Chapter 109 : Pertemuan Mayor Megumi dan Sosok bertopeng
Chapter 109 : Pertemuan Mayor Megumi dan Sosok bertopeng
"Apakah kau yakin ini akan baik-baik saja? Jika kita ketahuan, maka kita dipastikan akan dihukum mati" ucap salah satu prajurit.
"Tenanglah, aku sudah merencakan hal ini serapih mungkin agar tidak ketahuan oleh yang lainnya" ucap prajurit lainnya.
"Dia benar, jika kita berhasil dengan rencana ini maka kemungkinan kita akan bisa mendapat uang banyak dari demon-demon itu" ucap prajurit lain.
Mayor Megumi pun bersembunyi di semak-semak dan mengawasi gerak-gerik mereka.
"Apa yang mereka lakukan? Kenapa prajurit dari regu assassin tidak berada pada posisi mereka?" gumam Mayor Megumi.
Tiba-tiba Mayor Megumi melihat dua sosok yang tidak lain adalah sosok demon. Dua demon itu menghampiri para prajurit itu.
"Apakah kalian sudah memasang alat itu? Aku harap kalian tidak mengecewakan kami" ucap salah satu demon yang terlihat mengenakan baju seperti kepala pelayan.
"Anda tidak perlu khawatir, kami sudah memasang alat itu di delapan titik seperti yang anda perintahkan. Kolonel Ray dan pasukan yang berada di dalam menara itu sudah pasti tidak dapat menggunakan sihir komunikasi dan tidak dapat menggunakan senjata roh mereka" ucap salah satu prajurit itu dengan bangga.
"Bagus, kalian sudah bekerja dengan baik" ucap salah satu demon itu.
"Ja-jadi bagaimana dengan emas yang kalian janjikan kepada kami? Bukankah ini saatnya kalian menepati janji kalian?" ucap prajurit lain.
Demon itu pun menghela nafas dan memerintahkan demon yang berada dibelakangnya untuk memberikan sesuatu kepada mereka.
"I-ini sungguh emas! Kalian para demon menepati janji kali—" ucapan prajurit itu terhenti setelah demon itu menebas kepalanya.
"A-apa ini? Kenapa kalian malah membunuhnya? Bukankah kami sudah membantu kalian dan menepati janji kami untuk memasang alat itu?" ucap salah satu prajurit yang ketakutan.
Tidak butuh waktu lama untuk kedua demon itu membunuh seluruh prajurit pengkhianat itu. Mayor Megumi yang melihat hal itupun menutup mulutnya dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun. Namun kedua demon itu sudah menyadari kehadiran Mayor Megumi sedaritadi.
"Tampaknya seluruh prajurit pengkhianat itu sudah kita bunuh, ayo pergi dari sini. Dan lokasi penempatan alat segel sihir itu ada berada di 8 titik yang mengelilingi menara itu, sebaiknya kau bertindak cepat…" ucap demon yang memakai baju pelayan.
Dua demon itu pun pergi tanpa berbuat apa-apa lagi terhadap Mayor Megumi, meskipun mereka tahu bahwa Mayor Megumi ada dibalik semak-semak.
Setelah dua demon itu pergi, Mayor Megumi akhirnya keluar dari semak-semak. Mayor Megumi tahu bahwa kedua demon tadi itu sebenarnya memberikan informasi kepada dirinya dan ingin dirinya melepas alat-alat itu.
"Tidak ada waktu lagi untuk ragu, aku harus cepat melepas alat-alat itu dan menolong Kolonel Ray" ucap Mayor Megumi.
Mayor Megumi dengan cepat berlari menuju menara itu. Di sisi lain, Kolonel Ray masih terjebak bersama dengan prajuritnya dan dikepung oleh puluhan demon.
"Aku adalah demon tingkat langit dan merupakan penguasa menara ini. Namaku adalah Dorn" ucap demon itu.
Dorn merupakan sosok demon yang memiliki 4 tanduk merah dan sayap berwarna cokelat terang serta sorot mata yang terlihat kejam.
"Jarang sekali aku bertemu dengan demon yang masih mau memperkenalkan dirinya kepada manusia. Entah karena memang kau sombong atau hanya karena formalitas. Namaku adalah Ray" ucap Kolonel Ray yang masih dengan posisi waspada.
Demon Dorn terkejut ketika mendengar nama dari Kolonel Ray.
"Kau adalah orang yang berhasil menang dari Astaroth dan para anak buahnya. Sungguh mengejutkan sekali, aku merasa terhormat dapat bertemu dengan prajurit sekuat dirimu" ucap Demon Dorn.
"Tidak perlu banyak basa-basi, dimana para sandera yang kau tawan? Cepat bebaskan mereka dan keluar dari menara ini" ucap Kolonel Ray.
Demon Norn pun tersenyum mengerikan dan menatap Kolonel ray.
"Sandera? Ah, aku memang pernah menculik beberapa manusia dan menempatkan mereka disini. Namun… Aku menculik mereka bukan untuk dijadikan sandera, tapi aku menculik mereka untuk kujadikan sebagai makananku" ucap Demon Dorn.
"Sialan! Jangan bercanda denganku" teriak Kolonel Ray.
"Kau tidak perlu semarah itu, aku hanya tidak bisa menahan rasa untuk memakan daging manusia. Apalagi daging dari para anak-anak kecil, daging mereka sungguh menggiurkan dan lembut sekali. Ah, tapi aku tidak memakan mereka semua, aku menemukan beberapa anak-anak dengan kekuatan sihir yang diatas rata-rata. Dan aku berpikir bukankah lebih baik aku memanfaatkan mereka daripada memakan mereka. Jika mereka menolak, maka aku akan memotong tangan dan kaki mereka lalu menyembuhkan mereka dan terus melakukan hal itu berulang-ulang sampai mereka menuruti perintahku. Aku sungguh jenius bukan?" ucap demon Dorn.
Emosi Kolonel Ray pun memuncak.
"Demon bajingan! Kau psikopat sialan" teriak Kolonel Ray.
"Tetaplah berteriak seperti itu, lagipula kau tidak bisa berbuat apa-apa selama kau tidak bisa memanggil senjata rohmu itu" ucap Demon Dorn.
Demon Dorn yang sedaritadi memegang rantai di tangannya pun menarik rantai itu dan terlihat dua gadis kecil yang dileher mereka terpasang kalung besi. Tubuh kedua gadis kecil itu terlihat penuh luka cambukan dan tatapan penderitaan dari wajah mereka. Keduanya merangkak menuju demon Dorn setelah rantai yang ada dileher mereka ditarik olehnya.
"Lihat bukan? Kedua gadis kecil ini menurutiku dan menganggapku sebagai tuan mereka. Mereka sangat bertalenta dalam sihir pengikat dan sihir pemanggilan. Dan berkat dari sihir mereka juga lah, kalian para prajurit [The Saviour] tidak dapat menggunakan sihir" ucap Demon Dorn.
"A-apa katamu? Cepat lepaskan mereka!" seru Kolonel Ray.
"Sebaiknya kau mengkhawatirkan kondisimu sendiri, aku takut prajuritmu akan kehilangan akal dan menyerang satu sama lain" ucap Demon Dorn.
"Apa maksudmu—"
Kolonel Ray pun melihat para prajurit yang berada dibelakangnya malah berkelahi satu sama lain dan saling membunuh.
"Ka-kalian! Hentikan, apa yang kalian lakukan?" ucap Kolonel Ray.
"Hahaha, percuma saja. Kau tidak akan bisa menyadarkan mereka, mereka sudah terkena mantera dari sihir salah satu gadis kecil ini" ucap Demon Dorn.
"Si-sialan" gumam Kolonel Ray.
Kolonel Ray yang melihat kedua gadis kecil itu pun menjadi iba, dan dirinya melihat bahwa kedua gadis kecil itu sangat tersiksa dan mulutnya terlihat bergerak mengucapkan sesuatu.
"To-tolong, bunuh kami" ucap salah satu gadis kecil itu.
Dada Kolonel Ray menjadi sesak karena rasa kasihan dan ingin secepatnya menghentikan penderitaan mereka, namun Kolonel Ray masih belum menemukan cara untuk mengeluarkan sihirnya.
"Aku pasti akan membunuhmu! Aku akan menebas seluruh tangan dan kakimu! Aku akan merobek tenggorokanmu, lihat saja nanti!" teriak Kolonel Ray penuh amarah.
Sementara disisi lain, Mayor Megumi telah mencabut 3 dari 8 alat penyegel sihir yang sebelumnya dipasang oleh prajurit pengkhianat.
"Baiklah, 3 dari alat penyegel ini sudah kucabut. Tersisa 5 penyegel lagi untuk kucabut, aku harap aku tidak terlambat" gumam Mayor Megumi.
Namun dirinya melihat segerombolan prajurit provinsi Selatan menuju kearahnya.
"Ah, kebetulan mereka kemari. Aku akan memberitahukan tentang masalah alat penyegel ini kepada mereka dan akan meminta mereka untuk membantuku" ucap Mayor Megumi.
Namun ketika Mayor Megumi berlari kearah mereka untuk meminta bantuan, segerombolan pasukan itu malah menyerang dirinya.
"Ka-kalian! Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian malah menyerangku?" seru Mayor Megumi sembari menghindari serangan demi serangan yang dilayangkan kepadanya.
Para segerombolan prajurit itu terlihat tidak menghiraukan perkataan dari Mayor Megumi dan mata mereka terlihat kosong.
"Ada yang tidak beres dari perilaku mereka, mereka terlihat seperti dikendalikan. Tapi oleh siapa?" Mayor Megumi terus menerka dan bertanya dalam hatinya mencoba mencari petunjuk.
Namun dirinya tidak dapat terus menerus menghindari serangan yang dilayangkan oleh sekumpulan prajurit yang tengah menggila itu. Dirinya pun tertusuk pedang dibagian pundak dan jatuh terduduk ditanah.
"Ti-tidak" gumam Mayor Megumi panik.
Dirinya pun terpojok dan bersandar pada pohon besar.
Sesaat sebelum dirinya di kepung dan diserang lagi oleh para prajurit yang kehilangan akalnya itu, tiba-tiba dirinya mendengar suara samar-samar di telinganya.
"Cepat menunduklah sebelum seranganku mengenai dirimu"
Tanpa berpikir panjang, Mayor Megumi pun menundukkan kepalanya dan terlihat ledakan besar menghantam para prajurit yang sedang dikendalikan pikirannya.
Melihat ledakan besar yang menghantam prajurit-prajurit itu, Mayor Megumi pun menghampiri mereka dan memeriksa kondisi para prajurit yang tergeletak ditanah tidak sadarkan diri.
"Syu-syukurlah mereka tidak terluka parah…" gumam Mayor Megumi.
Mayor Megumi pun merasakan sebuah kehadiran yang tidak asing dibelakang dirinya. Dengan cepat, Mayor Megumi pun menengok kebelakang. Dirinya melihat sosok tegap dan tinggi memakai topeng dan berambut putih berdiri memegang sebuah panah besar berwarna hitam.
"Cih, aku sedikit terlambat kali ini. Apakah kau baik-baik saja?"
Mayor Megumi pun berdiri dan menghampiri sosok itu.
"Terima kasih atas bantuanmu, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada diriku jika kau tidak membantu tadi" ucap Mayor Megumi.
Sosok itu tersenyum sedih dibalik topeng yang dia kenakan.
"Mayor Megumi, dirimu masih sama seperti dulu. Aku gagal melindungimu pada waktu itu, namun aku berjanji akan menyelamatkan dirimu di dunia ini" gumam sosok itu dalam hati.
"A-ada apa? Mengapa kau diam saja seperti itu?" ucap Mayor Megumi khawatir.
"Tidak, seharusnya yang harus kau khawatirkan adalah dirimu. Jika aku terlambat sedikit saja, maka kau bisa kehilangan nyawamu! Bukankah kau setidaknya bisa melumpuhkan pasukan lemah seperti mereka itu?" ucap sosok bertopeng itu.
Mayor Megumi tertegun seakan menyadari sesuatu.
"Mungkinkah dia adalah… Tidak, tidak mungkin dia adalah orang itu" gumam Mayor Megumi.
Dirinya pun menyadari bahwa dia masih belum menyelesaikan tugasnya untuk mencabut alat penyegel sihir.
"Aku masih belum mencabut alat yang tersisa! Maaf, aku harus meninggalkanmu, tapi aku sungguh harus menyelamatkan seseorang aku cintai" ucap Mayor Megumi.
Dirinya pun bergegas untuk pergi dari tempat itu, namun sosok bertopeng itu mengeluarkan sesuatu dari jubah bajunya.
"Apakah maksudmu alat penyegel yang ini?" tanya sosok bertopeng itu.
Mayor Megumi pun terkejut, tidak percaya bahwa sosok bertopeng itu berhasil melepas dan menghancurkan alat penyegel sihir itu.
"Ba-bagaimana bisa kau melepas alat penyegel sihir itu secepat dan sebanyak itu? Bahkan aku memerlukan waktu yang lumayan lama hanya untuk mencabut satu alat segel"
"Tidak perlu banyak bertanya seperti itu, bukankah kau harus menyusul Kolonel Ray?" tanya sosok bertopeng itu.
"Be-benar! Maaf, aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas bantuanmu, pahlawan bertopeng!" seru Mayor Megumi berlari sembari melambaikan tangannya kepada sosok bertopeng.
"Pahlawan bertopeng, huh? Nama yang tidak buruk"
Sosok bertopeng itu pun hanya tersenyum dibalik topengnya dan perlahan pergi meninggalkan tempat itu.