Divine_Gate

Chapter 87 : Pria yang dulunya dikenal dengan nama "Ryouichi"



Chapter 87 : Pria yang dulunya dikenal dengan nama "Ryouichi"

2Di sebuah pagi yang cerah, di kota kecil yang baru saja berkembang terdapat banyak sekali masyarakat yang beraktifitas. Kota kecil itu dulunya adalah sebuah desa terpencil yang sepi penduduk dan memiliki tanah yang tandus, namun desa itu menjadi maju dan berkembang semenjak satu pasukan kecil dari provinsi timur menyelamatkan desa itu dari bandit yang berpura-pura menjadi pasukan [The Saviour]. Desa yang kini menjadi kota kecil itu memiliki patung yang berdiri dengan megah, patung itu memiliki figur para anggota pasukan yang pernah menyelamatkan desa itu dulunya. Terdapat sebuah papan nama yang bertuliskan 'SAINT WOLF' di bagian bawah patung itu, kota kecil itu juga memiliki sebuah restoran kecil yang sangat terkenal di daerah itu. Bahkan banyak pengunjung dari luar daerah menyempatkan waktu mereka untuk ke kota kecil itu hanya untuk merasakan masakan di restoran kecil itu.     

"Manajer, satu omurice dan satu es kopi" ucap salah satu pengunjung restoran.     

"Manajer, satu iga bakar dan satu jus jeruk" ucap salah satu perempuan yang tengah duduk dan membaca menu.     

Terlihat sesosok pria yang memakai topi koki berwarna putih dan memakai celemek tersenyum kearah para pengunjung restoran itu.     

"Baik, tunggu sebentar. Pesanan anda akan segera kami antarkan" ucap sosok pria itu.     

Pria itu pun masuk kedalam dapur, terlihat sosok wanita yang tengah memasak dengan wajah berseri-seri. Pria itu terlihat menyapa wanita itu dan memberikan secarik kertas kepadanya sembari tersenyum.     

"Natsumi! Ini adalah pesanan nya, tolong segera di buat" ucap sosok pria itu.     

Wanita itu pun melihat kearah Ryouichi dan menerima secarik kertas itu.     

"Baik, pesanan akan segera siap. Terima kasih, Ryouichi" ucap Natsumi dengan senyuman manis.     

Ryouichi pun tersenyum tersipu.     

"Ba-baiklah, aku akan kembali untuk mencatat pesanan yang lain" ucap Ryouichi.     

Tiba-tiba Ryouichi merasa dirinya tersenggol oleh sesuatu.     

"Ryouichi bodoh, minggirlah. Aku mau lewat, masih banyak piring yang harus aku cuci" ucap Ro-chan sembari membawa banyak piring kotor.     

"Ro-chan benar, bisakah kakak minggir dulu?" ucap Asuka.     

"Ma-maaf, silahkan lewat" ucap Ryouichi sembari mempersilahkan Ro-chan dan Asuka untuk lewat.     

"Hmpph, dasar lambat" ucap Ro-chan dengan ekspresi cemberut.     

Ryouichi pun hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya. Dirinya lalu kembali menuju ke meja para pengunjung dan mulai mencatat beberapa pesanan mereka. Aktifitas mereka terus berlanjut hingga akhirnya hari pun beranjak sore hari yang dimana restoran akan segera tutup. Terlihat Ryouichi yang dibantu oleh Ro-chan dan juga Asuka sedang membersihkan meja-meja di restoran itu.     

"Hari yang sangat melelahkan sekali. Bukankah seperti itu Asuka, Ro-chan?" ucap Ryouichi.     

Ryouichi pun duduk di salah satu meja.     

"Kakak benar, kita selalu tidak pernah sepi oleh pelanggan. Asuka senang sekali" ucap Asuka dengan wajah bahagia.     

"Kau sungguh payah sekali, Ryouichi. Bukankah Natsumi lebih lelah dibanding dirimu? Dirinya yang memasak seluruh pesanan untuk pelanggan?" ucap Ro-chan.     

"Aku tidak bisa memasak seenak Natsumi, apa yang kau harapkan dariku? Apa kau mau restoran kita menjadi sepi karena masakanku tidak enak?" ucap Ryouichi.     

Terlihat Ryouichi dan Ro-chan berdebat satu sama lain, Asuka hanya memperhatikan mereka sembari tertawa kecil. Tiba-tiba Natsumi pun menghampiri mereka dengan senyuman.     

"Sudahlah, berhentilah berdebat. Ro-chan bisakah kau dan Asuka mengecek persediaan bahan makanan kita di belakang?" ucap Natsumi.     

"Hmmph, tampaknya aku punya tugas yang lebih penting daripada hanya berdebat denganmu" ucap Ro-chan lalu mengajak Asuka untuk pergi ke dapur.     

"Siapa juga yang punya waktu untukmu" ucap Ryouichi kesal.     

Natsumi lalu menepuk pundak Ryouichi.     

"Sudahlah Ryouichi, kau nampaknya tidak bisa akur dengan Ro-chan. Tapi bukankah hal seperti ini yang kita inginkan? Hidup tentram tanpa ada gangguan sama sekali" ucap Natsumi.     

Ryouichi pun menghela nafas dan tersenyum.     

"Kau benar, Natsumi. Sudah beberapa bulan berlalu sejak Ro-chan dan juga Asuka bisa keluar dari dimensi pedangnya, meskipun mereka memiliki batas waktu sebelum akhirnya mereka harus kembali ke dimensi pedang untuk mengisi kekuatan sihir mereka" ucap Ryouichi.     

Natsumi pun duduk disamping Ryouichi dan menyandarkan kepalanya di bahu Ryouichi.     

"Meskipun begitu, bukankah kita masih bisa menghabiskan waktu dengan mereka? Dan lagipula aku tidak keberatan untuk menghabiskan waktu hanya berdua denganmu ketika mereka kembali ke dimensi pedang" ucap Natsumi.     

Ryouichi pun merasakan dada besar Natsumi yang menyentuh lengan tangannya.     

"Nat-Natsumi, dadamu menyentuh lenganku. Bi-bisakah kau memberi jarak sedikit?" ucap Ryouichi lirih.     

Natsumi pun semakin mendekati Ryouichi.     

"Apa yang barusan kau bilang, Ryouichi? Aku tidak mendengarmu" ucap Natsumi.     

"Ti-tidak, i-itu da-dadamu" ucap Ryouichi gelisah.     

Tiba-tiba terdengar suara dari Ro-chan memanggil Natsumi dari dapur.     

"Natsumi, bisakah kau kemari sebentar? Nampaknya ada beberapa masalah disini" seru Ro-chan.     

Natsumi pun menghela nafasnya.     

"Kita akan lanjutkan lagi nanti, Ryouichi" ucap Natsumi.     

Natsumi lalu pergi kedapur meninggalkan Ryouichi.     

"Untung saja, terima kasih Ro-chan. Jika kau tidak memanggil Natsumi, aku tidak tahu apa yang mungkin akan terjadi nantinya" gumam Ryouichi lega.     

Ryouichi pun melihat keluar jendela, dirinya melihat hujan yang turun dengan deras. Terlihat beberapa rintik air hujan yang mengalir di jendela.     

"Baiklah, aku akan mengecek kondisi Natsumi dan yang lainnya terlebih dahulu" gumam Ryouichi.     

Ketika dirinya beranjak dari duduknya, dirinya mendengar ada suara ketukan di pintu depan restoran miliknya.     

"Permisi, apakah restoran ini masih buka?" terdengar suara dari balik pintu restoran itu dengan samar-samar.     

Ryouichi pun melihat jam yang terpasang di dinding.     

"Sudah lewat 15 menit dari jam tutup normal. Baiklah, aku hanya perlu mengusir mereka secara halus" gumam Ryouichi.     

Ryouichi pun berjalan menuju pintu itu dan membukanya.     

"Maaf, kami sudah tut—" ucapan Ryouichi terhenti setelah melihat beberapa prajurit [The Saviour] yang menatap dirinya.     

Para prajurit itu tidak lain adalah para prajurit awal yang menjadi anggota baru dari pasukan [Saint Wolf].     

"Per-permisi, apakah restoran ini masih melayani pelanggan? Kami tidak dapat menemukan tempat makan lainnya didaerah ini, dan nampaknya restoran ini adalah restoran yang paling terkenal di kota kecil ini. Dan hujan deras memaksa kami untuk mencari tempat berteduh" ucap Alice.     

Ryouichi melihat sebuah lambang [Saint Wolf] di lengan baju mereka di sebelah kiri. Ryouichi pun termenung untuk sesaat.     

"Permisi"     

"Permisi!" seru Alice.     

Ryouichi pun tersadar dari lamunannya.     

"Ah, maaf. Masuklah, prajurit [The Saviour]. Saya akan dengan senang hati melayani kalian" ucap Ryouichi sembari tersenyum.     

Raut wajah Alice pun menjadi berseri-berseri bahagia. Alice dan prajurit baru [Saint Wolf] lainnya pun memasuki restoran Ryouichi. Terlihat Ryouichi mengambil beberapa lembar handuk dan memberikannya kepada Alice dan teman-temannya.     

"Pakailah handuk ini untuk mengeringkan tubuh kalian, aku akan menyediakan kopi untuk menghangatkan tubuh kalian" ucap Ryouichi.     

Ryouichi pun pergi meninggalkan mereka.     

"Te-terima kasih" ucap Alice.     

Alice dan yang lainnya pun duduk disebuah meja dan mulai mengobrol. Terlihat Ryouichi yang diam mematung dan bersandar di sebuah dinding di ruangan lain.     

"Kenapa? Dari semua pasukan [The Saviour], mengapa aku harus melihat lambang itu lagi?" gumam Ryouichi sembari menutup wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.