Permaisuri Kembali ke Sekolah

Menerima Resiko



Menerima Resiko

2Keesokan harinya.     

Di istana kuil Shuangchen.     

Yin Wushuang saat itu baru saja bangun tidur, Yin Tianji sudah datang ke istana kuil Shuangchen, ia membawa satu buket bunga mawar untuk diberikan pada A Zi. Meskipun A Zi tidak berkata apapun, tapi ia menerima bunganya.     

Yin Tianji tersenyum, kemudian ia sedikit membungkukkan badannya dan diam-diam mencium wajah A Zi.     

"Kenapa hari ini datangnya begitu pagi?" Yin Wushuang tersenyum dan menggodanya, "Bukannya kamu biasanya selalu bangun siang hari?"     

"Adik sepupu, hari ini aku ada keperluan, aku ingin turun ke gunung sebentar." Yin Tianji memonyongkan bibirnya kemudian melanjutkan, "Karena meskipun aku sudah giat berlatih, aku tidak akan bisa menyaingi kamu yang sudah memiliki warisan keturunan sejak lahir."     

Setelah bercanda dengan Yin Wushuang, Yin Tianji menutup mulutnya, ekspresi wajahnya tampak sangat suram.     

"Kenapa?" Yin Wushuang bertanya sambill menaikkan alisnya.     

"Tidak apa-apa." Yin Tianji menggelengkan kepalanya, kemudian ia membalikkan badannya, melangkah maju dua langkah lalu menoleh ke belakang, "Adik sepupu, saat aku belum pulang, kamu harus tinggal di istana kuil Shuangchen, jangan pergi ke mana-mana."     

Ia meninggalkan pesannya yang sedikit aneh, kemudian Yin Tianji meloncat melewati 12 puncak sekte Dao, tidak ada senyuman sama sekali di wajahnya.     

Melihat telinga A Zi yang sudah merah merona, Yin Wushuang berkata, "Sudah jatuh cinta ya?"     

"Hatinya sebenarnya… tidak sama dengan Tuan Muda sekte lainnya." A Zi memegang bunga yang diberikan oleh Yin Tianji sambil menunduk ia berkata, "Semakin dekat dengannya aku semakin bisa mengenalnya, dia hanya seorang anak laki-laki muda yang sudah remaja saja. Karena Ibunya dan ketua sekte bercerai, dari kecil dia sudah tidak memiliki sosok seorang Ibu. Dia hanya menghabiskan waktunya untuk membaca buku saja. Nona Besar, mungkin kamu akan sulit percaya, sebenarnya dia juga bisa membuat puisi. Puisi yang dia buat isinya penuh dengan semangat, sangat berbanding terbalik dengan dirinya."     

"Bukannya kamu bilang kamu hanya seorang budak, seorang penjaga rahasia, tidak boleh hidup bersama Tuan Muda sekte, kamu juga pernah bilang bahwa kamu hanya sebuah alat." Yin Wushuang semakin mendekati A Zi, jarinya menyentuh bunga mawar merah yang baru mekar, kemudian ia berkata lagi, "Bagaimana kalau Paman Kedua memintamu meninggalkan Tuan Muda sekte, dan kalau kamu tidak mau, dia akan membunuhmu?"     

"Aku sangat suka bunga, aku tahu bunga lama-lama pasti akan layu, tapi aku tetap menyukai bunga saat ia sedang mekar-mekarnya karena itu terlihat sangat cantik." A Zi terdiam sejenak, lalu ia memeluk semakin erat bunga pemberian Yin Tianji itu, ia mengangkat kepalanya dan berkata dengan tatapan yang meyakinkan, "Nenek pernah bercerita padaku bahwa ada orang yang munafik, ada orang yang berpura-pura, ada orang yang sangat mirip dengan emas sangat cantik dan mahal, tapi di dalam hatinya sangat busuk sehingga suatu hari seorang budak pasti akan bertemu dengan seseorang yang lebih berwarna dan berkilau dari pada pelangi, dan jika waktunya telah tiba semua penghalang tidak akan penting. Mungkin ini adalah sebuah resiko yang membuat diri sendiri celaka."     

Jika belum bertemu dengan cinta pasti akan cuek, tapi jika benar-benar telah menemukan cinta pasti selamanya tidak ingin melepaskannya.     

Bagi A Zi sosok Yin Tianji adalah pelangi di dalam hidupnya.     

Pelangi ini akan membantunya membangun sebuah jembatan yang tinggi, di depan jembatan itu ada taman bunga kamelia yang indah, ada adiknya dan juga Yin Tianji di sana.     

Dirinya yang begitu kesepian tidak bisa menghalangi kehadiran laki-laki yang sangat rendah hati seperti api yang memberikan kehangatan itu.     

"Nona besar, jika benar suatu hari ketua sekte memintaku untuk meninggalkannya, aku tetap tidak akan bisa meninggalkannya." A Zi memeluk bunganya dan bersujud, ia mengeluarkan sekantong uang, "Jika aku meninggal dunia, aku mohon pada Nona Besar, tolong serahkan kantong uang ini pada Adikku."     

A Zi sudah menduga, hari itu tidak akan lama lagi.     

Karena seumur hidup ia hanya ditakdirkan sebagai seorang penjaga rahasia saja.     

Yin Wushuang terdiam sejenak lalu menerima uang tersebut, "Jika benar hari itu tiba, aku akan menjaga Adikmu di sampingku, aku juga memiliki adik laki-laki yang umurnya tidak jauh beda dengan Adikmu."     

A Zi sangat kaget, lalu ia bersujud sampai menyentuh lantai, "Terima kasih Nona Besar! A Zi bersumpah di sini, jika aku tidak memiliki kutukan, aku akan melakukan segalanya untuk Nona Besar!"     

Bunga mawar yang ada di pelukannya itu aromanya sangat harum dan menyejukkan, tapi di hari-hari kedepannya pasti akan layu.     

Tapi asalkan bunganya mekar, maka itu sudah cukup.     

A Zi dari dulu sama seperti bunga yang sekarang, ia berharap bunga cintanya bisa bertahan lebih lama dan lebih lama lagi.      

Ia tiba-tiba teringat, sepertinya bunga Kamelia yang ada di desa gunung Shancha telah bermekaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.