Chapter 98 : Dua Hati Satu Jiwa
Chapter 98 : Dua Hati Satu Jiwa
Ryouichi terlihat sangat terkejut ketika melihat Rose yang tengah berlari kearahnya.
"Akhirnya orang yang ditunggu telah datang" ucap Hayate sembari tertawa kecil seakan sudah tahu bahwa Rose akan datang ke tempat itu.
"Ro-Rose?!" ucap Ryouichi dengan ekspresi tidak percaya.
Rose pun langsung memeluk Ryouichi dengan keras dan membuat keduanya jatuh ketanah.
"Ryouichi… Ryouichi… Ryouichi" ucap Rose sembari menangis.
"Rose?" ucap Ryouichi kebingungan.
Ketika melihat pertemuan antara Ryouichi dan Rose, Hayate memutuskan untuk membiarkan mereka berdua sendirian dan berjalan pelan meninggalkan Rose dan Ryouichi.
"Ryouichi, maafkan aku… Maafkan aku… Aku sangat bodoh karena sudah melepaskanmu" ucap Rose dengan penuh perasaan bersalah.
Rose pun menangis didada Ryouichi.
"Rose? Apakah ingatanmu sudah kembali?" tanya Ryouichi.
Rose pun menatap wajah Ryouichi dan mengangguk pelan, terlihat mata Rose yang memerah karena menangis.
"Aku sangat menyesal telah berbuat dan berkata seperti itu kepadamu, aku… Aku…" ucap Rose.
Rose pun terkejut ketika melihat Ryouichi yang berlinang air mata.
"Apakah ini mimpi? Jika memang ini adalah mimpi, aku berharap aku tidak pernah terbangun lagi untuk selamanya" ucap Ryouichi.
"Ini bukan mimpi, Ryouichi. Aku benar-benar datang untuk menjemputmu" ucap Rose.
Ryouichi pun mendekap Rose dan menangis.
"Aku sudah berusaha sangat keras untuk melupakanmu, namun setiap aku mencoba semakin aku tidak bisa untuk melupakanmu. Aku sangat rindu dirimu, aku sangat ingin bertemu dirimu…. Aku merindukanmu, Rose" ucap Ryouichi.
Rose pun mencium bibir Ryouichi dengan lembut untuk beberapa saat.
"Ryouichi, aku tahu kau masih belum bisa memaafkanku karena sudah meninggalkanmu. Namun aku juga tidak bisa hidup tanpa dirimu disampingku, bolehkah aku membuat permintaan yang egois kepadamu?" ucap Rose.
Ryouichi pun mengangguk pelan.
"Izinkan aku untuk memiliki hidupmu kembali, aku mohon. Izinkan aku untuk menghabiskan sisa hidupku lagi denganmu" ucap Rose memohon.
Ryouichi pun diam untuk beberapa saat dan perhatian Ryouichi teralihkan pada gelang yang dipakai oleh Rose.
"Kau masih memakai gelang yang kuberikan kepadamu dulu" ucap Ryouichi.
Rose pun melihat kegelang yang dia pakai dan tersenyum.
"Karena gelang inilah ingatanku bisa kembali. Dan kulihat kau masih memakai syal yang kuberikan kepadamu" ucap Rose.
"Tentu saja, aku tidak sanggup untuk membuang syal ini. Aku bahkan tidak bisa tidur dengan tenang tanpa memakai syal ini" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.
Rose pun menatap Ryouichi dengan wajah bahagia.
"Ryouichi, ja-jadi bagaimana dengan jawabanmu?" tanya Rose dengan perasaan gugup.
"Maaf…" ucap Ryouichi dengan nada dingin.
Rose sangat terkejut dan memasang wajah ketakutan, dirinya menganggap bahwa Ryouichi masih marah kepadanya dan tidak mau untuk kembali bersama dirinya. Rose pun menangis setelah mendengar ucapan dari Ryouichi.
"Ryouichi, aku akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahanku. Aku mohon kepadamu, aku berjanji untuk selalu mengikuti perkataanmu dan bahkan kau boleh meminta apa saja dariku. Jadi tolong…" ucap Rose sembari memukul dada Ryouichi dengan pelan.
"Jadi kau akan mengikuti seluruh perintah dariku?" ucap Ryouichi.
"Aku bersedia! Aku akan melakukan apa saja jika itu bisa membuat kau memaafkanku" ucap Rose antusias.
Tiba-tiba Ryouichi tertawa kecil dan membuat Rose heran.
"Kalau begitu permintaan dariku hanya satu, yaitu aku harap kau tidak akan keberatan kalau aku tidak akan melepaskan dirimu lagi untuk selamanya dan aku akan memaksa dirimu untuk selalu bersama dengan diriku hingga tua nanti. Bagaimana dengan itu? Aku minta kau untuk memenuhi permintaanku ini" ucap Ryouichi sembari tersenyum.
Sebuah senyuman penuh kelegaan pun muncul di wajah Rose.
"Ryouichi bodoh… Tentu saja aku akan memenuhi permintaanmu itu" ucap Rose.
"Kalau begitu, aku akan dengan senang hati memaafkanmu" ucap Ryouichi.
Ryouichi pun mencium Rose dibibir, mereka berdua pun menikmati ciuman itu untuk beberapa saat lalu saling bertatapan satu sama lain.
"Papa!"
Tiba-tiba Aiko memeluk Ryouichi dari belakang.
"Aiko! Papa rindu denganmu, apakah kau tidak nakal selama ini?" tanya Ryouichi bahagia.
"Aiko tidak nakal, Aiko juga rindu dengan papa" ucap Aiko yang semakin memeluk Ryouichi dengan erat.
Ryouichi pun menggendong Aiko dan tertawa gembira bersama dengan Rose.
Dari kejauhan Akari, Tiara, Alice dan juga Hayate melihat pemandangan itu dengan senyuman di wajah mereka.
"Akhirnya Kolonel Rose bisa kembali bersama dengan ketua Ryouichi, aku jadi ingin memeluk seseorang saat ini" ucap Akari.
"Heh? Jadi kau merindukan Enzo?" tanya Hayate.
"Bu-bukan seperti itu. La-lagipula Enzo tidak pernah memelukku dengan mesra seperti itu" ucap Akari sembari memasang ekspresi cemberut.
Hayate pun menepuk kepala Akari dengan lembut, Alice pun heran melihat Akari yang akrab dengan Hayate.
"A-anu… Si-siapakah orang disamping anda, Letnan Satu Akari? Apakah dia adalah teman anda?" tanya Alice.
"Ah, dia adalah pamanku yang sangat kusayangi. Perkenalkan namanya adalah Hayate" ucap Akari.
"Se-senang bertemu dengan anda, apakah anda adalah prajurit [The Saviour] juga?" ucap Alice.
Hayate pun melihat kearah Alice.
"Senang bertemu denganmu, Alice. Aku adalah Letnan Jendral Hayate, dan baru saja kembali dari cuti lama" ucap Hayate.
"Let-Letnan Jendral?! Maafkan atas ketidaksopanan saya kepada anda, saya harap anda memaafkan saya" ucap Alice.
"Hahaha, anak muda saat ini sungguh tahu tentang tata krama. Kau tidak perlu kaku dan memanggilku dengan formal seperti itu, kau bisa memanggilku kakak saja" ucap Hayate.
"Paman! Paman sudah tua, agak aneh untuk paman jika dipanggil kakak" ucap Akari.
Hayate pun memukul kepala Akari.
"Aku baru berumur 28 tahun, aku tidak setua itu" ucap Hayate.
Alice pun melihat hal itu dengan heran.
"Kalian semua!" teriak Ryouichi.
Ryouichi pun menghampiri mereka bersama dengan Rose yang tengah menggendong Aiko.
"Aku tidak menyangka bahwa Akari dan Tiara juga ikut kemari" ucap Ryouichi.
"Ah, ketua! Sudah lama tidak bertemu dengan anda" ucap Akari bahagia.
Rose pun menarik lengan baju Ryouichi.
"Sayang, bukankah disaat seperti ini kau harus mengucapkan sesuatu?" ucap Rose.
"Kau benar… Ehem… Akari, Tiara, aku sungguh minta maaf sudah membuat kalian khawatir selama kepergianku" ucap Ryouichi.
"A-anda tidak perlu meminta maaf seperti itu, ketua. Justru kamilah yang seharusnya meminta maaf karena kami sama sekali tidak bisa membantu anda saat dulu anda sedang terpuruk" ucap Akari.
"Itu benar, Tuan Ryouichi. Saya sungguh minta maaf karena tidak ada disamping anda disaat anda sedang terpuruk" ucap Tiara.
"Kalian semua…" ucap Ryouichi.
Tiba-tiba suara tepukan tangan memecah suasana saat itu.
"Baiklah, sudah cukup sampai disitu. Aku sebenarnya tidak ingin merusak momen bahagia kalian, namun kita memiliki hal penting lain untuk di urus" ucap Hayate.
"Letnan Jendral Hayate, apakah para demon sudah mulai bergerak kembali?" tanya Rose.
"Itu benar, oleh karena itu aku akan membawa kalian ke mansion ku untuk membicarakan masalah ini" ucap Hayate dengan ekspresi serius.
"Ketua, apakah anda akan kembali ke pasukan [Saint Wolf]? Kami sangat membutuhkan anda kembali" ucap Akari sembari menatap Ryouichi dengan wajah serius.
Ryouichi pun tersenyum.
"Bukankah kalian mempunyai Enzo sebagai ketua kalian yang baru? Apakah kalian tidak menyukai Enzo sebagai ketua kalian?" ucap Ryouichi.
"Bu-bukan berarti kami membenci Enzo saat menjadi ketua [Saint Wolf], namun dia masih banyak kekurangan bila dibandingkan dengan ketua" ucap Akari.
"Be-begitukah? Hmm? Bukankah kau adalah prajurit yang pernah datang ke restoran milikku?" ucap Ryouichi sembari melihat Alice.
"Ma-maafkan atas perilaku saya yang kurang sopan pada waktu itu, Letnan Kolonel Hayate" ucap Alice sembari membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu meminta maaf" ucap Ryouichi.
"Apa kalian sudah selesai? Kalau kalian sudah selesai, kita akan menjemput Natsumi dan pergi bersama kerumahku" ucap Hayate.
Hayate dan yang lainnya pun berjalan pergi dari tempat itu berniat untuk memeriksa kondisi Natsumi dan menjemputnya. Sementara itu di markas Central, Enzo tengah mencari Reina dan Chloe untuk menjemput mereka.