Kompak Mencari Pelakunya
Kompak Mencari Pelakunya
"Aku juga tak tahu sayang. Tadi ada beberapa mobil sedang mencegatku di tengah jalan."
Ucapan Saga itu dicermati oleh Anton dan yang lain. Mereka menerka-nerka, siapa dalang di balik ini semua. Mereka tentu saja akan mencari pelakunya.
"Ya Tuhan." Alisa menangis sambil memegang dadanya sendiri. Tak habis pikir, dengan kejahatan mereka semua pada suaminya.
"Nyonya, ini ...." Seorang pelayan datang dan memberikan Alisa baskom berisi air hangat untuk membersihkan kucuran darah di wajah Saga. Dengan perlahan, ia menyekanya agar sang suami tak merasa kesakitan.
"Anton, kau sudah panggilkan dokter?"
"Sudah, Nyonya. Mungkin dalam perjalanan."
"Sayang, sudahlah ... jangan menangis terus begini." Saga menyeka air mata Alisa yang terus jatuh. Wanita itu bersedih karena dirinya dalam keadaan begini.
"Aku tak kuat melihatmu begini. Aku sungguh takut."
Alisa tengah berpikir, siapa orang yang berani berbuat seperti ini pada Saga?
'Apakah Reva? Atau orang tuanya sendiri? Atau bahkan juga orang lain?'
Pikiran Alisa berkelana ke sana kemari untuk mencari sebuah jawaban. Tiba-tiba saja, sang dokter pun datang.
Alisa dan yang lain menyambut dokter itu dengan ramah. Sang dokter meminta pada semuanya untuk ke luar sebentar. Mereka semua menurut saja termasuk Alisa.
Kini, Anton dan Alisa sama-sama tengah berbincang masalah ini. Mereka masih berada di lantai atas.
"Anton, aku mohon, carilah siapa dalang di balik ini semua," ucap Alisa memohon.
"Tentu saja, Nyonya. Tanpa kau suruh pun, aku pasti akan melakukannya demi Tuan Saga."
Ucapan Anton membuat hati Alisa jadi sedikit tenang. Pria itu akan berusaha untuk menemukan siapa pelaku dari semua ini.
***
"Gimana? Kalian sudah memberinya pelajaran kan?" tanya Joseph pada kelima pria itu.
"Siap bos. Pokoknya sudah beres. Dia sudah kami buat babak belur. Berdarah-darah."
Joseph mengangguk-angguk lalu tertawa gembira. Akhirnya, Saga lemah tak berdaya sekarang. Rencananya untuk selalu bersama dengan Reva, sebentar lagi akan segera terwujud.
Ia pun mengambil beberapa amplop berwarna kecokelatan dan isi di dalamnya adalah uang. Joseph menyerahkan itu pada mereka berlima.
"Ini jatah kalian semua. Yang sudah kita sepakati sejak awal."
Mereka berlima berterima kasih pada Joseph. Kemudian, berlalu pergi dari hadapan pria itu.
"Bagus, ini baru permulaan, Ga. Demi cintaku pada Reva, kau mungkin bisa saja aku lenyapkan, agar tak menarik perhatian Reva lagi."
Pria itu sedang dilanda mabuk asmara, hingga tak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Joseph sekarang berubah 180°. Ia yang awalnya baik dan selalu ingin meminta maaf pada Saga, tapi sekarang, permintaan maaf itu sudah tak berguna lagi. Lebih baik Joseph memanfaatkan momen ini untuk menghabisi Saga.
Cinta memang membuat kebanyakan orang jadi budak cinta. Apa pun akan dilakukan agar orang yang dicintai, tetap berada di samping. Ia tak mau, kalau Reva jatuh lagi ke dalam pelukan Saga.
"Reva akan jadi milikku selamanya." Joseph pun lantas tertawa keras, menyaksikan kemenangan dirinya sendiri.
***
Kabar babak belurnya Saga sudah terdengar oleh Bu Angel dan juga Pak Surya, itu karena Alisa yang mengabari. Mereka lantas langsung ke rumah putranya.
Kini, sepasang suami istri itu sudah berada di kamar Saga. Mereka sangat marah pada para pelaku itu dan berniat akan mencarinya sampai dapat.
"Sungguh keterlaluan orang-orang itu. Bisa-bisanya mereka menyentuh anak semata wayangku!" ketus Pak Surya. Pria itu juga menyuruh anak buahnya untuk mencari sang pelaku.
"Seorang ayah tidak akan tinggal diam, saat melihat anaknya disakiti seperti ini!"
Ucapan yang ke luar dari mulut Pak Surya begitu menyentuh. Alisa tak menyangka, di balik sikap kasar pria paruh baya itu, terdapat kasih sayang yang luar biasa untuk Saga. Alisa memandang takjub ke arah Pak Surya.
Pelipis Saga saat ini sudah diperban. Sang dokter menyuruhnya untuk istirahat total dan tak banyak aktivitas dulu.
Bu Angel memandang ke arah Alisa. Alisa pun tak sengaja bersitatap dengan mertuanya itu.
"Saga?"
"Kenapa, bu?"
"Jangan kelelahan dulu. Tak usah pergi ke kantor dalam beberapa hari ke depan. Lebih baik di rumah saja. Kan ada Alisa yang merawatmu," ucap Bu Angel sambil memandang ke arah sang menantu.
"Alisa, jaga dan rawat Saga dengan baik. Jangan buat dia kelelahan. Paham kau?"
"Iya yah, aku paham. Aku akan merawat Saga dengan baik."
Saga juga meminta pada ayahnya, untuk ikut membantu mencari siapa dalangnya ini. Entah kenapa, orang-orang itu menyerang lebih dulu. Tentu saja, Pak Surya akan mencarinya sampai dapat.
"Aku takut, kalau mereka juga akan mencelakai istriku nanti. Maka dari itu, ayah harus gerak cepat dan membantuku menangkap mereka semua. Jangan beri mereka ampun!" ujar Saga yang terlihat emosi. Siapa yang tak emosi seperti ini kalau diperlakukan seperti itu. Dicegat di tengah jalan dengan beberapa orang yang main keroyokan.
"Kau tak usah khawatir, tentu saja ayah akan membantumu dalam hal ini. Ayah jamin, kau dan keluargamu akan aman."
Alisa merasa lega mendengar ucapan Pak Surya. Akhirnya, beliau bisa setenang ini dengan Saga. Ia bisa melihat sebuag ketulusan yang terpancar. Semoga saja, perlahan-lahan, Alisa bisa diterima dengan baik di rumah ini.
"Terima kasih, yah."
"Tak usah berterima kasih. Ini memang sudah kewajiban seorang ayah untuk melakukan yang terbaik demi sang anak."
Bu Angel terharu mendengar kata-kata bijak dari sang suami. Ia dan Pak Surya merasa bersalah, karena dulu kurang memperhatikan Saga dengan baik. Namun, anak semata wayang mereka tumbuh sebagai seorang pria yang baik dan dewasa.
"Ibu berharap, semoga setelah ini tak ada lagi masalah-masalah yang menimpamu."
"Terima kasih, bu."
Alisa hanya bisa terdiam dan tak mau ikut bersuara. Melihat pemandangan seperti ini saja, sudah membuatnya merasa senang. Andai, semua keluarganya begini pasti hidup mereka bahagia selalu. Namun, ia sadar diri karena masih belum sepenuhnya diterima di sini.
"Sayang?" ucap Saga.
"Iya, kenapa sayang?"
"Aku juga tak mau, kalau melihatmu kelelahan begini. Jaga kondisimu dan calon anak kita, ya. Kau juga harus banyak istirahat."
Bu Angel melirik tajam ke arah Alisa, tanpa sepengetahuannya. Dalam keadaan yang begini, masih saja Saga memikirkan kondisi wanita itu. Pak Surya juga merasa jengkel dengan hal ini.
"Saga, kau jangan memikirkan Alisa terus! Jaga kondisimu. Banyak-banyak istirahat, tidur total kalau perlu!" Pak Surya bicara keras begitu untuk kebaikan sang anak.
"Yah, tapi tetap saja, aku ingin Alisa juga tak kelelahan. Apa kalian lupa, bahwa Alisa sedang mengandung? Pasti kalian ingat hal itu kan?"
Hening. Sunyi. Tak ada yang bersuara lagi setelahnya. Perkataan Saga memang benar, bahwa Alisa juga harus mendapatkan perhatian ekstra, karena dia sedang mengandung buah cinta bersama dengan Saga.