Divine_Gate

Chapter 121 : Resolusi Masa Depan



Chapter 121 : Resolusi Masa Depan

0"Ketua!"     

"Master? Master ada dimana?"     

"Tuan Ryouichi? Anda ada dimana?"     

"Ryouichi! Sayang! Kau ada dimana?"     

Seluruh pasukan [Saint Wolf] tengah mencari keberadaan Ryouichi yang tengah menghilang entah kemana, namun mereka tidak dapat menemukan keberadaan Ryouichi.     

"Kalian! Apakah kalian sudah menemukan Ryouichi?" tanya Kolonel Ray yang terlihat lelah karena berlari kesana kemari untuk mencari Ryouichi.     

"Tidak, Kolonel Ray. Kami masih belum bisa menemukan ketua" ucap Akari.     

"Ini pasti ulah dari Kolonel Elizabeth, dia diam-diam mengambil kesempatan dan menculik ketua!" geram Enzo.     

"Enzo, tenanglah. Kau tidak boleh langsung mengambil kesimpulan seperti itu" ucap Natsumi.     

"Tapi…" ucap Enzo dengan wajah khawatir.     

"Natsumi benar, Enzo. Tidak mungkin mereka bisa menculik Ryouichi semudah itu. Dan kalaupun ada yang menculik Ryouichi, sudah pasti Ryouichi akan melawan balik. Namun sejauh ini aku tidak melihat ada tanda-tanda bekas pertarungan di manapun" ucap Rose dengan yakin.     

"Kalian tenanglah, jika kalian panik seperti itu maka kalian akan semakin susah untuk berpikir dengan jernih untuk mencari Ryouichi" ucap Hayate yang tiba-tiba mendatangi mereka.     

"Letnan Jendral Hayate, apakah anda sudah menemukan tanda-tanda keberadaan Ryouichi?" tanya Rose dengan ekspresi cemas.     

"Aku sudah memerintahkan para prajuritku untuk mencari Ryouichi, tidak mungkin Ryouichi telah pergi jauh dalam waktu sesingkat ini. Aku akan kembali mencarinya didalam, bisa saja Ryouichi sudah kembali keruangan tadi"     

"Baiklah, terima kasih atas bantuan anda" ucap Rose.     

Setelah Hayate pergi, tiba-tiba Reina terlihat menggeram pada sesuatu dan menarik perhatian yang lainnya.     

"Reina, ada apa denganmu?" tanya Enzo yang penasaran dengan tingkah Reina.     

"Reina merasakan aura keberadaan master di sekitar sini" ucap Reina.     

Belum sempat Enzo mendatangi Reina untuk memastikan, tiba-tiba portal hitam terbuka di hadapan dirinya.     

Dengan cepat, Enzo melompat kebelakang dan memasang kuda-kuda bertahan.     

"Semuanya! Ada serangan musuh!" teriak Enzo.     

Mendengar hal itu, semuanya pun menjadi waspada dan mengeluarkan senjata roh mereka masing-masing dan mengincar langsung kearah mulut portal itu.     

Enzo yang gugup terlihat menelan ludah dan bersiap untuk menyerang jika sesuatu yang berbahaya muncul dari dalam portal itu.     

Sesaat setelahnya, muncul siluet orang yang berlari kearah mereka.     

"Mereka datang!" seru Enzo.     

Enzo sudah bersiap untuk menebas kepala dari orang yang berlari kearahnya. Seketika Enzo melihat kepala yang keluar dari portal itu, dirinya langsung menebas kepala sosok siluet itu tanpa ragu-ragu.     

Sosok itu adalah Ryouichi yang keluar terlebih dahulu dari dalam portal itu. Sesaat sebelum tebasan pedang mengenai leher Ryouichi, Ayumi menarik Ryouichi kembali kedalam portal.     

Terdengar suara bilah besi saling menghantam satu sama lain, Ayumi terlihat menahan serangan dari Enzo dengan dua pedang yang muncul entah dari mana dan menatap Enzo dengan tatapan dingin.     

"Kau, apa kau baru saja hendak menebas kepala dari anakku?" ucap Ayumi.     

Enzo pun tersentak dan melompat kebelakang.     

"Si-siapa kau?! Apakah kau adalah musuh?" tanya Enzo waspada.     

"Seragam itu? Ah, apakah kalian ada teman dari Ryouichi?"     

Raut wajah Ayumi yang sebelumnya menunjukkan ekspresi membunuh berubah menjadi tenang dan ceria kembali.     

"Hah?"     

Enzo bertanya-tanya dalam benaknya, sebenarnya siapa orang yang berada dihadapannya sekarang. Mengapa wanita itu kenal dengan Ryouichi dan mengapa wanita ini begitu kuat.     

"Si-siapa—" ucapan Enzo terhenti setelah melihat Ryouichi perlahan keluar dari portal itu.     

"Enzo, aku tidak pernah tahu kau memiliki dendam denganku. Tapi setidaknya cobalah untuk berbicara baik-baik dulu sebelum menebas kepalaku, oke?" ucap Ryouichi.     

"Ketua! Anda baik-baik saja!"     

Pasukan [Saint Wolf] yang melihat Ryouichi pun menjadi lega dan berlari kearahnya. Rose adalah orang pertama yang berlari kearah Ryouichi dan memeluk dirinya dengan erat.     

"Ryouichi, kau selalu saja membuatku khawatir. Tolong jangan seperti ini lagi, aku tidak bisa membayangkan jika dirimu pergi begitu saja tanpa memberitahuku" ucap Rose dengan nada lega dan bahagia.     

Natsumi yang melihat Rose dan Ryouichi saling berpelukan merasakan ada perasaan aneh yang muncul dari dalam dirinya. Dirinya sadar dengan perasaan aneh itu, namun hanya bisa menghela nafas.     

Ryouichi yang masih berada dalam dekapan Rose pun mengelus kepala Rose dengan lembut dan berbisik ketelinganya.     

"Maaf sudah membuatmu khawatir, aku tadinya hanya sedang berjalan-jalan untuk mencari udara segar" ucap Ryouichi.     

"Ara-ara… Apakah itu adalah istrimu, Ryouichi?" tanya Ayumi yang menghampiri Ryouichi.     

Rose yang melihat wajah baru didepannya pun mengerutkan dahinya.     

"Si-siapa anda?" tanya Rose dengan hati-hati.     

"Kolonel Rose, berhatilah-hatilah kepada wanita itu! Wanita itu sangat kuat, aura yang dipancarkan olehnya sangat berbeda dibanding dengan manusia biasa!" seru Enzo.     

"Mooo… Kata-katamu sungguh jahat sekali" ucap Ayumi dengan memasang wajah cemberut.     

"Ah, benar juga. Aku sebelumnya tidak berpikiran bahwa Enzo dan yang lainnya akan bertemu dengan ibu secepat ini…" gumam Ryouichi.     

"Enzo, turunkan senjatamu" ucap Kolonel Ray.     

Tiba-tiba Kolonel Ray sudah berada di depan Enzo dan berhadapan dengan Ayumi. Ayumi yang melihat wajah Kolonel Ray pun tersenyum. Namun Kolonel Ray mengacungkan senjata roh nya tepat di leher Ayumi.     

"Kau… Sebenarnya siapa kau? Berani-berani nya kau memakai wajah itu!" teriak Kolonel Ray dengan penuh emosi.     

Ryouichi yang melihat hal itupun secara tidak sadar menjadi marah. Dirinya yang awalnya berada di dekapan Rose pun seketika menghilang dan sudah berada di belakang Kolonel Ray.     

"Kolonel Ray, aku minta turunkan senjatamu sekarang juga. Aku tidak segan-segan untuk menyerang jika kau masih berani untuk menghunuskan senjatamu kepadanya" ucap Ryouichi dengan tatapan membunuh.     

Ryouichi terlihat sudah siap untuk menusuk Kolonel Ray dari belakang tanpa ragu. Kolonel Ray pun menoleh kebelakang dengan pelan dengan memasang wajah datar.     

"Ryouichi, aku menduga bahwa kau tahu siapa dia hingga kau sampai berani untuk mengancamku seperti ini" ucap Kolonel Ray dengan serius.     

"Jangan gegabah, Kolonel Ray. Jika kau nekat berbuat sesuatu yang aneh kepada dirinya, maka aku tidak akan segan-segan bertarung denganmu dengan kekuatan penuh. Tidak akan ada hal baik yang akan terjadi jika kita berdua bertarung saat ini" ucap Ryouichi dengan tatapan tajam.     

Pasukan [Saint Wolf] yang melihat tingkah Ryouichi dan Kolonel Ray yang seperti itu pun menjadi bingung dengan situasi itu.     

"Ada apa ini? Mengapa situasinya menjadi seperti ini?" gumam Enzo.     

"Ray…"     

Suara lirih itupun menarik perhatian Kolonel Ray kembali kepada Ayumi.     

"Jangan pakai suara itu untuk memanggil namaku! Tidak mungkin kau adalah dirinya! Dia sudah lama mati! Dia—" Kolonel Ray menatap Ayumi dengan sorot mata depresi dan penuh dengan kesedihan.     

Ucapan Kolonel Ray terhenti ketika dirinya merasakan sebuah uluran tangan yang meraba pipi kirinya dengan lembut.     

"Kau masih saja sama seperti dulu, selalu membuat keputusan tanpa berpikir dua kali" ucap Ayumi dengan senyuman.     

"Ayumi…"     

Tiba-tiba Ayumi mencubit pipi dari Kolonel Ray.     

"Bagaimana bisa kau menghunuskan senjata rohmu kepada teman lamamu seperti ini" ucap Ayumi dengan wajah cemberut.     

Suara itu adalah suara yang sudah lama tidak didengar oleh Kolonel Ray, suara lirih perempuan yang pernah dia cintai sebelumnya. Dirinya masih tidak percaya bahwa wanita yang berada di hadapannya adalah Ayumi yang asli.     

"Beritahu aku ketika sudah saatnya aku bangun dari mimpi ini…"     

Tidak terasa air mata Kolonel Ray jatuh, dirinya tidak dapat menahan tangisnya. Tangisan demi tangisan Kolonel Ray berisikan seluruh perasaan cintanya kepada Ayumi yang tidak pernah tersampaikan sampai akhir hayat Ayumi.     

"Kau adalah Ayumi…" ucap Kolonel Ray.     

"Benar, aku adalah Ayumi?"     

"Ayumi…"     

Ucapan lirih Kolonel Ray menandakan dirinya masih belum bisa melupakan Ayumi hingga sekarang.     

Ayumi dengan lembut menyeka air mata yang tersisa di wajah Kolonel Ray dan memeluknya dengan erat.     

Ryouichi yang merasa bahwa Kolonel Ray tidak akan bertindak gegabah pun menurunkan senjata rohnya dan membakar rokoknya.     

"Sialan, jangan menakutiku seperti itu" ucap Ryouichi.     

Suasana yang tadinya tegang pun berubah menjadi normal kembali, Ayumi yang melihat Ryouichi sedang berbincang dengan pasukannya pun menghampiri dirinya.     

"Ryouichi, terima kasih atas yang tadi"     

"Tidak perlu berterima kasih, ibu"     

Seluruh orang yang mendengar ucapan Ryouichi langsung terkejut sampai tidak bisa bergerak dan tidak bisa berbicara apa-apa.     

"Apakah ibu mau kuperkenalkan dengan teman-temanku?" tanya Ryouichi.     

"Ara, ibu akan senang jika berkenalan dengan mereka"     

Ryouichi pun mengangguk pelan dan berbalik kebelakang untuk melihat yang lainnya.     

"Ke-kenapa? Ada apa dengan kalian semua?" Ryouichi terkejut melihat pasukannya yang memasang wajah seperti mayat hidup.     

Semua pasukan [Saint Wolf] terperajat kaget terutama Enzo yang paling menunjukkan wajah ketakutan setengah mati, Enzo langsung berlari ke arah Ryouichi dan bersujud di depannya.     

"Maafkan saya atas tindakan saya yang keterlaluan, ketua. Saya tidak tahu bahwa wanita itu adalah ibu anda. Sekali lagi saya minta maaf atas perilaku saya kepada ibu anda" ucap Enzo dengan nada menyesal.     

"Su-sudahlah, Enzo. A-aku tidak terlalu mempermasalahkan itu" ucap Ryouichi yang bingung dengan sikap Enzo yang tidak perlu.     

"Te-tetap saja… Silahkan hukum saya, ketua. Saya pantas mati karena sudah berlaku kasar kepada ibu anda!"     

Tiba-tiba Enzo yang masih dalam keadaan bersujud pun merasakan ada seseorang yang mengelus kepalanya.     

"Namamu adalah Enzo, kan? Tidak perlu sampai seperti itu, aku tidak ingat pernah menyuruhmu bersujud meminta maaf seperti itu" ucap Ayumi dengan senyuman seorang ibu.     

Enzo yang mendengar hal itu langsung mengangkat kepalanya dan melihat wajah dari Ayumi.     

"Terima kasih atas pengertian anda, Nyonya Ayumi. Saya akan selalu mengingat kebaikan hati anda pada hari ini" ucap Enzo.     

"Ara, pujianmu membuatku malu" ucap Ayumi.     

Ryouichi pun memperkenalkan Ayumi kepada seluruh pasukannya dan menceritakan tentang bagaimana dirinya bisa bertemu dengan Ayumi.     

"Ja-jadi begitu, Nyonya Ayumi adalah istri dari Kolonel Ryota…" gumam Enzo.     

"Mohon bantuannya selama aku berada di dunia manusia, aku harap kalian tidak keberatan untuk menjagaku di dunia ini" ucap Ayumi sembari membungkukkan badannya.     

Ryouichi pun terlihat senang dapat memperkenalkan Ayumi kepada pasukannya, hingga dirinya melihat kearah Rose yang masih canggung untuk berada didekat Ayumi.     

"Rose? Ada apa denganmu? Apakah kau masih malu-malu untuk berbicara kepadanya?" tanya Ryouichi.     

"Ti-tidak… Hanya saja…"     

Terlihat dari nada bicara Rose yang masih menyimpan rasa canggung untuk berkenalan dengan Ayumi.     

Ryouichi pun menggenggam tangan Rose dan menariknya untuk berkenalan dengan Ayumi.     

"Ibu, ini adalah Rose. Dia adalah istriku" ucap Ryouichi.     

"Se-senang bertemu dengan anda, saya adalah is-istri dari Ryouichi" ucap Rose.     

"Sungguh perempuan yang cantik, kau sungguh bisa mencari istri yang bagus, Ryouichi" ucap Ayumi.     

Ryouichi pun tertawa kecil.     

"Hahaha, tidak mudah juga bagiku untuk menjadikan Rose sebagai istriku. Asal ibu tahu, dulu Rose itu sangat tidak menyukaiku dan selalu kesal ketika melihat wajahku. Namun siapa sangka, aku malah menikah dengan dia" ucap Ryouichi bahagia.     

Ayumi yang melihat senyuman Ryouichi pun ikut tersenyum.     

"Senyumanmu sangat mirip dengan Ryota, Ryouichi" ucap Ayumi.     

"Ma-maaf! Nama saya adalah Rose, dan juga saya sudah menganggap Kolonel Ryota sebagai kakakku, jadi…" ucap Rose.     

Ayumi langsung memeluk Rose dan membelai rambutnya.     

"Sungguh imut sekali, tolong jagalah Ryouichi" ucap Ayumi.     

Rose yang berada didekapan Ayumi pun diam-diam tersenyum. Ryouichi yang melihat hal itupun membiarkan mereka untuk berkenalan lebih lama sembari duduk di rerumputan.     

"Ryouichi, apa kau mempunyai waktu untuk berbicara denganku?" tanya Kolonel Ray yang menghampiri Ryouichi.     

"Tentu, apa yang ingin anda bicarakan?"     

Kolonel Ray pun ikut duduk bersama dengan Ryouichi.     

"Aku minta maaf sebelumnya karena sudah tiba-tiba menghunuskan senjata kepada Ayumi seperti tadi"     

"Hahaha, tidak perlu sampai seperti itu. Aku juga minta maaf karena sudah hampir membunuh anda tadi" ucap Ryouichi.     

"Ahaha… Kau bercanda kan soal tentang hampir membunuhku tadi?" tanya Kolonel Ray dengan wajah takut.     

"Tentu saja tidak. Jika anda sedikit saja melukainya tadi, maka aku memang sudah berniat untuk menikam anda dari belakang" ucap Ryouichi dengan nada santai dan tersenyum.     

Kolonel Ray yang melihat senyuman polos Ryouichi pun hanya bisa menghela nafas.     

"Ryouichi, kau tahu ungkapan air laut akan terlihat tenang sebelum terjadi badai, bukan?" tanya Kolonel Ray dengan nada serius.     

"Kolonel Ray, aku tahu arah pembicaraan anda… Anda takut bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk, bukan?" tanya Ryouichi.     

Kolonel Ray mengangguk pelan dan menatap ke langit.     

"Ryouichi, aku ingin meminta sesuatu darimu. Aku meminta hal ini kepadamu sebagai teman. Jika sesuatu yang buruk terjadi padamu saat misi nanti, tolong utamakan keselamatanmu terlebih dahulu" ucap Kolonel Ray.     

"Kolonel Ray? Mengapa anda tiba-tiba mengatakan hal seperti itu?" tanya Ryouichi heran.     

"Tatapan Ayumi kepadamu sama dengan tatapannya pada Ryota dulu. Dia melihatmu sebagai orang yang dia sayangi, jika kau kehilangan nyawamu saat misi nanti aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya" ucap Kolonel Ray.     

"Hahaha, anda tidak perlu cemas seperti itu. Lagipula aku ini sangat kuat, dan aku juga beberapa kali sudah lolos dari kematian. Jadi anda tidak perlu kha—"     

Ucapan Ryouichi terhenti saat dirinya melihat wajah Kolonel Ray yang serius. Kolonel Ray menepuk dan meremas bahu Ryouichi dan menatapnya dengan wajah sedih.     

"Ryouichi, jangan terlalu mudah menyepelekan sesuatu. Mungkin bagimu tidak masalah untuk berada di situasi hidup dan mati, namun kau juga harus memperhatikan perasaan orang yang ada didekatmu. Mulai dari Rose, pasukan [Saint Wolf], dan juga yang lainnya. Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri, aku tidak ingin lagi merasakan kesedihan karena kematian orang-orang terdekatku" ucap Kolonel Ray.     

Ryouichi pun berdiri melihat matahari yang perlahan tenggelam, pantulan cahaya langit senja terlihat sangat jelas pada kaca-kaca jendela gedung markas provinsi utara.     

"Kau tahu, Kolonel Ray? Setiap hari aku tidak pernah berhenti khawatir tentang apa yang akan terjadi padaku dan teman-temanku yang lain. Pada keadaan perang melawan demon saat ini, cukup mustahil jika berangan-angan bahwa tidak akan ada korban yang jatuh. Aku juga takut… Aku juga takut jika suatu saat aku melihat Enzo atau yang lainnya mati didepanku, beban yang ku bawa sekarang jauh lebih berat… Oleh karena itu, aku akan menolak permintaanmu yang tadi. Aku akan menjadi orang pertama yang akan mengorbankan nyawaku jika diperlukan demi keselamatan teman-temanku yang lain, termasuk anda juga"     

"Sialan, kau malah mengatakan sesuatu yang malah terasa seperti 'Death Flag'. Intinya jangan mati pada misi nanti, Ryouichi"     

Kolonel Ray pun ikut berdiri di samping Ryouichi melihat kebersamaan para anggota pasukan [Saint Wolf] yang saling berbincang dan tertawa.     

"Tentu saja, Kolonel Ray. Senyuman mereka adalah sesuatu yang akan selalu kujaga. Terutama senyuman dari Rose. Lagipula mereka adalah orang-orang yang sangat aku sayangi, termasuk diri anda" ucap Ryouichi.     

Ucapan dari Ryouichi bertepatan dengan senyuman yang sangat manis dari Rose saat melihat dirinya dan melambaikan tangan untuk memanggil Ryouichi.     

Ryouichi melihat anggota pasukan [Saint Wolf] yang lain juga ikut memanggil dirinya untuk bergabung dengan mereka. Ryouichi pun melambaikan tangannya dan berlari kearah mereka.     

"Sial, kau sangat keren. Kau sudah pernah menyelamatkanku sebelumnya, Ryouichi. Sekarang giliranku untuk membalas budiku kepadamu, Ryouichi" ucap Kolonel Ray sembari menghisap rokoknya dengan wajah serius.     

Hari itu berakhir dengan pasukan [Saint Wolf] yang memutuskan untuk menginap di markas provinsi utara untuk satu malam sebelum nantinya mereka akan kembali menuju markas provinsi timur untuk bersiap dengan misi besar mereka nantinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.