Chapter 122 : Hadiah terindah bagi Ryouichi
Chapter 122 : Hadiah terindah bagi Ryouichi
"Ah, maaf—" ucapan Rose terhenti setelah dirinya melihat seseorang yang dia tabrak adalah Ayumi.
"Ara… Kolonel Rose, mengapa kau terlihat sedang memikirkan sesuatu? Ah, apakah Ryouichi berbuat sesuatu yang membuatmu marah?"
Rose dengan pelan menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil.
"No-nona Ayumi… Apakah anda—"
Ucapan Rose terhenti setelah Ayumi mengusap kepalanya dengan lembut dan menatapnya dengan lembut.
"Kau tidak perlu memanggilku dengan panggilan nona, Kolonel Rose. Bukankah kau adalah istri dari Ryouichi? Jadi kau bisa memanggilku dengan panggilan ibu seperti Ryouichi memanggilku"
"Ah, ti-tidak… Bukankah itu terdengar tidak sopan jika—"
"Kau sedang memikirkan Ryouichi bukan? Aku bisa tahu hanya dengan melihat matamu… Mata itu adalah mata seorang wanita yang sedang khawatir dan cemas"
"Benar… Aku cemas jika nantinya Ryouichi akan pergi lagi dari kehidupanku"
Perlahan mata Rose mulai berkaca-kaca, dirinya tidak bisa menyembunyikan ekspresi sedihnya dan mulai mengusap matanya.
"Aku tidak akan bertanya lebih jauh tentang masalah apa yang kau pikirkan saat ini, karena meskipun bertanya seperti itu bukan berarti aku bisa membantu tentang masalahmu itu… Sebenarnya itulah yang ingin kukatakan jika kau adalah orang asing, namun kau adalah keluarga yang sangat berharga bagi Ryouichi. Jika aku memalingkan wajah dan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini maka Ryouichi bisa marah kepadaku" ucap Ayumi sembari tersenyum.
"Bi-bisakah aku meminta sesuatu, mungkin ini kedengaran aneh bagi anda namun…"
Rose tampak ragu-ragu untuk mengatakan suatu hal kepada Ayumi, namun Ayumi menarik tangan Rose dan membawanya kesuatu tempat.
"Nona Ayumi, kemana kita akan pergi?" tanya Rose dengan wajah bingung.
"Sudahlah, ikut saja denganku. Aku tahu tempat yang bisa membuatmu merasa lebih baik"
Hingga mereka akhirnya tiba di suatu hamparan rumput luas yang berada tidak jauh dari bangunan markas provinsi utara.
"A-ano… Nona Ayumi, kenapa kita ketempat ini? Apakah ada sesuatu di tempat ini?"
Rose melihat kesana kemari seakan mencari sesuatu yang dikatakan oleh Ayumi.
"Lihatlah kelangit"
Rose mendongakkan kepalanya ke langit dan tidak dapat berkata apa-apa. Dirinya takjub melihat bulan yang sangat dekat dengan dirinya dan memancarkan cahaya bulan yang sangat indah.
"Sung-sungguh indah…"
"Indah bukan? Malam ini adalah malam spesial dimana bulan yang biasanya terlihat sangat jauh akan terlihat sangat dekat dalam pandangan. Seseorang yang sangat kucintai lah yang pertama kali mengajakku melihat hal ini. Dia bukanlah pria yang romantis, namun dia tahu bagaimana cara untuk menghiburku ketika aku dalam keadaan lelah dan tertekan" ucap Ayumi yang tersenyum lebar sembari melihat bulan dilangit.
Langit malam kala itu sangat bersih tanpa awan sedikitpun, satu-satunya yang menghiasi langit malam itu hanyalah bulan besar yang memancarkan cahaya dan ditemani banyak bintang di sisinya.
"Kolonel Rose, tidak baik jika kau memendam masalahmu sendirian seperti itu. Ada kalanya seorang manusia merasa hampa dan kosong, bahkan manusia terkuat saja bisa merasakan hal seperti itu. Tidak ada salahnya jika kau membicarakan hal ini kepada seseorang yang kau percayai. Aku yakin kau tahu siapa orang itu, bukan?"
"Kenapa anda sepertinya sangat mengetahui hal seperti ini?" tanya Rose penasaran.
Angin malam yang lembut pun berhembus dan menerpa rambut Ayumi, rambut Ayumi yang berwarna putih keperakan pun tergerai dengan indah. Seakan-akan cahaya dari bulan menambah kecantikan dan pesona dari Ayumi, Ayumi perlahan mendekati Rose dan memeluknya.
"Seseorang pernah memelukku seperti ini ketika aku sudah benar-benar lelah dengan kehidupan, orang itu berkata tidak ada gunanya memikirkan masalah sekeras itu. Masalah memang akan selalu datang dalam kehidupan manusia, namun bersabar dan berusaha sekeras mungkin untuk mengatasi masalah itu atau menyerah adalah pilihan dari manusia itu sendiri"
"Aku tidak ingin Ryouichi pergi, aku tidak ingin Ryouichi mati, aku ingin hidup bersama dengan Ryouichi selamanya!" teriak Rose dengan penuh emosi.
Luapan emosi itu diteriakkan oleh Rose dengan penuh tenaga hingga dirinya merasa tidak dapat berteriak lagi.
"Benar, seorang wanita haruslah egois. Jika itu menyangkut orang yang tercinta maka wanita diperbolehkan untuk seegois apapun" ucap Ayumi sembari membelai Rose yang masih berada dalam dekapannya.
"Hangat, dekapan dari nona Ayumi sama hangatnya dengan dekapan mama dulu" ucap Rose dalam hati.
Rose semakin memeluk Ayumi dengan erat dan memejamkan matanya.
"Bolehkah aku seperti ini untuk beberapa saat? Aku hanya ingin merasakan kehangatan yang sudah lama tidak aku rasakan" ucap Rose dengan nada manja.
Ayumi sedikit terkejut dengan perkataan Rose namun akhirnya hanya tertawa kecil.
"Tentu, kau boleh memelukku seperti ini selama yang kau mau" ucap Ayumi.
Beberapa menit lamanya hingga Rose melepaskan pelukan dari Ayumi dengan pelan.
"Te-terima kasih…" Wajah Rose memerah menahan malu.
"Ara, kau sama imutnya dengan Ryouichi. Kalian berdua adalah pasangan yang sangat serasi" ucap Ayumi sembari tertawa kecil.
"Aku ingin memastikan sesuatu kepada seseorang, apakah aku boleh pergi?" tanya Rose.
"Tentu, pergilah. Temukan jawaban dari pertanyaan mu"
Rose menggangguk pelan dan berjalan pelan meninggalkan Ayumi.
"No-nona Ayumi!" Rose berbalik badan dan menatap Ayumi dengan serius.
"I-iya? Me-mengapa berteriak tiba-tiba seperti itu?"
"Ten-tentang hal yang tadi kau katakan kepadaku… A-apakah boleh jika aku menganggapmu seperti ibuku sendiri? Pelukan tadi mengingatkanku kepada mamaku dulu… Jika anda tidak keberatan maka…"
Ayumi tersenyum dan mengganggukkan kepalanya.
"Bukankah sudah kubilang? Anggap saja aku adalah ibumu, dan aku tidak keberatan jika kau memanggilku ibu"
Ekspresi bahagia Rose tidak dapat terbendung, dirinya tersenyum bahagia dan berlari pergi dari Ayumi tanpa berkata apa-apa.
"Aiko nee-san, Rose benar-benar sudah tumbuh seperti yang kakak katakan kepadaku dulu" ucap Ayumi.
Rose masih berlari dengan perasaan bahagia yang meluap-meluap.
"A-aku benar-benar mempunyai sosok ibu sekarang! Mama, Rose akan mengikuti kata-kata mama mulai sekarang. Rose akan sepenuh hati mengejar kebahagiaan Rose dan tidak akan membiarkan apapun atau siapapun menghalangi kebahagiaan Rose" ucap Rose dalam hati.
Di tempat lain, Ryouichi sedang merokok sendirian dan melihat kelangit.
"Sialan, bulan ini sama dengan pada waktu itu… Kolonel Ryota pernah memperlihatkan hal seperti ini kepadaku dulu. Aku harap aku bisa mengajak Rose untuk melihat langit ini, namun tampaknya Rose sedang kelelahan. Mungkin lain kali sa--" ucapan Ryouichi terhenti saat Rose meneriakkan namanya dengan keras.
"Ryouichi!"
Ryouichi tersentak ketika mendengar suara yang sangat keras memanggil namanya.
"Ro-Rose?!"
Rose berlari dan memeluk Ryouichi dengan erat.
"Rose?! Ke-kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini? Apakah kau sakit?" tanya Ryouichi kebingungan.
"Aku…Aku sangat mencintaimu! Aku sangat mencintaimu! Jadi berjanjilah jangan pernah meninggalkan aku"
"Rose… Apakah kau masih khawatir dengan apa yang diucapkan oleh Kolonel Elizabeth? Kau tidak perlu khawatir seper—"
Ryouichi tidak dapat melanjutkan ucapannya setelah melihat tatapan mata Rose yang begitu indah. Bibir tipis dan lembut dari Rose terlihat begitu menawan, melihat hal itu Ryouichi langsung mencium bibir Rose dengan pelan lalu tersenyum.
"Aku berjanji bahwa aku akan tetap hidup dan kembali setelah misi nanti" ucap Ryouichi.
"Ryouichi, berapa hari lagi sebelum misi akan dimulai?" tanya Rose.
"Hmmm… Kalau tidak salah menurut Letnan Jendral Hayate misi akan dimulai dalam 7 hari lagi. Tapi pasukanku tidak ikut dengan pasukan utama, pasukan [Saint Wolf] akan bergerak terpisah dan benar-benar akan memulai misi pada hari ke 8" ucap Ryouichi.
Rose pun menghela nafas.
"Syukurlah…"
"Apa maksudmu, Rose? Kenapa kau terlihat lega seperti itu?"
"Ryouichi, aku hamil" ucap Rose dengan wajah bahagia.
Ryouichi sama sekali tidak dapat berkata apa-apa, otaknya berhenti berpikir untuk sesaat hingga dirinya berteriak bahagia dengan sangat keras hingga teriakan Ryouichi dapat terdengar sampai ke bangunan utama markas provinsi utara.
"Ryouichi, suaramu terlalu keras" ucap Rose memberitahu Ryouichi untuk memelankan suaranya.
"I-ini bukan mimpi kan?" tanya Ryouichi dengan rasa bahagia dan tidak percaya yang bercampur aduk.
Rose mengganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Rose… Terima kasih" Ryouichi tidak dapat menahan perasaan bahagia yang meluap-luap dan mulai menangis.
"Kau terlalu berlebihan Ryouichi" ucap Rose sembari tertawa kecil.
"Benar juga, apakah yang lain sudah tahu mengenai hal ini?" tanya Ryouichi antusias.
"A-aku belum memberitahu yang lainnya. Namun Kolonel Ray sudah tahu soal ini, lagipula Kolonel Ray memiliki skill medis yang tinggi. Jadi tidak mungkin dia tidak menyadari ada yang berbeda dariku" ucap Rose.
"Hmmm… Kita harus memberitahu yang lain tentang kabar bahagia ini" ucap Ryouichi bersemangat.
"Ryouichi, ini sudah larut malam. Tunggulah hingga pagi nanti" ucap Rose.
Ryouichi lalu menatap Rose dengan wajah serius.
"A-ada apa? Mengapa kau melihatku seperti itu?" ucap Rose dengan wajah memerah.
Tanpa banyak bicara, Ryouichi langsung menggendong Rose dengan gendongan tuan puteri.
"Tu-tunggu Ryouichi! Apa yang kau lakukan? Tu-turunkan aku, ini memalukan" ucap Rose.
"Apa yang kau bicarakan? Bukankah sudah sepantasnya aku memperlakukan istriku yang sedang hamil seperti ini, bukan? Jadi diam saja dan biarkan aku menggendongmu" ucap Ryouichi/
"Mooo, Ryouichi…" ucap Rose tersipu malu.
Rose akhirnya pasrah dan hanya memeluk Ryouichi selagi Ryouichi menggendongnya menuju gedung utama markas provinsi utara.