Nada Bicara Yin Wushuang Dingin
Nada Bicara Yin Wushuang Dingin
Delapan jam perjalanan mereka tidak sama dengan delapan jam perjalanan orang biasa. Selama belasan kilometer, pemandangan dan hawa yang ada di sini masih tetap sama, dan ini merupakan suatu hal yang sangat aneh.
Arya menatap hutan yang berbahaya di sekelilingnya lalu mengangguk-anggukkan kepala sembari berkata, "Boleh dicoba, kalau memang tidak bisa, kita mundur kembali."
Panther mengangguk, dan Arthur juga setuju dengan apa yang dikatakan Arya. Anggota tim lainnya masih bergerak maju, namun Yin Wushuang telah lebih dulu meninggalkan jalanan berbatu dan melangkah ke dalam hutan.
Arthur segera mengikuti di belakang Yin Wushuang dan berada dalam jarak yang cukup dekat sehingga ia bisa melindunginya. Saat itu Louis, Arya, dan Panther juga melangkah masuk. Sophia dan John pun hanya bisa mengikuti mereka.
Ketika mereka melangkah masuk, tiba-tiba terdengar sesuatu yang bergerak melintasi dedaunan di pohon. Seketika Arthur langsung mengangkat pedangnya lalu melompat dan menebas. Ia memotong enam sulur yang datang menyerang dari arah yang berbeda.
"Kiri, kanan, kiri, depan." Yin Wushuang berdiri di tengah dan berada pada posisi yang terlindungi, telinganya bergerak, dan bibir merahnya terbuka untuk memberi arahan.
Sulur-sulur itu menyerang dari keempat arah ini. Semakin dalam mereka berjalan, sulur itu pun semakin padat. Sebagai seorang ksatria, John juga mengayunkan pedang besarnya.
Raut wajah Panther terlihat sangat malu, karena di sini ia masih belum bisa menggunakan sihir elemen tanah miliknya.
Bunga pemakan manusia juga semakin bertambah banyak. Arya melambaikan tongkat sihirnya sembari berkata, "Dewa Pencipta yang dipuja segala makhluk, aku adalah umatmu yang paling taat. Anugerahilah aku dengan kekuatan tertinggi dan panggilah rekanku, beruang es!"
Beruang es adalah binatang magis tingkat sembilan dengan kekuatan serangan yang kuat. Satu kakinya menginjak bunga pemakan manusia, dan satu ayunan lengannya bisa menumbangkan pohon. Melihat Arya memanggil binatang buas, mata Sophia berkilat dingin.
Tampak ada kunang-kunang yang datang berkelompok. Saat ini mereka memancarkan cahaya, tapi nanti mereka tiba-tiba akan berubah menjadi ular berbisa yang ganas.
Sophia mengayunkan tongkat sihirnya. Setelah merapalkan mantra selama beberapa saat, munculah seekor ular boa berkepala enam. Ular boa itu menyemburkan cairan beracun dan membereskan kunang-kunang dengan mudah. Kekuatan semua orang di dalam tim memang begitu hebat.
-
Yin Wushuang bertekad untuk terus maju, dan tantangan yang harus dihadapi juga terus meningkat. Semula hanya ada tujuh atau delapan sulur, tapi kemudian bertambah menjadi dua puluh sampai tiga puluh sulur yang menyerang bersamaan.
Semula hanya ada lima atau enam bunga pemakan manusia, tapi kini tiba-tiba berubah menjadi lautan bunga pemakan manusia. Bahkan kunang-kunang juga memenuhi udara dan menerkam dari mana-mana.
"Mundur! Mundur! Ini bukan jalan yang bagus!" John mengayunkan pedangnya untuk menebas sulur lalu berkata, "Yin Wushuang dan Panther tidak mempunyai kekuatan bertarung. Faktor yang berbahaya semakin lama semakin banyak, terus berjalan bukanlah cara yang tepat."
"Teruskan." Yin Wushuang berbicara dengan nada yang dingin dan ia terlihat sedikit berwibawa, "Jangan berhenti."
Louis mengangguk, dan Arthur terus melindungi Yin Wushuang dan Panther. Arya dan Sophia masih terus memanggil binatang magis mereka. Kesulitan meningkat dengan kecepatan yang kasat mata, namun masih dalam batas toleransi tim yang terdiri dari tujuh orang itu.
Bagaimanapun juga selain Yi Wushuang, mereka adalah pemanggil, penyihir, dan ksatria level sembilan.
Setelah berjalan semakin dalam dan berjuang selama dua jam, wajah semua orang terlihat jelas bahwa mereka merasa sedikit lelah.
Selama dua jam ini mereka tidak hentinya berjuang, dan musuh terus bertambah kuat. Mereka seolah tidak mempunyai kesempatan untuk bernapas. Bagaimana mungkin tidak lelah? Mereka adalah manusia, bukan mesin.
Setelah mereka memusnahkan satu gelombang monster mutan, John terduduk di tanah sambil terengah-engah, "Cukup, sudah dua jam tapi kita tetap belum keluar juga! Dan di arah ini aku tidak dapat merasakan lagi hawa Tongkat Kebangkitan!"