Chapter 114 : Pelatihan Alice
Chapter 114 : Pelatihan Alice
"Ketua? Ketua!"
Ryouichi yang sedang duduk di meja kerjanya tersentak setelah Enzo memanggil namanya dengan nada yang semakin meninggi.
"Enzo? Maaf, apakah tadi mengucapkan sesuatu kepadaku?" tanya Ryouichi.
"Anda tampaknya kurang tidur, ketua. Bagaimana kalau anda beristirahat dulu? Anda sudah mengerjakan beberapa dokumen militer selama beberapa hari tanpa istirahat yang cukup" ucap Enzo dengan nada khawatir.
"Tampaknya bahkan kau menyadarinya juga, Enzo… Sudah 3 hari sejak aku resmi menjadi [Guardian], aku merasa harus menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum kita pergi untuk misi bersama dengan Letnan Jendral Hayate" ucap Ryouichi.
"Memang benar, namun anda tidak perlu sampai memaksakan sampai anda kurang tidur seperti ini. Jika anda sakit, Kolonel Rose pasti akan memarahiku duluan karena tidak menghentikan anda." Enzo menghela nafas panjang sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Hahaha, kau benar. Aku akan terima saranmu untuk tidak terlalu bekerja keras, lagipula aku berani bertaruh Kolonel Ryota juga tidak terlalu memperdulikan pekerjaan formal seperti ini" ucap Ryouichi.
Ryouichi pun beranjak dari duduknya dan berjalan kearah jendela. Ryouichi menghirup udara segar pagi hari dan melihat matahari yang perlahan beranjak naik, Ryouichi merogoh saku bajunya untuk mengambil sekotak rokok dan mulai membakarnya.
"Enzo, apa menurutmu kita bisa memenangkan pertarungan dengan demon? Bukan berarti aku tidak yakin kita bisa menang, tapi… Ketika aku memikirkan nantinya ada banyak korban yang berjatuhan karena perang ini, aku menjadi berpikir bahwa sebenarnya untuk apa kita berperang selama ini dengan demon? Bukan berarti aku melupakan tujuan kita berperang dengan demon, namun nantinya apa yang akan terjadi setelah kita memenangkan perang ini? Apakah dunia nantinya memang bisa damai tanpa harus menumpahkan darah lagi?" ucap Ryouichi sembari memandangi langit.
"Saya yakin kita bisa memenangkan perang ini ketua. Namun jika anda bertanya kepada saya tentang bagaimana nantinya jika kita berhasil memenangkan perang ini… Saya juga tidak tahu. Apakah nantinya saya masih akan bergabung dengan militer atau memilih kehidupan lain yang lebih damai di banding di militer" ucap Enzo.
Ryouichi diam-diam tersenyum kecil dan menghembuskan rokoknya.
"Yah, kita simpan hal itu untuk nanti. Enzo, bisakah kau menemaniku ke lapangan untuk memantau latihan pasukan? Jika ku ingat kembali, aku sama sekali belum melihat latihan para pasukan setelah aku kembali dari cutiku" ucap Ryouichi.
"Tentu saja, tapi saya harus menemani Akari terlebih dahulu. Saya sudah berjanji kepada Akari untuk menemaninya ke pusat kota untuk berbelanja sesuatu, apakah anda tidak keberatan dengan itu? Atau lebih baik jika saya batalkan saja janji dengan Akari?"
"Tidak, tidak perlu. Kau pergi saja dengan Akari, bukankah aku nantinya akan merasa tidak enak jika nantinya kau membatalkan janjimu dengan Akari hanya karena diriku. Aku akan pergi sendiri ke lapangan nanti, kau bisa menyusulku saja jika sudah kembali"
"Baiklah jika itu yang anda mau, kalau begitu saya pergi dulu" ucap Enzo lalu setelahnya berjalan keluar dari ruangan Ryouichi.
"[Guardian] yah? Tampaknya tidak buruk juga" gumam Ryouichi.
Setelahnya, Ryouichi memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di taman sembari menunggu pelatihan rutin prajurit.
"Tuan Ryouichi!" seru Tiara dari kejauhan menyapa Ryouichi yang tengah berjalan santai.
"Ah, Tiara. Selamat pagi, dimana yang lain? Aku tidak melihat yang lainnya"
"Ah, Chloe dan Reina sedang bersiap-siap diruangan mereka masing-masing karena mereka nanti ada jadwal untuk bertemu dengan para petinggi pertama Central untuk membahas latihan para prajurit Central. Lalu untuk Natsumi, dia sedang berada di ruangan rapat bersama dengan Mayor Megumi untuk membahas masalah penting lain. Dan untuk saya sendiri…. Seperti yang anda lihat, saya tidak ada kegiatan apa-apa dan hanya berjalan-jalan seperti ini untuk menghabiskan waktu" ucap Tiara.
"Mereka tampaknya lebih sibuk dari yang kukira… Ah, kalau kau tidak ada kesibukan, bagaimana jika kau menemaniku ke lapangan untuk melihat pelatihan rutin prajurit?" ucap Ryouichi.
"Tentu, dengan senang hati" ucap Tiara sembari tersenyum.
Mereka berdua pun berjalan menuju lapangan pelatihan sembari berbincang-bincang ringan, hingga mereka akhirnya sampai di tempat itu.
Terlihat banyak prajurit yang sedang berbaris dan mendengarkan materi dari salah satu instruktur. Instruktur yang melihat kedatangan Ryouichi dan Tiara pun segera memberi hormat dan menyapa mereka.
"Selamat pagi, Kolonel Ryouichi. Saya tidak menyangka anda akan datang ke sini hanya untuk melihat pelatihan prajurit, saya merasa terhormat dengan kedatangan anda kemari" ucap instruktur itu dengan wajah tegang.
"Kau tidak perlu tegang seperti itu, aku sedang tidak ada pekerjaan dan hanya ingin melihat perkembangan para prajurit"
Pandangan Ryouichi teralihkan pada salah satu regu yang berisikan beberapa orang yang wajahnya tidak asing.
"Ah, bukankah kalian adalah para prajurit muda yang waktu itu datang ke restoranku?"
Yang Ryouichi sapa tidak lain adalah regu [Saint Wolf] muda yang dimana Alice berada.
"Se-senang bertemu dengan anda, Kolonel Ryouichi" ucap salah satu dari mereka dengan kepala botak dan berbadan besar.
"Hahaha, aku ingat denganmu. Bukankah waktu itu kau hendak menantangku untuk berkelahi?" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.
"Na-nama saya adalah Seth dan pangkat saya adalah Kopral. Ma-maafkan perilaku saya yang kurang ajar pada waktu itu kepada anda, Kolonel Ryouichi. Saya tidak tahu bahwa anda adalah ketua dari pasukan [Saint Wolf], sekali lagi maafkan saya" ucap Seth dengan tubuh gemetar.
"Ko-kolonel Ryouichi, apakah dari prajurit ini ada yang lancang kepada anda? Jika anda mau saya bisa menghukum mereka sesuai dengan aturan yang berlaku" ucap salah satu instruktur.
"Tidak perlu, mereka masih muda dan kadang berbuat salah. Aku paham, karena dulu aku juga begitu saat Kolonel Ryota masih ada..." ucap Ryouichi.
Ryouichi pun diam untuk beberapa saat yang membuat suasana ditempat itu menjadi canggung.
"Tu-tuan Ryouichi? Apakah anda baik-baik saja?" tanya Tiara khawatir.
"Ah, ti-tidak apa-apa. Aku hanya teringat masa-masa dulu saja" ucap Ryouichi.
"Kolonel, apakah anda tertarik memberi pelatihan kepada para prajurit ini? Anda bisa memberi pelatihan hari ini jika anda bersedia" ucap salah satu instruktur.
"Apakah tidak apa-apa? Bukankah nantinya aku akan mengganggu pelatihan hari ini dengan pengajaran yang mungkin tidak bagus?" ucap Ryouichi ragu-ragu.
"Dia benar, tuan Ryouichi. Bukankah bagus jika anda memberikan pelatihan untuk sesekali? Tidak perlu pelatihan yang berat, namun anda bisa memberi pelatihan tentang apa yang anda ketahui" ucap Tiara mencoba membujuk Ryouichi.
Ryouichi pun terlihat ragu untuk sesaat hingga akhirnya dia memutuskan untuk memberi pelatihan pada saat itu.
Ryouichi pun berdiri di depan para prajurit pelatihan dan agak canggung untuk memulai pelatihan.
"Ekhem… Baiklah, karena hari ini yang akan melatih kalian adalah aku sendiri, maka aku putuskan untuk menanyakan kepada kalian tentang apa yang ingin kalian pelajari hari ini" ucap Ryouichi.
Para prajurit pelatihan nampak bingung dengan apa yang dikatakan oleh Ryouichi, karena ini pertama kalinya mereka mendapat pertanyaan seperti itu. Mereka pun saling berbisik satu sama lain hingga akhirnya salah satu prajurit mengangkat tangan untuk bertanya kepada Ryouichi.
"Nama saya Alice dan pangkat saya adalah Sersan. Kolonel Ryouichi, bisakah anda memberitahu kepada kami tentang kekuatan [Insignia]?"
Alice mengucapkan pertanyaan dengan menggebu-gebu dan sangat bersemangat. Rambut Ahoge Alice bergerak kekiri dan kekanan selagi dirinya menanyakan hal itu kepada Ryouichi.
Prajurit lain yang mendengar pertanyaan Alice pun terdiam dan memandang Ryouichi untuk mendengarkan jawaban dari Ryouichi.
"Pertanyaan yang bagus, Sersan Alice. Baiklah, tentang Insignia yang kau tanyakan itu sederhananya adalah bukti bahwa telah diakui oleh senjata roh kalian dan kalian bebas menggunakan kekuatan dari senjata roh kalian. Namun bukan berarti jika kalian tidak memiliki [Insignia] kalian tidak bisa menggunakan kekuatan senjata roh kalian" ucap Ryouichi.
"Lalu bukankah [Insignia] hanya menjadi simbol saja? Bukankah dengan dan tanpa [Insignia], para prajurit masih bisa menggunakan kekuatan dari senjata roh mereka?" tanya Alice lagi.
Ryouichi tersenyum dan mengangkat jarinya.
"[Insignia] bukan hanya menjadi simbol saja, tapi lebih tepatnya [Insignia] dapat melepas pembatas kekuatan asli dari senjata roh kalian. Contohnya seperti ini, tanpa [Insignia] kalian hanya bisa menggunakan sekitar 35 persen sampai 50 persen dari kekuatan asli senjata roh kalian. Dan jika kalian memiliki [Insignia], maka kalian bisa menggunakan kekuatan dari senjata roh kalian hingga 100 persen tanpa batasan apapun. Namun tetap harus kalian ingat bahwa menggunakan 100 persen kekuatan senjata roh kalian sama artinya dengan mengorbankan sesuatu, dengan kata lain efek samping. Efek samping itu bisa terdiri dari tubuh kalian yang sangat kelelahan atau kalian tidak bisa menggunakan senjata roh selama beberapa hari" ucap Ryouichi.
Para prajurit yang mendengar ucapan dari Ryouichi pun kagum dengan penjelasan dari Ryouichi yang mudah untuk mereka pahami.
"Bisakah anda memperlihatkan contoh dari penjelasan anda? Saya ingin melihat perbedaan dari kekuatan tanpa dan dengan [Insignia] secara langsung" ucap Alice dengan wajah bersemangat.
Salah satu instruktur pun tampak keberatan dengan ucapan Alice karena mengganggap Alice sudah lancang kepada Ryouichi untuk memperlihatkan kekuatan didepan para prajurit pelatihan.
"Sersan Alice, bukankah yang kau minta sudah berlebihan? Meminta hal seperti itu dari salah satu [Guardian] secara langsung adalah—"
Ucapan instruktur itu terhenti setelah melihat Ryouichi memberi tanda untuk berhenti berbicara.
"Tentu, aku tidak keberatan. Instruktur, bisakah kau membawakan alat peraga sekarang?" ucap Ryouichi.
Instruktur itu langsung menganggguk dan tanpa banyak bicara langsung pergi untuk beberapa saat dan membawa alat peraga kepada Ryouichi.
"Baiklah, kalian perhatikan baik-baik apa yang akan aku lakukan sekarang" ucap Ryouichi.
Ryouichi pun merapal mantera dan sekejap muncul [Chronos] di tangan kanannya. Ryouichi perlahan memasang kuda-kuda untuk menyerang. Ryouichi langsung menyerang alat peraga itu dan dalam hitungan detik alat peraga itu terbelah menjadi beberapa bagian.
"Yang kalian lihat adalah kekuatan dari senjata roh tanpa [Insignia], bisa kalian lihat seberapa besar kerusakan yang di terima oleh alat peraga itu" ucap Ryouichi.
Setelahnya, Ryouichi melepas sarung tangannya dan [Insignia] yang berada di tempurung tangannya bersinar.
"[Skill : Divine Slash]"
Ryouichi pun melayangkan serangannya ke arah alat peraga itu dan ledakan besar pun terjadi. Para prajurit pelatihan pun terkejut dengan serangan Ryouichi.
"Dan itulah hasil dari serangan yang dikeluarkan ketika kalian mengaktifkan [Insignia], dan untuk kalian ketahui serangan tadi adalah serangan paling lemah milikku" ucap Ryouichi.
Mata Alice berbinar ketika melihat Ryouichi mengeluarkan kekuatannya.
"Kolonel Ryouichi, apakah semua pengguna [Insignia] sekuat anda?" tanya Alice.
Ryouichi pun tertawa kecil.
"Bagaimana kalau kau tanyakan langsung kepada para pengguna [Insignia] di markas ini selain diriku?" ucap Ryouichi.
Tiba-tiba terdengar beberapa langkah kaki mendekati para prajurit pelatihan itu.
"Ketua!"
"Master!"
Akari, Enzo, Chloe, Natsumi dan juga Reina berjalan berdampingan menuju Ryouichi.
"Bukankah para prajurit ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar?" ucap Enzo.
Pasukan [Saint Wolf] milik Ryouichi pun berkumpul dan bergabung dengan Ryouichi dalam pelatihan prajurit saat itu.