Aku Hanya Sebuah Alat
Aku Hanya Sebuah Alat
"Iya! Kakak itu semalam membawa aku mendaki gunung, sampai siang hari baru berhasil naik ke atas." Anak laki-laki itu menganggukkan kepalanya.
A Zi pun langsung melepaskan pelukan adiknya, kemudian ia pun langsung membantu mengobati luka-luka yang ada di tubuh Yin Tianji.
Yin Wushuang bisa melihat dengan jelas, saat itu tangan A Zi tampak gemetar.
"Tuan Muda sekte telah terkena racun yang memang sengaja dipasang secara tersembunyi di sana, mungkin sore nanti dia baru sadar." A Zi menundukkan kepalanya, ia merasa sedikit tidak tenang, "Nona besar, aku tidak pernah merayu Tuan Muda sekte, aku juga tidak menipu Tuan Muda untuk pergi ke bawah kaki gunung dan membawa Xiao Shitou ke atas…"
Anak laki-laki kecil itu kini telah tertidur, ia tidur di samping Yin Tianji. Sepertinya ia juga sangat ngantuk dan kelelahan.
"Aku yang memberitahunya." Yin Wushuang dengan jujur mengaku, "Malam itu aku tidak pingsan, aku mendengar kamu mengobrol dengan A Lan. Aku juga tahu kalian berdua ditugaskan oleh paman kedua untuk mengawasiku."
"Maafkan kesalahanku Nona Besar!" A Zi sangat kaget mengetahui itu semua, lalu ia pun bersujud di depan Yin Wushuang.
Dalam hati ia benar-benar merasa sangat kaget.
"A Zi, aku adalah Nona Besar yang hilang dan kini telah kembali. Paman Kedua mengutus orang untuk mengawasiku itu sangatlah wajar, karena di sekte Dao keamanan adalah hal yang paling utama." Yin Wushuang berdiri, lalu ia menuangkan air pada gelas yang ada di atas meja untuk diminum, ia melirik A Zi sembari berkata, "Kakak Sepupu suka denganmu, hanya demi kamu dia telah mengorbankan nyawanya untuk membawa Adikmu ke sini. Jika masalah ini sampai ketahuan oleh Paman Kedua, mungkin dia juga akan dibawa ke aula balai hukum pidana untuk dipatahkan kakinya."
Sebagai seorang tuan muda sekte, hanya demi seorang wanita dan tanpa memikirkan resiko keselamatannya membawa seorang anak yang bukan murid sekte Dao. Jika Yin Cheng mengetahui hal ini, pasti ia akan merasa sangat kecewa.
"Nona besar, aku hanya sebuah alat." A Zi adalah orang yang pintar, ia mengerti segala rencana yang dilakukan Yin Wushuang, bahkan tujuan Yin Wushuang pun ia juga bisa menebaknya.
"Kamu bukan alat, karena alat tidak mungkin mempunyai seorang Adik." Yin Wushuang meletakkan gelasnya, kemudian menatap A Zi dengan tajam, "Sekarang aku akan memperalat kamu, masalah tentang kamu mengawasiku, aku sudah memaafkan dan melupakannya."
"Tidak mungkin." A Zi menggelengkan kepalanya, "Kami memiliki puluhan kutukan, sebagai penjaga rahasia jika kami berbohong sedikit saja, maka kami akan mati."
"Aku sudah menduga ada hal seperti ini." Yin Wushuang mengangguk, kemudian ia berkata dengan datar, "Bukannya aku ingin memintamu untuk memberitahu sesuatu padaku, tapi aku ingin saat kamu mengawasiku… kamu beri aku sedikit kebebasan. Aku tidak suka diawasi seperti ini dan tidak ada ruang privasi bagiku."
Akhir-akhir ini, Yin Wushuang sudah paham tentang sesuatu yang berhubungan dengan kutukan.
Kutukan hanya ada di sekte Dao, sehingga Yin Wushuang semakin tidak mempercayai Yin Cheng.
A Zi bersujud ke lantai, kepalanya menyentuh lantai dan tangannya mengepal dengan erat.
"Sebagai syaratnya agar aku bisa memberi kesempatan pada Adikmu supaya bisa berada di dalam kamarmu untuk beberapa saat, setiap hari kamu akan aku beri waktu 3 jam untuk bersama dengan Adikmu." Yin Wushuang mengatakan syaratnya sambil tertawa kecil, "Kamu jangan khawatir, karena aku adalah Nona Besar sekte Dao, aku tidak mungkin melakukan hal-hal kejahatan. Aku hanya ingin menemui seseorang untuk mengenal sosok tentang Ibuku."
A Zi terdiam sejenak, Yin Wushuang tahu A Zi sedang berpikir untuk menentukan keputusannya, karena ini hubungannya dengan langit, sehingga Yin Wushuang tidak akan mendesaknya. Ia hanya diam dan menunggu jawaban dari A Zi.
Setelah beberapa saat kemudian, A Zi mengangkat kepala dan berkata, "Baiklah."
-
Setelah Yin Tianji bangun, ia melihat A Zi dan Xiao Shitou bermain bersama, A Zi tertawa dengan sangat lembut, ia sangat berbeda dengan hari-hari biasa.
"Senang sekali..." Yin Tianji menunjukan senyumnya dan sepertinya ia merasa sangat senang, "Bisa melihat senyumannya."
Yin Wushuang menghampirinya, nada suara terdengar sedikit kaget, "Tindakanmu cepat sekali, sedikitpun tidak takut mati."