Bagaimana Kalau Dia Masih Hidup?
Bagaimana Kalau Dia Masih Hidup?
Martial Saint Canglan, salah satu di antara Sembilan Dewi Empryan, tiba-tiba melesat dari pinggir danau.
Wanita itu menduduki peringkat 1 di antara Sembilan Dewi Empryan, sekaligus menjadi pengawal utama sang Permaisuri. Sang Dewi sedang mengenakan Phoenix-fire Saint Armor dan membawa Pedang Fentian di tangannya. Selain itu, ia memiliki bentuk tubuh yang montok dan figur yang anggun, dengan alis dan mata yang indah bagaikan mahakarya lukisan. Yang pasti, dia benar-benar sangat cantik. Meski begitu, rambut ungunya tampak seperti kobaran api. Jadi, kalau dilihat dari kejauhan, maka wanita itu tampak seperti sang Martial God, dengan kecantikan yang tidak ada duanya.
Selain wanita tersebut, maka para Biksu di Istana Ziwei juga mulai bangkit berdiri dan masing-masing dari mereka mulai berubah menjadi bayangan. Beberapa di antara mereka disinari oleh cahaya emas, beberapa yang lain tampak terbakar oleh api, sementara sisanya diterangi oleh cahaya menyilaukan.
Teknik-teknik pukulan, senjata-senjata saint, kekuatan petir dan guntur, semua itu mulai menerjang wanita berambut putih yang sedang berjalan mendekat dari kejauhan.
Mereka semua bertugas untuk menangani para penyusup yang berani masuk ke dalam Istana Ziwei tanpa izin. Sekarang ini, mereka akan melakukan segala cara untuk membunuh musuh tersebut, sebelum musuhnya masuk ke dalam Istana Saint Yuanchu.
Sementara itu, wanita berambut putih sedang berdiri di antara gugusan awan. Kulitnya berwarna putih, kedua matanya terlihat bijak, dengan leher yang ramping, hingga semua kombinasi tersebut menunjukkan kepribadian yang mirip seperti Peri Lingbo di surga.
Wanita itu mengamati serangan-serangan para biksu Istana Ziwei dalam diam, sebelum akhirnya ia berhenti meniup xiaonya.
Lalu, ia mulai mengapit lembut xiao tersebut dengan tangan rampingnya dan langsung menudingkannya ke arah depan.
Dengan dentum suara "boom", maka seketika itu pula energi Chi di langit dan bumi langsung bergetar hebat, seakan dunia nyaris runtuh seketika itu juga. Akibatnya, semua serangan itu berubah menjadi garis-garis energi transparan yang menyebar ke segala penjuru.
Di waktu yang bersamaan, tidak terhitung jumlah biksu di Istana Ziwei yang tiba-tiba langsung memuntahkan darah, lalu pingsan.
Martial Saint Canglan terjatuh dari langit dan bersimbah darah. Wanita itu nyaris tumbang ke dalam danau surgawi.
"Hua--"
Tepat pada saat itu, Lady Saint segera merentangkan satu jarinya, dan melemparkan Buku Saint Ruzu untuk menangkap tubuh Martial Saint Canglan, lalu membawanya ke tepian.
Setelah itu, sang wanita berambut putih mulai berhenti menyerang dan berjalan maju. Kala itu, kedua matanya terlihat dalam bagaikan lautan, sambil menatap sang Permaisuri, yang sedang duduk di tepi danau.
Di tempat lain, sang Permaisuri terlihat sangat tenang, bahkan ekspresi wajahnya sama sekali tidak berubah. Wanita itu hanya bicara pelan, "Lanyou, kita sudah tidak bertemu selama 100 tahun."
"Lebih tepatnya, 130 tahun 44 hari," balas wanita berambut putih.
Sang Permaisuri terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Kau selalu menantangku setiap 100 tahun sekali, dan setiap kali kau melakukannya, maka kau selalu gagal."
"Memangnya kenapa? Selama aku masih hidup, maka aku akan membunuhmu."
Mendengar itu, intensitas dingin langsung keluar dari tubuh sang Permaisuri. Di waktu yang bersamaan, bunga-bunga salju mulai berguguran di bawah sinar bulan purnama.
Bunga-bunga salju itu berguguran bagaikan air terjun.
Hal itu menunjukkan betapa marahnya sang Permaisuri tersebut.
"Alasan kenapa kau masih hidup sampai sekarang ini adalah karena aku memang tidak ingin membunuhmu. Terakhir kalinya kita bertemu, saat itu aku sudah berkata kepadamu; kalau kau berani datang lagi ke tempat ini, maka aku tidak akan pernah mengampuni nyawamu."
"Apa sekarang ini kau masih bisa bertarung?"
Rambut putih wanita itu tampak sedang berdansa – bagaikan daun pohon willow – meskipun saat itu sama sekali tidak ada angin.
Wanita ini adalah satu-satunya orang yang berani berhadapan dengan sang Permaisuri tanpa merasa takut maupun panik, apalagi menyerah.
Sang Permaisuri mengatupkan bibirnya, lalu mulai menariknya hingga membentuk senyuman, yang benar-benar membuatnya terlihat sangat cantik, tapi dingin. Setelah itu, ia berkata, "Apa kau benar-benar percaya kalau aku tidak bisa bertarung?"
Setelah mengambil jeda sejenak, maka sang Permaisuri kembali menambahkan, "Kupikir setelah 800 tahun berlalu, maka kau akan menjadi cerdas. Tapi ternyata sama saja, kau masih sangat bodoh."
"Benarkah?" kata wanita berambut putih.
"Tidak ada satupun yang berani masuk ke dalam Istana Ziwei, kecuali hanya dirimu. Bukankah itu adalah tindakan yang bodoh?"
Energi Chi yang dilepaskan oleh sang Permaisuri sangat kuat, hingga cahaya suci tampak menerangi area di sekitarnya, seakan seluruh Wilayah Pusat sedang diterangi oleh cahaya dewa.
Yang jelas, wanita itu tidak terlihat seperti orang yang sedang menyembunyikan dirinya dari Ketetapan Langit.
Wanita berambut putih berkata pelan, "Orang lain mungkin takut terhadap kematian, sehingga mereka sama sekali tidak berani datang kemari. Tapi, aku berani datang kemari karena hatiku telah mati sejak 800 tahun silam, dan kini, aku sama sekali tidak takut terhadap kematian. Selama ini, aku masih hidup karena kau juga masih hidup. Jadi, sebenarnya tidak penting apakah kita akan bertarung atau tidak, entah kau sedang bersembunyi dari Ketetapan Langit atau tidak, yang pasti aku akan tetap datang ke tempat ini. Chi Yao, aku ingin bertanya kepadamu; apa kau masih ingat Zhang Ruochen dari masa 800 tahun silam?"
Nama "Zhang Ruochen" langsung mengirimkan gelombang kejut kepada Lady Saint yang berada di belakang Permaisuri. Kemudian, ia pun tidak tahan lagi untuk tidak bergumam kepada dirinya sendiri, "Apa mungkin sang Permaisuri memiliki hubungan khusus dengan Pangeran Mahkota di Kekaisaran Pusat Suci pada masa 800 tahun silam?"
Setelah Chi Yao naik takhta, saat itu ia langsung mengeluarkan perintah rahasia untuk menghancurkan semua buku dan catatan mengenai Zhang Ruochen. Sehingga, lama kelamaan hanya tersisa sedikit buku yang beredar mengenai Pangeran Mahkota Kekaisaran Pusat Suci.
Pada saat ini, sang Permaisuri masih terlihat sangat tenang, sebelum akhirnya tertawa. "Zhang Ruochen... sebuah nama dari masa silam. Kalau kau tidak menyebutkannya, mungkin aku sudah lupa siapa dia."
"Kau sengaja berpura-pura, kan? Sebab, kalau kau benar-benar tidak ingat siapa dia, lalu kenapa kau mengeluarkan perintah untuk menangkap seseorang yang kebetulan punya nama yang sama dengan dirinya? Yang jelas, kau masih gelisah terhadap apa yang terjadi pada masa 800 tahun silam, benarkan? Maka dari itu, kau benar-benar ingin menghabisi seseorang dengan nama yang sama sepertinya. Bukan begitu?"
Wanita berambut putih itu melangkah maju dan segera berada di tepi danau. Sekarang ini, ia berada di seberang danau dan berhadapan dengan sang Permaisuri.
Mereka berdua sama-sama merupakan wanita yang cantik. Salah satu dari mereka adalah sang Permaisuri Daratan Kunlun, sementara yang lain adalah Saint Elder dari Aula Ming dan/atau Sacred Central Crypt. Sialnya, sekarang ini mereka berdua sedang bermusuhan dan hendak bertarung dalam waktu dekat.
Meski begitu, sang Permaisuri masih terdiam untuk beberapa lama, sebelum akhirnya berkata, "Lanyou, aku tidak ingin membunuhmu. Apalagi, hanya beberapa orang di generasi kita yang masih sanggup bertahan hidup hingga hari ini. Jadi, sebaiknya kau kembali, dan jangan lagi memaksaku."
"Aku datang kemari untuk membalaskan dendamnya. Kalau aku mati di tempat ini, maka kematian ini benar-benar layak. Tapi, kalau aku beruntung dan mampu membunuhmu, maka itu karena kau pantas untuk mendapatkannya."
Ketegasan dapat terlihat dari kedua mata sang wanita berambut putih, sebagaimana ia meyakini bahwa dirinya tidak akan sanggup meninggalkan Istana Ziwei hidup-hidup. Jadi, wanita itu terus berjalan maju dan mendekati sang Permaisuri – yang berada di seberang danau. Ketika ia berjalan di atas permukaan danau, maka seketika itu pula ia menciptakan riak-riak air di bawah kakinya.
Sang Permaisuri hanya menutup matanya. Saat itu, kedua bulu mata cantik dan panjangnya dapat dilihat dengan jelas. Kemudian, setelah beberapa lama, maka ia pun akhirnya berkata, "Bagaimana kalau dia masih hidup?"
Mendengar ini, maka seketika itu pula energi Chi yang telah dikumpulkan oleh wanita berambut putih langsung hancur berkeping-keping, sementara ketegasan di matanya perlahan-lahan menjadi redup.
Wanita itu berdiri mematung dan menatap sang Permaisuri, yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Namun, sang Permaisuri masih menutup matanya, hingga tidak ada satupun yang bisa melihat ekspresi wajahnya.
"Apa maksudmu?" tanya wanita berambut putih.
"Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya kepadamu. Terserah, kau mau menjawabku atau tidak." sang Permaisuri kembali membuka matanya dan menatap wanita berambut putih, dengan ekspresi wajahnya yang terlihat damai.
"Aku tidak akan termakan oleh kata-katamu. Kau pasti punya maksud lain."
Wanita berambut putih itu kembali mengumpulkan energi Chi-nya. Setelah itu, terdapat cahaya warna-warni yang terlepas dari belakang punggungnya, lalu membentuk bayangan merak dengan panjang mencapai ribuan kilometer.
Pada saat ini, semua pertapa yang berada di Kota Pusat Kekaisaran dapat melihat bayangan merak di atas kepala mereka. Di waktu yang bersamaan, mereka semua langsung merasa khawatir dan berpikir kalau seekor Mythical Beast baru saja datang ke sana.
Hanya mereka yang telah hidup selama ratusan tahun yang dapat menilai identitas pemilik bayangan merak tersebut, hingga mereka pun bergegas pergi menuju Istana Ziwei.
Sang Permaisuri berkata, "Kalau begitu, maka aku tidak bisa lagi mengubah keyakinanmu. Aku hanya ingin tahu, apa kau masih berani bertarung sekarang?"
Kadangkala, seseorang harus terobsesi dulu kepada sesuatu, sebelum akhirnya mereka menjadi tidak takut terhadap kematian.
Namun, ketika obsesi itu goyah, maka ketegasan tersebut juga akan sirna.
Lady Saint menggigit bibirnya sendiri, sambil mengamati wanita berambut putih yang berdiri di tengah danau surgawi. Saat itu, ia bisa menilai kalau aura membunuh yang memancar dari wanita berambut putih itu memang masih cukup[ kuat, namun ketegasan di matanya sudah menghilang.
Setelah itu, Lady Saint akhirnya yakin kalau wanita ini akan segera mundur dari sana.
Wanita berambut putih itu terlihat menimbang-nimbang. Tiba-tiba, sesuatu merasuki dirinya, hingga ia langsung memperlihatkan ekspresi ketakutan.
Tidak lama kemudian, ia kembali mendongakkan kepala dan menatap sang Permaisuri. "Chi Yao, setelah aku bertemu dengannya, maka aku akan kembali lagi ke sini."
Wanita itu pergi dari sana, sementara suaranya masih menggema di atas danau. Setelah itu, tidak ada satupun yang dapat menemukan jejaknya.
"Setelah berkultivasil selama 800 tahun, ternyata wanita itu masih takut terhadap kematian. Kalau begitu, apa bedanya dia dengan orang-orang kebanyakan?"
Sang Permaisuri bergumam kepada dirinya sendiri dan mengamati air danau di hadapannya. Setelah itu, ia menyeringai, tapi tidak ada yang tahu ia menyeringai karena apa.
Lady Saint berkata lembut, "Saya telah mendapatkan kabar kalau Wan Zhaoyi pergi ke Yuan Mansion dan mengutus beberapa figur tangguh untuk menangkap Zhang Ruochen."
"Tapi Wan Zhaoyi gagal melakukannya, dan dia harus bertanggung jawab," kata sang Permaisuri. "Kau juga harus segera pergi ke Yuan Mansion dan katakan pesanku ini kepadanya. Kalau dia kembali gagal menangkap Zhang Ruochen dalam kurun waktu tiga bulan, maka aku akan menganggapnya sebagai penghianat. Setelah itu, biarkan dia sendiri yang memilih untuk mati dengan cara seperti apa."
"Baik, Permaisuri."
Lady Saint mengatupkan kedua tangannya ke arah depan dan segera undur diri.
…
Di Qingli County, Yuan Mansion.
Zhang Ruochen telah menggunakan dekrit biksu untuk melarikan diri sampai puluhan ribu kilometer jauhnya. Selama berada di perjalanan, maka lelaki itu sempat mengubah arahnya sebanyak tiga kali. Akibatnya, sekarang ini ia sendiri juga tidak paham sedang berada di mana, selain juga tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan. Jadi, dia hanya menetap di sini.
Pada saat ini, Zhang Ruochen sedang terluka parah, dengan jubah yang telah basah oleh darah dan lelaki itu juga hampir pingsan.
Blackie menggendong Zhang Ruochen di punggungnya dan masuk di sebuah pegunungan hijau. Kemudian, kucing itu menemukan gua di tengah gunung dan masuk ke dalamnya untuk bersembunyi.
Setelah masuk ke dalam gua, maka Zhang Ruochen segera memaksa dirinya untuk duduk bersila, sambil melepaskan Kekuatan Batin. Kemudian, ia segera menelan pil penyembuhan dan mengalirkan keterampilan olah raga untuk memurnikan pil tersebut dan menyembuhkan diri.
Meskipun Li Min juga terluka parah, namun gadis itu masih seorang pertapa biasa. Jadi, hanya dengan satu buah pil, maka ia telah pulih sepenuhnya.
Sebab, semakin tangguh fisik seseorang, maka semakin kuat pula pertahanannya terhadap luka-luka. Sama halnya dengan itu, ketika ia mendapatkan luka-luka luar, maka ia dapat menyembuhkannya dengan cepat.
Namun, ketika sosok tangguh semacam ini terkena luka dalam, maka ia akan kesulitan menyembuhkan diri – setidaknya memerlukan waktu yang lebih lama daripada para pertapa biasa.
Zhang Ruochen menghabiskan waktu selama dua jam untuk memurnikan pil penyembuhan level tujuh, namun itu hanya digunakan untuk menahan luka-lukanya.