Arrogant Husband

Bertemu Melati



Bertemu Melati

0Saat berada di dalam kamar, tiba-tiba ia memikirkan sahabatnya yang bernama Melati. Wanita itu selalu membantu saat kesusahan. Alisa berniat untuk mengunjunginya nanti. Ingin mengetahui kabar wanita itu sekarang bagaimana.     

Alisa mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Ia ingin menghubungi Saga dan meminta izin untuk pergi sebentar.     

Terdengar nada sambung dari seberang sana. Tak lama kemudian, pria itu mengangkat panggilannya.     

"Hallo, ada apa sayang?" tanya Saga dari jauh.     

"Aku mau pergi sebentar, ke rumah sahabatku. Apa boleh?"     

"Boleh sayang. Kau harus pergi bersama dengan anak buahku. Jangan pergi sendirian. Paham?"     

Alisa tersenyum senang karena sang suami sudah memberinya izin untuk keluar sebentar. "Baiklah sayang."     

Kemudian, Alisa menutup sambungannya. Ia bersiap-siap untuk mengunjungi kontrakan Melati. Sudah lama sekali, mereka berdua tak bertemu. Sejak dulu, Alisa dan Melati sering jalan-jalan bersama. Namun, sekarang sudah berbeda. Mereka sudah mempunyai kehidupan masing-masing.     

Alisa memoles wajahnya dengan sedikit bedak. Tak lupa memakai lipstik berwarna merah muda, karena ia tak mau berpenampilan menor. Juga tas selempang yang selalu ia bawa ke mana-mana. Setelah sudah, ia pun langsung turun ke bawah.     

Ia menuruni anak tangga dengan hati-hati. Saat sudah berada di pintu depan, Alisa tampak memanggil salah seorang anak buah Saga. Alhasil, pria itu mendekatinya.     

"Ada apa, Nyonya?"     

"Bisa kau antarkan aku ke suatu tempat? Akan kuberi tahu alamatnya nanti."     

"Baiklah, Nyonya." Anak buah Saga itu kemudian membukakan pintu mobil agar Alisa bisa masuk. Tanpa berlama-lama lagi, mereka berdua segera berangkat.     

Tanpa disadari, ada seorang mata-mata yang berusaha untuk membuntuti mobil Alisa. Setelah mobil Alisa berlalu pergi, tak lama kemudian, mobil yang berada di belakang juga ikut mengiringi.     

***     

Akhirnya, Alisa sudah sampai di depan kontrakan Melati dan ia akan segera turun.     

"Oh ya, kau pulang saja dulu ke rumah. Karena aku akan cukup lama di sini. Aku akan menghubungimu nanti bila sudah selesai."     

"Baiklah, Nyonya."     

Alisa pun keluar dari dalam mobil. Ia segera menuju ke kontrakan Melati. Tak sabar lagi ingin melihat sang sahabat.     

Tok! Tok!     

Ia mengetuk pintu. Tak lama kemudian, muncullah Melati dari dalam. Wanita itu terkejut bukan main karena kedatangannya ke sini.     

"Alisa ...!"     

"Melati."     

Kedua sahabat itu akhirnya berpelukan satu sama lain. Meluapkan segala rasa rindu karena sudah lama tak bertemu. Melati pun mengajak Alisa untuk masuk ke dalam. Alisa senang, karena sahabatnya dalam keadaan baik-baik saja.     

"Ya ampun, Sa. Kenapa lama ga datang kemari sih? Sibuk banget ya kayaknya?"     

"Maafkan aku, Mel. Aku sekarang sibuk jadi seorang istri." Melati baru teringat bahwa sang sahabat sudah menikah.     

"Dengan pria yang menarikmu waktu dulu?" Alisa mengangguk.     

"Selamat ya. Aku turut senang mendengarnya. Semoga rumah tanggamu selalu bahagia sampai akhir, Sa." Melati memeluk tubuh Alisa. Ia turut senang mendengar kabar baik ini.     

Alisa beruntung mempunyai sahabat seperti Melati. Dari dulu, wanita itu selalu ada untuknya. Di saat senang bahkan di titik terendah dalam hidupnya.     

"Maafkan aku baru bisa ke sini sekarang. Kau tak marah kan?"     

"Buat apa aku marah, Sa? Aku memahami apa pun tentangmu."     

"Terima kasih."     

Mereka lantas mengobrol satu sama lain. Baik Alisa maupun Melati terlihat senang karena bertemu seperti ini. Kemudian, Melati meminta izin untuk ke dapur sebentar.     

Alisa menunggu kedatangan sahabatnya kembali ke kamar. Entah apa yang akan Melati ambil dari dapur.     

"Ya ampun, Mel, tak usah repot-repot seperti ini," ujar Alisa.     

Wanita itu ternyata membuatkan jus untuknya. Kemudian, Melati menyuguhkan ke hadapannya. Sang sahabat menyuruh untuk meminum minuman itu.     

"Aku tak pernah merasa direpotkan olehmu, Sa."     

Alisa kemudian terdiam sejenak. Ia merasa ragu untuk menceritakan masalah rumah tangganya bersama Saga pada Melati. Sampai sekarang mereka menikah, tapi belum mendapatkan restu dari orang tua dari sang suami. Namun, Melati berhak tahu. Mereka berdua bersahabat dari dulu. Alisa mengetahui semua tentang Melati, begitupun sebaliknya.     

Melati melihat perubahan mimik wajah Alisa. Lantas, ia pun bertanya pada sahabatnya itu apa yang terjadi.     

"Kenapa diam? Apa ada yang ingin kau bicarakan padaku, Sa? Kalau ada, ceritalah. Jangan sungkan begitu."     

"Sebenarnya ada, tapi ...."     

Alisa terdiam lagi. Ia masih ragu untuk berkata jujur pada Melati. Urusan yang tak seharusnya sang sahabat tahu. Tiba-tiba, tanpa diduga, wanita itu menggenggam telapak tangannya. Melati menyuruh Alisa untuk bercerita.     

Alisa bingung harus memulai dari mana. Alhasil, air mata mulai turun membasahi pipi mulusnya. Kemudian, sorot matanya lurus menatap Melati.     

"Aku menikah dengan suamiku diam-diam, tanpa kehadiran orang tuanya."     

Melati mencoba mendengarkan semua yang Alisa sampaikan. Wanita itu menyerap pembicaraan yang diutarakannya.     

"Sampai sekarang, aku dan suamiku masih belum mendapatkan restu dari mereka. Lantaran, yang pertama kami menikah secara diam-diam. Dan, yang kedua, karena aku adalah wanita miskin yang tak tahu asal usulnya dengan jelas. Membuat mereka ingin menyingkirkanku dari hidup Saga, apa pun caranya."     

Melati merasa kasihan pada masalah Alisa. Ia mencoba menguatkan sang sahabat. Dirinya masih menggenggam dengan erat telapak tangan Alisa.     

"Ya Tuhan. Aku turut bersedih mendengar ceritamu, Alisa. Aku hanya bisa berdoa, agar rumah tanggamu selalu baik-baik saja." Melati menghapus air mata Alisa yang terus jatuh. Ia tak mau melihat sang sahabat bersedih seperti ini.     

Alisa langsung memeluk tubuh Melati dengan erat. Sekarang, perasaan sedihnya agak sedikit berkurang karena sudah bercerita pada sang sahabat. Melati begitu pengertian padanya. Ia mengucapkan terima kasih pada wanita itu.     

Melati menyuruhnya untuk meminum jus yang sudah disediakan. Alisa dengan perlahan meraih gelas tersebut dan meneguk isinya. Kemudian, ia meletakkan kembali. Perasaannya sekarang sudah sedikit agak tenang.     

Kemudian, ia merogoh dalam tas selempangnya. Alisa mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa lembar uang di sana.     

"Ini buatmu," ucap Alisa sambil menyodorkan uang berwarna merah sebanyak sepuluh lembar.     

"Ini apa?" tanya Melati heran, karena mendapatkan uang sebanyak ini dari Alisa.     

"Aku memberikan sedikit uang untukmu, agar kau bisa membeli apa pun di sini."     

Melati terharu dengan kebaikan Alisa. Wanita itu tak pernah lupa dengannya. Ia merasa beruntung karena mendapat sahabat sebaik Alisa.     

"Ya Tuhan, terima kasih Alisa. Kau sungguh baik sekali padaku. Oh, ya, ini beneran ga papa?" Melati memperlihatkan uang tersebut ke hadapan Alisa.     

Alisa ikhlas memberikan uang tersebut pada sang sahabat, karena dulu Melati sangat sering membantu. Ia tak mungkin lupa dengan kebaikan wanita itu. Melati kemudian menyimpan uang itu ke dalam dompetnya. Mereka lantas mengobrol kembali.     

Sebelum pulang ke rumah, Alisa betul-betul ingin melepaskan semua beban pikiran yang ia tanggung hari ini. Bertemu dengan Reva tadi pagi, benar-benar membuat suasana hatinya agak turun. Maka dari itu, ia ke sini ingin melepaskan semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.