Arrogant Husband

Tak Bersemangat



Tak Bersemangat

1Malam hari, Reva datang kembali menemui Alisa di tempat itu. Ia membawakan sebuah roti untuknya. Biar bagaimanapun juga, Alisa harus tetap makan walau sedikit. Ia melangkah ke hadapan wanita itu.     

Kini, ia sudah berada tepat di hadapan Alisa. Wanita itu menatapnya dengan tatapan tajam, sambil setengah berontak minta dilepaskan. Kursi itu bergoyang-goyang karena Alisa menggerakkan tangannya dan menggesek tali agar terlepas.     

Pemandangan itu hanya disaksikan begitu saja oleh Reva. Ia tahu, tali itu mengikat kedua tangan Alisa dengan begitu kuat. Jadi, tak mungkin bisa lepas begitu saja.     

"Kenapa kau tetap keukeuh berontak? Ingin segera keluar dari sini ya?" tanya Reva seakan meremehkannya.     

"Kau tak akan bisa keluar dari sini dengan mudah, kecuali satu hal. Dan, kau pun tahu itu kan?"     

Alisa mencebik. Ia tahu betul keinginan Reva itu. Wanita itu ingin mendapatkan suaminya dengan cara apa pun. Namun, tak akan Alisa biarkan begitu saja Reva mendapatkan Saga dengan mudah.     

"Aku lebih baik dalam keadaan seperti ini, dari pada harus menyerahkan suamiku ke tanganmu. Jangan harap kau bisa mendapatkan apa yang kau mau dengan begitu muda, Va!" Alisa tersenyum dengan lebar. Ia mengucapkan itu dengan kemantapan hati.     

Reva semakin panas saja, tapi tak ia perlihatkan di depan Alisa. Itu hanya akan membuat Alisa semakin menang darinya. Ia pun membuka tas selempang dan mengambil sebuah roti di sana.     

"Aku punya roti. Makanlah!" Reva memegang sebuah roti dan akan menyuapi Alisa.     

"Ternyata kau bisa bersikap baik juga, ya?"     

Mendengar ucapan Alisa, membuat Reva mendekat padanya. "Biar bagaimanapun, aku ingin kau tetap hidup. Andai pun, aku mau menginginkan kematianmu, dengan satu kali jentikan jari, kau akan kubiarkan tiada. Paham?!"     

Reva membuka bungkus roti itu dan mulai menyumpalkannya dengan paksa ke mulut Alisa. Ia terpaksa melakukan hal ini, karena tak mau melihat wanita itu mati kelaparan. Biar bagaimanapun, ia masih punya hati.     

"Sudah dua hari dua malam kau di sini. Dan, aku akan memastikanmu untuk lebih lama lagi tinggal," ucap Reva. "Semoga kau tak bosan berada di rumah barumu ini, Alisa!"     

"Dasar wanita licik! Aku yakin, Saga akan secepatnya mencari dan menemukanku." Alisa memandang Reva dengan tatapan tajam. Ia tak mau kalah dengan mantannya Saga.     

Reva melempar roti itu seketika ke atas tanah karena merasa kesal dengan Alisa. Kemudian, ia berteriak agar para anak buahnya segera berkumpul di sini.     

Setelah semua anak buahnya sudah berkumpul, Reva pun mulai memberikan perintah pada mereka. Perintah Reva adalah jangan pernah memberikan sedikit pun air atau makanan untuk Alisa.     

"Sudah diberi hati, malah minta jantung! Jaga dia dengan baik, jangan sampai lolos!" Reva pun melangkah keluar dari tempat ini.     

Saat melangkah keluar, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia dengan cepat melihat siapa yang tengah meneleponnya.     

"Tante Angel? Mau apa dia meneleponku?" Namun, Reva tetap mengangkat panggilan itu walau agak malas.     

"Baik, tante. Reva akan segera ke sana."     

***     

"Maaf Tuan, sampai sekarang pun Nyonya Alisa masih belum juga kami temukan." Nada suara yang menyendu itu membuat Saga semakin tak bersemangat sama sekali. Sudah dua hari pencariannya, tak membuahkan hasil sama sekali.     

Pagi hari kini telah berganti malam. Dari pagi, Saga terus menerus mencari keberadaan sang istri, tetapi masih nihil juga. Ia hanya bisa berdoa pada Tuhan, agar selalu menjaga istrinya di mana pun kini berada.     

"Iya, baiklah. Lanjutkan pencarian kalian besok lagi," ujar Saga. Suaranya agak melemah. Ia pun akhir-akhir ini jarang makan.     

"Tapi, Tuan ... biarkan kami tetap mencari Nyonya sampai ketemu."     

"Apa kalian tidak merasa kelelahan? Aku tidak mau membuat kalian kenapa-kenapa juga."     

"Tidak apa, Tuan. Sebaiknya Tuan segera istirahat di dalam kamar saja. Wajah Tuan terlihat sangat pucat."     

Saga baru saja pulang ke rumah dan pria itu langsung terduduk lemas di sofa. Saat hendak bangkit dan akan menuju kamar, tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke belakang. Anak buahnya pun dengan sigap menangkap tubuhnya.     

"Astaga, Tuan!"     

Pria itu membawa Saga menuju ke dalam kamar. Membawa sang Tuan untuk beristirahat. Sudah seharian ini, Saga mencari Alisa, bahkan tak menyuap nasi sedikit pun. Membuatnya jadi tak ada energi, tapi tetap dipaksakan untuk pencarian ini.     

Mereka sama-sama menaiki anak tangga dengan perlahan. Maka, sampailah keduanya di dalam kamar. Pria itu membantu Saga untuk merebahkan diri di atas ranjang.     

"Terima kasih banyak," ujar Saga dengan sedikit energi yang tersisa.     

"Sama-sama, Tuan. Beristirahatlah di sini. Biar kami semua yang akan mencari Nyonya Alisa sampai ketemu." Saga mengangguk-angguk.     

"Aku mohon padamu. Temukanlah istriku," lirihnya.     

"Baik Tuan."     

Pria itu lalu melangkah menuju ke luar kamar. Dengan perlahan ia memegang gagang pintu dan menutupnya.     

Setelah anak buahnya pergi, Saga pun sendirian berada di dalam kamar seluas ini. Biasanya sang istri yang selalu menemaninya di sini. Namun, wanita itu tak ada. Ke mana ia diculik.     

"Sayang, pulanglah dengan cepat. Aku sungguh merindukanmu." Saga meneteskan air mata karena merasa sangat rindu dengan sang istri. Ia juga tengah merasa sakit. Seharian ini, tak ada makanan yang masuk ke dalam perutnya.     

Hati dan pikirannya hanya tertuju pada Alisa saja. Pekerjaan di kantor pun ia serahkan sementara pada seseorang yang sangat dipercaya. Saga hanya ingin fokus untuk mencari keberadaan sang istri sampai ketemu.     

***     

"Hai tante, om." Reva datang ke rumah orang tua Saga. Bu Angel pun langsung mengajak dirinya untuk masuk ke dalam. Reva pun dengan senang hati mengikuti mereka berdua.     

"Om dan tante mau ngajakin kau makan malam di sini. Mau ya?" Bu Angel meminta padanya untuk makan malam bersama.     

"Baik tante."     

Bu Angel segera mengajaknya menuju ke ruang makan. Mereka bertiga pun akan mengadakan makan malam bersama.     

"Om sangat senang melihat kehadiranmu di sini, Va. Jangan sungkan untuk datang ke sini. Sering-seringlah datang kemari," ujar Pak Surya.     

"Iya, Va. Benar apa yang dikatakan oleh ayah Saga. Kau harus sering-sering main ke sini."     

"Sebenarnya Reva tuh mau sih tante, om, datang ke sini tiap hari. Tapi, aku tak enak dengan Saga. Dia sampai sekarang tak bisa membuka hatinya untukku. Aku juga ingin meraih dan lebih dekat lagi dengan anak om dan tante."     

Bu Angel dan Pak Surya saling bertatapan. Mereka juga ingin anak mereka dekat dengan Reva. Namun, sampai sekarang tujuan mereka belum berhasil. Saga masih mencintai Alisa dan masih sah suami istri.     

"Reva tenang aja ya. Kami berdua akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyatukanmu dengan Saga. Kami berdua lebih menyukaimu ketimbang Alisa. Percayalah."     

"Benar kan tante, om? Kalian berdua mau bantuin Reva?"     

"Tentu saja, sayang." Bu Angel membelai rambutnya dengan lembut. Membuat Reva semakin yakin untuk bisa memiliki Saga seutuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.