Chapter 67.3 : Kembalinya Sang Singa Pemerintahan Part 3
Chapter 67.3 : Kembalinya Sang Singa Pemerintahan Part 3
"Rasanya sudah lama sekali sejak aku melihat seragam ini, aku jadi rindu dengan masa-masa dulu" gumam Hayate.
Ketika Hayate mengangkat seragam militer itu, sebuah kotak berwarna merah tua jatuh kelantai. Dirinya pun mengambil kotak itu dan membukanya. Setelah melihat isi dari kotak itu, dirinya pun tersenyum kecil. Isi dari kotak itu adalah lencana [Glorius Wings] miliknya yang ada noda darah yang sudah mengering.
"Aku hampir lupa kalau aku pernah mendapat benda ini" ucap Hayate.
Hayate pun mengemas seluruh barang-barang miliknya kedalam sebuah tas punggung berwarna cokelat yang sudah lusuh.
"Yosh, baiklah. Aku pikir sudah semua… Kalau begitu tinggal satu hal penting tersisa untuk aku urus. Dan hal penting itu adalah… Kebun tomat berharga milikku!" ucap Hayate bersemangat.
Setelah mengemas seluruh barang-barang miliknya, Hayate pun keluar dari gubuk kecil itu. Ketika dirinya membuka pintu, dirinya melihat banyak penduduk desa yang sudah menunggu dirinya.
"Kepala desa, kalian semua… Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Hayate bingung.
Kepala desa serta penduduk desa pun berlutut dan menundukkan kepala mereka di hadapan Hayate.
"Kami memberi hormat kepada salah satu petinggi atas pemerintahan" ucap seluruh penduduk desa bersamaan.
"Ka-kalian semua?! Apa yang kalian lakukan? Cepat angkat kepala kalian" ucap Hayate sembari mencoba meyakinkan mereka semua untuk mengangkat kepala mereka.
Kepala desa dan penduduk desa di tempat itu pun akhirnya terpaksa berdiri kembali dan mengangkat kepala mereka.
"Disini, aku hanyalah seorang penduduk desa biasa. Tolong bersikaplah seperti biasanya kepadaku" ucap Hayate sembari tersenyum.
"Hayate, apa kau akan segera pergi dari desa ini ? " tanya kepala desa.
Hayate pun menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Aku ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan, jadi nampaknya aku akan pergi untuk sementara" ucap Hayate.
Seorang pria paruh baya pun mendekati Hayate.
"Jika kau pergi, siapa yang akan mengirim tomat-tomat segar ke tokoku?" ucap pria paruh baya itu.
"Haha, paman tenang saja. Aku berniat untuk menyerahkan kebun tomatku kepada paman. Jadi paman bisa selalu mendapat tomat-tomat segar setiap hari" ucap Hayate.
"Kau ini, mungkin aku tidak bisa merawat kebun tomat itu sebaik dirimu. Tapi aku berjanji akan selalu merawat kebun milikmu itu dengan seluruh jiwaku" ucap pria paruh baya itu.
"Hahaha, aku senang kalau paman sudah berkata seperti itu" ucap Hayate senang.
Hayate pun berbincang untuk yang terakhir kalinya dengan para penduduk desa, hingga akhirnya dirinya bersiap untuk pergi meninggalkan desa itu.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Dan tolong jaga kebun tomatku !" seru Hayate yang sudah berada di depan gerbang desa itu.
Dirinya pun melambaikan tangan kepada penduduk desa itu dan akhirnya berjalan pergi meninggalkan desa itu. Hayate meninggalkan desa itu dengan memakai kaos hitam dan jaket kulit hitam serta celana jeans panjang yang membuat dirinya terlihat seperti berandalan jalanan.
"Ah sial, aku lupa menanyakan kepada Ivan tentang kapan mobil yang akan menjemputku tiba" gumam Hayate.
Namun tiba-tiba dirinya melihat seekor elang raksasa di atas langit yang hendak menabrak dirinya.
"Si-sial! Apa lagi sekarang?! " seru Hayate.
Hayate pun menghindar dan terjatuh di rumput,terlihat elang raksasa itu mendarat di tanah.
"Uhuk, untung saja aku masih bisa menghindar" gumam Hayate.
"Letnan Jendral Hayate ? Apa yang sedang anda lakukan di situ ? " ucap seorang prajurit wanita yang berada di atas elang raksasa.
"Aku sedang bersantai melihat langit luas… Kau pikir aku sedang apa?! Bisakah kau setidaknya jangan mendarat tepat di atas kepalaku? Dan omong-omong siapa kau ?" tanya Hayate.
Prajurit wanita itupun turun dari elang raksasa itu dan menuju Hayate.
"Ma-maafkan saya, Letnan Jendral Hayate. Saya mengira bahwa anda adalah gelandangan yang sedang berjalan" ucap prajurit wanita itu sembari memberi hormat.
Prajurit wanita itu memakai seragam divisi Dark Moon, paras wajahnya cantik dan juga dewasa. Rambutnya sebahu dengan warna rambut biru tua, ditambah dengan pita kecil di rambutnya menambah kesan imut dari dirinya.
Hayate pun bangkit dari jatuhnya.
"Gelandangan ? Kata-katamu cukup kasar kepada seorang petinggi sepertiku" ucap Hayate.
"Ma-maaf sekali lagi… Saya adalah Letnan Kolonel Yui yang di perintahkan oleh Brigadir Jendral Ivan untuk menjemput anda, sa-saya juga adalah sekretaris pribadi dari Brigadir Jendral Ivan"
"Hmmm, pantas saja aku merasa pernah bertemu denganmu. Baiklah, cukup dengan perkenalannya. Lalu bagaimana dengan mobil yang di janjikan untuk menjemputku ?"
"Brigadir Jendral Ivan berkata bahwa untuk menjemput anda cukup seperti ini saja…"
"Ivan, dasar kau kacamata empat sialan" gerutu Hayate.
"Pak ? Apa ada masalah ?"
"Tidak ada, ayo kita pergi. Antarkan aku kerumahku dulu" ucap Hayate kesal.
"Ta-tapi apakah anda tidak ingin memotong rambut anda terlebih dahulu ? An-anda nampak seperti berandalan…" ucap Yui.
"Berhentilah mengkritik atasanmu, ayo kita segera pergi ! " gerutu Hayate.
"Ba-baik ! " seru Yui.
Hayate dan Letnan Kolonel Yui pun menaiki elang raksasa itu. Tujuan pertama dari mereka adalah rumah dari Hayate. Mereka melakukan perjalanan selama 45 menit lamanya.
"Pak Hayate, bi-bisakah anda berhenti memeluk saya seperti ini ?" ucap Yui.
"Ma-mau bagaimana lagi ? Aku takut dengan ketinggian, lagipula tidak ada yang bisa kupegang dari dadamu. Dadamu seperti papan, dan tidak membuatku tertarik" ucap Hayate.
"Pa-papan ?!" gumam Yui terkejut.
"Sepertinya kita akan sampai sebentar lagi, akan kuberitahu kapan kita akan berhenti" ucap Hayate.
"Bu-bukan salahku jika dadaku tipis seperti ini, dasar petinggi atas yang tidak sopan" gerutu Yui dengan ekspresi sedih.
"Hmmm ? Apakah kau mengatakan sesuatu ? " ucap Hayate.
"Ti-tidak pak ! " seru Yui terkejut.
Hingga akhirnya mereka memasuki wilayah Central, Hayate pun melihat kesana kemari untuk mencari rumahnya.
"Dimana rumahku yah ? Aku lupa karena sudah lama sekali sejak aku pergi dari central. Ah ! Itu dia, berhentilah Yui ! Rumahku ada dibawah sana" seru Hayate sembari menunjuk kebawah.
"Ba-baik pak" ucap Yui.
Mereka pun turun dan mendarat di sebuah halaman luas dan terlihat mewah. Di sekelilingnya terdapat banyak pohon yang nampak terawat dan ada air mancur besar.
"A-apakah benar ini rumah anda, pak ? " tanya Yui.
"Apa maksudmu ? Tentu saja ini rumahku, ayo masuk. Tinggalkan saja elangmu disini, tidak akan ada yang mencurinya" ucap Hayate.
"Ba-baik…" ucap Yui.
Mereka berdua pun berjalan dari halaman itu menuju bangunan besar yang tidak lain adalah rumah dari Hayate. Letnan Kolonel Yui menjadi terkejut dan kagum dengan rumah dari Hayate. Sebuah mansion besar dengan halaman yang luas, bahkan luasnya dapat menyaingi besarnya gedung pemerintahan central. Letnan Kolonel Yui pun terdiam mematung di depan pintu masuk mansion itu.
"Apa yang kau lakukan ? Cepatlah masuk, aku tidak ingin melihatmu diam seperti orang aneh disitu" ucap Hayate.
"Ba-baik pak" ucap Yui gugup.
Setelah Hayate membuka pintu mansion itu, dirinya disambut oleh belasan pelayan wanita dengan pakaian maid yang memperlihatkan sebagian dada mereka.
"Selamat datang, tuan Hayate. Kami sudah menunggu anda" ucap seluruh pelayan wanita itu bersamaan.
"Ya, selamat datang kepada diriku sendiri" ucap Hayate sembari tersenyum.
Hayate pun memberikan tas yang berada di punggungnya kepada salah satu pelayannya. Letnan Kolonel Yui melihat hal itu dengan rasa kagum dan terdiam beberapa saat.
"Hmm ? Kenapa kau diam seperti itu lagi ? Kau prajurit yang cukup aneh" ucap Hayate.
Letnan Kolonel Yui pun tersadar dari lamunannya.
"Se-sepertinya anda sangat kaya, pak Hayate. Rumah anda sangat besar, dan terlebih lagi anda memiliki banyak pelayan seperti ini" ucap Yui kagum.
"Kaya ? Apa maksudmu ? Rumah ini termasuk rumah dengan harga yang murah menurutku" ucap Hayate.
Hayate pun mengajak Letnan Kolonel Yui ke ruang tamu. Sepanjang jalan, Letnan Kolonel Yui tidak henti-hentinya kagum dengan isi rumah Hayate.
"Pak, kalau boleh tahu berapa harga dari rumah ini ? " tanya Yui.
"Hmmm, harga rumah ini sekitar 10 juta keping emas. Yah, rumah ini masih murah untukku" ucap Hayate sembari bersiul.
"Se-sepuluh juta koin emas ?! Gaji bulananku saja hanya 10 keping emas. Sebenarnya, sekaya apa orang ini" gumam Yui.
"Duduklah disitu, aku akan mandi dan bersiap terlebih dahulu. Jika kau ingin sesuatu, tinggal mintalah kepada pelayanku" ucap Hayate.
"Ba-baiklah…" ucap Yui lirih.
Hayate pun meninggalkan Yui di ruang tamu sendirian.
"Kapan aku bisa memiliki rumah sebesar ini ? Yah, petinggi atas memang berada di level yang berbeda dibanding dengan prajurit biasa sepertiku ini" ucap Yui.
Yui pun melihat-lihat dan meneliti ruang tamu itu dengan penuh rasa penasaran selama 20 menit, dirinya pun tertarik dengan sebuah foto besar yang terpasang di dinding.
"Foto ini? Bukankah itu adalah jendral, brigadir jendral Ivan, dan pria itu… Bukankah dia adalah pria mesum yang menjaga ruang harta? Aku ingat dia pernah meremas dadaku dan tiba-tiba menjadi kecewa. Dan siapa wanita cantik itu?" ucap Yui.
"Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona ? " tanya seorang pelayan wanita yang tiba-tiba berada di belakangnya.
Yui pun terkejut dan tidak sengaja menyenggol sebuah figura foto hingga terjatuh dan pecah.
"Ah, sial. Pak Hayate pasti akan marah denganku" gumam Yui.
Ketika Yui hendak membersihkan pecahan kaca di lantai, pelayan wanita itupun mencegahnya.
"Biar saya saja yang membersihkannya, Nona. Foto ini merupakan barang yang berharga bagi tuan Hayate" ucap pelayan wanita itu.
"Ma-maaf, aku tidak berniat untuk merusaknya" ucap Yui lirih dengan nada bersalah.
Tiba-tiba datanglah Hayate yang dalam kondisi sehabis mandi dan hanya memakai selembar handuk menghampiri mereka.