Chapter 117 : Undangan menuju Markas provinsi Utara
Chapter 117 : Undangan menuju Markas provinsi Utara
"Pertarungan yang luar biasa, kerja sama kalian sungguh bagus. Dan untukmu Alice, kau sudah mampu untuk mengkoordinasi anggota tim mu sesuai dengan kemampuan mereka" ucap Ryouichi tersenyum sembari mengulurkan tangan kepada Alice.
Alice yang melihat Ryouichi tersenyum seperti itu pun menundukkan kepalanya.
"Ko-kolonel Ryouichi, anda sungguh menahan diri anda bukan? Saya tahu jika dari awal anda mengeluarkan skill terakhir anda seperti tadi maka anda tidak perlu bersusah payah untuk melawan kami seperti itu… Pada akhirnya kami sungguh lemah dan bahkan saya merasa tidak pantas berada di pasukan ini" ucap Alice mencoba untuk menahan tangisnya.
"Kau benar, kalian untuk saat ini masih sangat lemah. Jika kalian berada di luar sana dan bertarung dengan demon, maka dipastikan akan ada salah satu dari anggota kalian yang mati. Atau terburuknya kalian semua akan mati" ucap Ryouichi dengan nada serius.
"Lalu apakah kami masih pantas untuk berada disini? Untuk apa kami berada disini jika kami sendiri masih lemah untuk bertarung diluar sana?" ucap Alice dengan penuh keputus asaan.
Seluruh anggota tim Alice yang melihat Alice menjadi seperti itu pun mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Alice, tenanglah. Ini semua adalah kesalahan kami, jika saja kami lebih kuat maka kami bisa menyeimbangi perintah darimu…" ucap Mikoto.
Tangis Alice pun tidak dapat terbendung, tangisannya pecah dan terdengar oleh para prajurit yang berada di tempat itu.
"Tampaknya perbedaan kekuatan yang sangat jauh di antara Alice dan Ryouichi sungguh membuat situasi kali ini menjadi kacau. Aku takut bahwa pertarungan kali ini akan menjadi trauma besar bagi kelompok Alice" ucap Kolonel Ray sembari menggelengkan kepalanya.
"Alice…" gumam Enzo.
Rose yang melihat hal itupun menjadi iba kepada Alice dan turun dari tempat duduknya untuk mendatangi Alice.
"Ryouichi, bukankah sudah cukup bagimu untuk mem-bully mereka?" ucap Rose.
"Ro-Rose, tampaknya aku sudah membuat mereka cukup putus asa ya" ucap Ryouichi.
Rose hanya menghela nafas dan mendekati Alice.
"Alice, apakah kau ingin menjadi lebih kuat dari dirimu yang sekarang ini?" tanya Rose.
Alice pun mendongakkan kepalanya dan melihat Rose yang menatapnya dengan wajah serius.
"Kolonel Rose… Tentu saja, aku ingin menjadi lebih kuat dari sekarang! Aku tidak ingin menjadi beban dalam pasukan ini. Aku… Aku ingin bisa bersanding dengan pasukan legendaris [Saint Wolf]!" ucap Alice dengan wajah penuh pendirian.
Rose pun tersenyum.
"Baiklah, ucapan itu saja sudah cukup bagiku untuk membantumu" ucap Rose.
Rose pun mendekati Ryouichi.
"Kolonel Ryouichi, saya Kolonel Rose sebagai pemimpin dan salah satu dari empat [Guardian] ingin mengambil alih pasukan Sersan Alice dan membawanya ke markas provinsi barat untuk pelatihan. Saya harap ada menyetujui permintaan saya" ucap Rose dengan nada prajurit militer.
Ryouichi yang mendengar hal itupun tertegun untuk sementara waktu hingga akhirnya dia tersenyum.
"Kolonel Rose, saya menyetujui permintaan anda untuk mengambil alih pasukan dari Sersan Alice dan membawa mereka ke markas provinsi barat" ucap Ryouichi sembari memberi hormat kepada Rose.
Rose yang mendengar jawaban dari Ryouichi pun membalas memberi hormat kepada Ryouichi.
"Kau dengar itu, Alice? Rose sudah menggunakan hak istimewanya sebagai [Guardian] untuk membawamu ke markas provinsi barat untuk dilatih" ucap Ryouichi.
Hak istimewa yang dimiliki oleh seorang [Guardian] sangatlah banyak, salah satunya adalah meminta perpindahan tugas salah satu prajurit atau salah satu pasukan untuk diambil alih pelatihannya kepada pemimpin markas provinsi di tempat prajurit atau pasukan itu berlatih.
"Tampaknya sesuatu yang menarik akan terjadi" gumam Kolonel Ray.
Pertandingan itupun berakhir dan pasukan [Saint Wolf] berada diruangan rapat untuk membicarakan hal-hal penting yang berkaitan dengan misi yang diberikan oleh mereka oleh Letnan Jendral Hayate.
"Tapi yang kau lakukan tadi sungguh diluar perkiraanku, Kolonel Rose. Aku tidak menyangka bahwa kau terang-terangan akan meminta perpindahan tugas dari tim Alice" ucap Kolonel Ray.
"Tidak masalah bukan? Lagipula Ryouichi tidak keberatan dengan hal itu" ucap Rose.
"Tidak-tidak, bukan tentang hal itu. Perpindahan pasukan seperti itu adalah hal yang cukup tabu jika di lakukan secara terang-terangan seperti itu didepan seluruh pasukan seperti tadi. Jika mereka salah paham, bisa saja mereka salah mengartikan bahwa Rose dan juga Ryouichi sedang ada masalah" ucap Kolonel Ray.
"Ti-tidak seperti itu, bu-bukankah seperti itu, Ryouichi?" tanya Rose dengan wajah khawatir.
"Tentu saja tidak, aku malah berpikir bahwa itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan mengingat bahwa waktu kita semakin sedikit untuk melakukan misi kita nantinya. Tapi apakah kau yakin bisa melatih mereka hanya dalam waktu beberapa hari, Rose?" ucap Ryouichi.
"Aku pikir mereka hanya butuh sedikit latihan lagi untuk mengasah keterampilan strategi mereka. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk berkembang sebelum kita melaksanakan misi kita" ucap Rose percaya diri.
"Baiklah jika kau yakin dengan itu. Lalu bagaimana dengan informasi yang ingin kau berikan tentang misi kita kali ini, Rose?" ucap Ryouichi.
"Ah, tentang hal itu…" ucap Rose ragu-ragu.
"Ada apa, Kolonel Rose? Mengapa wajah anda menjadi cemas seperti itu?" tanya Akari heran.
"Apakah Letnan Jendral Hayate memberi perintah yang tidak masuk akal lagi?" tanya Enzo.
"Tidak, hanya saja… Kebanyakan dari petinggi Central tidak menyetujui jika misi ini di pimpin oleh Ryouichi" ucap Rose.
Enzo lalu tiba-tiba memukul meja dan terlihat menahan emosinya.
"Apa? Bagaimana bisa mereka tidak menyetujui jika misi ini akan dipimpin oleh ketua? Keluhan apa lagi yang mereka punya?" ucap Enzo.
Akari pun mengelus tangan Enzo dan menatapnya dengan lembut.
"Enzo, tenanglah. Jangan langsung emosi seperti itu, mari kita dengar alasan dan analisa dulu mengapa para petinggi Central bisa sampai seperti itu" ucap Akari.
Enzo pun mengangguk pelan dan akhirnya tenang kembali.
"Baiklah, Rose. Bisakah kau jelaskan mengapa para petinggi itu menolakku untuk menjadi pemimpin misi ini" ucap Ryouichi.
Rose pun menarik nafas dan akhirnya menceritakan alasan-alasan itu.
"Semua itu bermula dari rapat yang di pimpin oleh Jendral. Rapat itu dihadiri oleh banyak petinggi Central. Pada awal rapat itu, semua berjalan lancar… Namun rapat itu menjadi memanas ketika salah satu dari petinggi menolak secara tegas dan menjelaskan kenapa Ryouichi tidak pantas menjadi pemimpin misi ini. Orang itu tidak lain adalah [Guardian] dari markas provinsi Utara yang baru…"
"[Guardian] provinsi utara yang baru? Benar juga, aku sama sekali belum mendengar perkembangan dari markas provinsi utara sejak penangkapan Kolonel Erik. Jadi mereka sudah memiliki [Guardian] yang baru" ucap Ryouichi.
"Itu benar, dan tentu saja alasan dari [Guardian] itu ditolak oleh Jendral dan juga Letnan Jendral Hayate. Namun [Guardian] itu memberi jawaban yang bahkan Jendral dan Letnan Jendral Hayate tidak dapat membantahnya. Ryouichi, [Guardian] itu tahu bahwa kau sudah mendapatkan kekuatan dari demon…" ucap Rose.
Ryouichi yang mendengar ucapan dari Rose pun tersentak dan tidak menyangka bahwa ada orang lain selain pasukan [Saint Wolf] dan orang yang dipercayai nya bisa tahu bahwa dirinya memiliki kekuatan demon.
"Lalu kenapa jika ketua memiliki kekuatan demon? Bukankah ketua selama ini selalu berada dipihak manusia? Bagaimana bisa mereka tidak menyadari hal itu?" ucap Enzo.
"Jadi [Guardian] itu yang sudah membuat nama master menjadi jelek di markas Central?" geram Reina.
"Reina, apa kau pernah bertemu dengan [Guardian] itu sebelumnya?" tanya Ryouichi.
"Chloe dan Reina pernah bertemu dengan orang itu. Sejak awal bertemu, Chloe tidak menyukai orang itu. Orang itu memiliki aura yang sangat aneh…" ucap Chloe.
"Oi…Oi… Mengapa kita tidak pernah bertemu dengan [Guardian] utara yang bersahabat? Pertama Kolonel Erik, sekarang orang itu" ucap Enzo.
"Rose, bagaimana menurutmu dengan situasi ini? Apakah ada suatu cara untuk menyelesaikan masalah ini tanpa kekerasan?" ucap Ryouichi.
Rose pun menggelengkan kepalanya.
"Aku sendiri pun bingung dengan masalah ini, Ryouichi. Bahkan Jendral pun tidak bisa menemukan solusi untuk masalah ini" ucap Rose.
"Bagaimana jika kau kesana, Ryouichi? Mungkin saja jika kau membicarakan masalah ini langsung dengannya maka [Guardian] itu dapat meyakinkan petinggi lain untuk menyetujui dirimu menjadi pemimpin misi ini" ucap Natsumi.
"Hmmm… Bertemu secara langsung ya? Tapi aku tidak yakin apakah dia akan menerimaku jika nanti aku mengirim surat permintaan kunjungan ke provinsi itu" ucap Ryouichi ragu-ragu.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Biar saya saja yang membuka pintu itu" ucap Enzo.
Ketika Enzo membuka pintu, Enzo melihat ada seorang prajurit yang membawa sebuah kotak berwarna hitam. Enzo pun menerima kotak itu dan kembali masuk kedalam ruangan rapat.
"Ketua, tampaknya ada sebuah paket yang ditujukan kepada anda secara langsung. Nama pengirimnya adalah Elizabeth Curtis" ucap Enzo.
"Nama itu! Dia adalah [Guardian] dari markas provinsi utara yang baru" seru Chloe.
"Jadi, dia bergerak lebih dulu dari kita… Enzo, bukalah kotak itu dan lihat isinya" ucap Ryouichi.
Tiba-tiba Chloe dan Reina berdiri melindungi Ryouichi dan memasang posisi bertahan.
"Master, berhati-hatilah. Chloe tidak yakin bahwa isi kotak itu aman" ucap Chloe waspada.
Ryouichi pun tersenyum dan berdiri, lalu mengelus kepala mereka berdua.
"Tenang saja, kalian terlalu khawatir. Sejahat apapun niat dari [Guardian] itu, tetap saja dia tidak bisa sembarangan mengirimkan paket yang berbahaya. Terlebih paket itu dikirimkan atas namanya" ucap Ryouichi.
Enzo lalu dengan hati-hati membuka kotak itu, Enzo pun melihat sebuah batu Kristal berwarna biru tua dan mengambilnya.
"Ketua, ini adalah batu sihir penyimpan suara" ucap Enzo.
"Bisakah kau mengaktifkan batu itu? Aku ingin mendengar isi dari batu itu" ucap Ryouichi.
Enzo pun menganggukkan kepalanya dan menaruh telapak tangannya diatas batu itu. Perlahan Enzo mengalirkan kekuatan sihir kedalam batu itu hingga batu itu bersinar dan mengeluarkan suara.
"Ekhem… Maaf menganggu waktu anda yang berharga, Kolonel Ryouichi. Saya adalah Kolonel Elizabeth Curtis, [Guardian] dan pemimpin baru dari markas provinsi utar. Saya ingin mengundang anda secara langsung untuk menghadiri pesta peresmian di markas provinsi utara dalam dua hari lagi, saya harap anda dapat datang bersama dengan pasukan [Saint Wolf] yang anda pimpin. Sampai berjumpa di pesta itu, hormat saya kepada anda"
Batu Kristal itu pun berhenti bersuara, suasana dalam ruangan itupun menjadi hening sejenak seakan-akan seluruh orang didalam ruangan itu sedang memikirkan sesuatu.
"Menarik, aku tidak menyangka bahwa kita akan diundang secara langsung oleh [Guardian] itu. Baiklah kalau begitu, Enzo segera persiapkan hal-hal apa saja yang akan kita bawa ke markas provinsi utara" ucap Ryouichi.
Ryouichi pun kembali duduk dan menyalakan rokoknya.
"Ketua, apakah anda yakin ingin kesana?! Bukankah ini bisa saja jebakan untuk anda?" ucap Enzo.
"Enzo benar, kau terlalu ceroboh Ryouichi" ucap Rose.
"Mereka benar, Ryouichi. Aku sendiri sebagai [Guardian] dan salah satu temanmu menyarankan untuk tidak menghadiri pesta itu. Terlebih aku belum terlalu mengenal [Guardian] itu" ucap Kolonel Ray.
"Bagaimana menurutmu, Natsumi?" tanya Ryouichi.
Natsumi terlihat berpikir keras dan akhirnya mengutarakan pendapatnya.
"Jika kau bersikeras untuk menghadiri pesta itu maka aku tidak dapat menghentikanmu. Tapi aku sarankan untuk bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Meskipun mencurigakan namun kecil kemungkinan bagi [Guardian] itu untuk menyerangmu di sana, karena pastinya pesta itu juga akan dihadiri oleh petinggi lainnnya. Jadi tidak mungkin [Guardian] itu akan terang-terangan menyerangmu, terlebih jika nantinya [Guardian] itu benar-benar menyerangmu maka hal itu bisa dijadikan alasan bagi markas provinsi timur untuk menyatakan perang kepada markas provinsi utara. Dan aku sangat yakin [Guardian] itu tidak sebodoh itu untuk mengambil keputusan ceroboh dan tidak masuk akal seperti itu" ucap Natsumi.
"Baiklah kalau begitu, sudah dipastikan. Kita akan kesana… Aku juga ingin bertemu langsung dengan [Guardian] baru itu" ucap Ryouichi sembari tersenyum kecil.
Di sisi lain, Kolonel Elizabeth tengah berdiri diatas benteng markas provinsi Utara dan melihat ke langit.
"Kolonel Ryouichi, saya harap anda adalah orang yang sesuai dengan perkiraanku…"