasih sayang, dan Marie hanya menunduk sambil tersenyum.     

"Mama pasti bangga sekali," komentar Nicolae jujur.     

"Benar... aku sangat bangga kepadanya."     

"Mama.. aku sudah menceritakan tentang itu semua kepada Nicolae... kalau Mama mengulanginya lagi seperti itu, ia akan bosan..." kata Marie kepada ibunya.     

"Ahh.. tidak apa-apa, aku tidak bosan," kata Nicolae buru-buru. Ia senang dan kagum mendengar kisah Marie. Pandangannya akan gadis itu kini sedikit berubah. Ia tahu Marie sengaja mencegah agar ibunya tidak bercerita terlalu banyak karena gadis itu malu Nicolae mengetahui tentang masa lalunya.     

"Ah, kau dengar sendiri, Nicolae senang mendengar cerita tentangmu.." Nyonya Lu tertawa kecil. "Oh, ya.. bagaimana dengan toko bungamu? Apakah sekarang kau masih memiliki toko bunga seperti dulu?"     

Marie mengangguk. "Masih, Ma. Aku juga baru mendapatkan kontrak untuk menyuplai bunga ke beberapa jaringan hotel. Semuanya berjalan dengan baik."     

"Hmm... Mama senang mendengarnya. Lalu kalian berdua tinggal di mana setelah menikah?"     

"Kami berdua tinggal di apartemenku..." jawab Marie.     

"Di Robertson Road," Nicolae menambahkan.     

Untuk sesaat, tampak Nyonya Lu mengerutkan keningnya keheranan. "Bukankah apartemenmu ada di...?"     

"Aku.. aku sudah pindah, Baru-baru ini..." kata Marie buru-buru. "Sekarang aku tinggal di Robertson Road."     

Nicolae tidak mengerti kenapa Marie tampak agak panik dan ibunya semakin keheranan. Apakah sebelumnya Marie tinggal di tempat lain? Ini bukan hal yang aneh kan? Orang bisa saja pindah rumah karena satu dan lain hal. Mengapa Marie terlihat sangat panik?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.