Arrogant Husband

Reva Ternyata Dalangnya



Reva Ternyata Dalangnya

1Akhirnya, Alisa perlahan-lahan mulai membuka kedua mata. Ia merasakan, tangannya terasa sakit. Saat sudah sepenuhnya sadar, ia langsung melihat ke sekitar. Ada beberapa pria yang tadi membawanya kemari.     

Tangannya terikat di belakang kursi dan Alisa tak bisa berbuat apa-apa. Beberapa pria pun mendekati.     

"Sudah bangun kau rupanya?" tanya pria itu.     

"Aku ada di mana hah?!"     

Namun, tak ada dari mereka yang menjawab pertanyaan dari Alisa. Salah satu pria mengeluarkan ponsel dan langsung menghubungi bos mereka.     

"Bos, dia sudah bangun."     

Tak berapa lama, panggilan pun terputus secara sepihak. Bos mereka akan segera datang sebentar lagi.     

"Bos? Siapa yang menyuruh kalian untuk membawaku hah? Siapa?" Alisa meronta-ronta. Ia ingin tahu, siapa dalang di balik semua ini.     

"Tenang cantik, tenang." Pria itu mencolek dagu lancip Alisa.     

"Kurang ajar sekali kau padaku!" bentak Alisa. Ia tak terima dicolek seperti tadi.     

"Uuuuuhhh ... hei kawan, coba liat wanita ini," ujarnya memanggil teman-temannya. "Sangat seksi bukan?" Matanya kemudian mengarah pada bukit kembar milik Alisa yang naik turun, seirama dengan deru napas.     

Pria tadi lalu meraup dengan kasar kedua pipi Alisa. Hingga wanita itu susah untuk bicara. Ia pun mengeluarkan air mata, karena merasa ketakutan.     

"Jangan menangis cantik. Kau tak usah takut pada kami semua." Tangannya meraba rambut Alisa yang terasa lembut. Badan Alisa bergetar karena ketakutan.     

Pria-pria itu tertawa melihat Alisa yang menangis seperti ini. Memang keterlaluan! Mereka melihat tangis seorang wanita yang sedang ketakutan begini.     

Lebih dari sepuluh menit berlalu, tiba-tiba seorang wanita yang mereka panggil dengan sebutan bos, akhirnya datang juga. Tubuh tinggi semampai, seksi, dan berkulit putih tengah hadir di tengah-tengah mereka. Mata Alisa langsung melotot tajam. Ternyata dalang di balik semua ini adalah ....     

"Reva? Jadi, kau di balik ini semua hah?!"     

"Iya. Memangnya kenapa?" Reva berkacak pinggang melihat Alisa yang menangis seperti ini. Ia pun menyuruh semua anak buah untuk meninggalkannya bersama dengan Alisa di sini.     

"Teganya kau melakukan ini padaku. Apa salahku padamu hah?"     

"Apa tadi yang kau katakan, Sa?" Reva memajukan tubuhnya agar bisa mendengar suara Alisa dengan lebih nyaring lagi. "Apa tadi, aku tak mendengarnya."     

"Kenapa kau tega melakukan ini? Apa karena Saga?!"     

Reva mengangguk-angguk. Memang semua ini ia lakukan demi Saga, agar pria itu kembali lagi ke dalam pelukannya dan melupakan Alisa. Dengan ini, ia akan masuk ke dalam hidup Saga dengan perlahan-lahan.     

Reva meminta pada Alisa untuk terus menjauh dari hidup pria itu. Ia ingin hidup selamanya bersama dengan Saga. Pria itu lebih pantas bersamanya dari pada Alisa.     

"Lepaskan Saga! Jauhi dia! Biarkan Saga hidup bersamaku selamanya. Kau tak pantas untuknya Alisa. Kau wanita kampung." Reva mengatakan itu sambil tertawa puas. Ia melihat kesedihan Alisa yang terus menerus.     

"Aku akan membuat hidupmu menderita, Sa, kalau kau tak melepaskan Saga untukku," ujar Reva lagi.     

Apa pun dan siapa pun yang hendak membuatnya berpisah dengan Saga, tak akan pernah ia turuti sedikit pun. Alisa akan tetap bersama dengan sang suami selamanya. Cinta mereka tak akan pernah terpisahkan satu sama lain. Meskipun Reva atau kedua orang tua Saga yang meminta akan hal itu, maka ia tak akan pernah mau untuk melepaskan cintanya.     

"Silakan saja kau buat hidupku sesakit mungkin. Aku tak akan pernah melepaskan Saga sampai kapan pun!"     

Melihat Alisa tetap ngotot seperti ini, membuat amarah Reva jadi terpancing. Ia pun jadi semakin penuh ambisi untuk mendapatkan Saga kembali.     

"Benarkah? Jangan terlalu percaya diri begitu Alisa. Lambat atau cepat, Saga akan jadi milikku lagi! Dan, kau harus lenyap nanti!"     

Alisa tak takut dengan ancaman yang dilontarkan dari mulut Reva. Karena kekuatan cintanya dengan Saga sangatlah besar. Pria itu sangat mencintainya, begitupun sebaliknya.     

"Kau harus sadar jadi wanita, jangan merusak rumah tangga orang lain. Itu bukan cinta namanya, tapi obsesi. Obsesimu sangat besar untuk mendapatkan Saga! Dia sudah jadi mantan kekasihmu. Terima saja semua itu."     

"Tahu apa kau soal itu hah?!" Reva menarik rambut panjang Alisa dengan kasar, hingga wanita itu meringis sakit. Sekarang Reva jadi sedikit tak terkontrol.     

Alisa menyepak kaki Reva dengan keras. Hingga wanita itu melepaskan tarikan dari rambutnya. Mata mereka saling bertatapan cukup tajam.     

Setiap bertemu, adu mulut selalu terjadi pada mereka berdua. Tak ada yang mau mengalah di antara keduanya. Reva dan Alisa sama-sama mengeluarkan kata-kata yang ada dalam hati. Terlebih Reva, yang selalu berbicara kasar pada istri Saga itu.     

Alisa meminta pada Reva untuk tahu batasan. Karena sekarang Saga sudah resmi menjadi suaminya. Pria itu sudah mempunyai istri dan jangan diganggu lagi. Namun, sampai sekarang sang mantan masih terus menghantui hubungan mereka. Membuat Alisa jadi geram sendiri. Namun, ia tahu bahwa wanita itu tak akan menyerah dengan mudah.     

Reva akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Saga. Begitupun dengan Alisa yang terus mempertahankan rumah tangganya bersama sang suami. Tak akan ia biarkan, satu wanita mana pun yang mencoba merebut Saga dari hidupnya, termasuk Reva.     

"Kau tidak akan pernah mendapatkan Saga kembali! Aku akan memastikan hal itu. Biar bagaimanapun, dia adalah suamiku. Aku adalah istri Saga." Alisa menekankan ucapannya pada Reva dan meminta wanita itu untuk mengurungkan niat busuknya.     

Reva melebarkan senyum licik miliknya. Sampai kapan pun, ia tak akan menyerah untuk mengejar cinta sejati. Saga adalah pria yang telah lama ia incar. Kemudian, keduanya memutuskan untuk saling menjalin asmara.     

"Kenapa Saga lebih memilihmu ketimbang aku ya?" ujar Reva sambil memainkan anak rambut Alisa.     

"Aku lebih cantik, lebih kaya, dan lebih segala-galanya dari pada kau." Reva memuji dirinya sendiri. Dan, Alisa hanya terdiam saja.     

"Aku juga telah memenangkan hati kedua orang tuanya Saga. Sedangkan kau apa, Alisa?"     

Reva bicara sendiri dan Alisa tak mengubris hal itu sama sekali. Ia lebih memilih diam saja, mendengarkan semua ocehan tak penting dari Reva. Baginya, hanya omong kosong belaka.     

Merasa tak digubris sama sekali oleh Alisa, tak membuat Reva marah. Ia justru terus menerus mengucapkan hal yang membuat Alisa jadi berpikir, bahwa ia lebih berada di level teratas.     

"Diamlah seperti itu terus, Sa. Diam tak membuatmu menang dariku. Hmm, aku mau pulang dulu," ujar Reva sambil melangkah mundur.     

Reva berniat untuk pulang dari sini. Kemudian, ia memanggil anak buahnya kemari untuk menjaga Alisa. Wanita itu berontak minta dilepaskan dari tempat ini. Ia khawatir kalau Saga akan mencarinya nanti.     

"Lepaskan aku, Va. Aku ingin pulang dari sini. Aku mohon."     

"Tidak, sampai kau melepaskan Saga untukku, baru aku melepaskanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.