Saga Jatuh Sakit
Saga Jatuh Sakit
"Tuan, ayo makan sedikit saja," ujar salah satu pelayan yang usianya sudah paruh baya.
"Aku tak mau! Sebaiknya kau pergi saja dari sini!"
Wajah Saga tampak pucat kesi (pusat pasi). Namun, pria itu sama sekali tak menginginkan makanan apa pun.
"Aku hanya ingin istriku di sini. Itu saja!" ketus Saga.
Pelayan itu mengembuskan napas panjang. Sampai sekarang, Alisa masih belum juga bisa ditemukan. Hal ini menyebabkan Saga sakit lantaran terus mencari keberadaan sang istri pagi sampai malam. Hingga pria itu lupa akan kesehatannya sendiri.
"Bawa ke luar semua makanan ini!" Perintah Saga langsung dituruti. Pelayan itu keluar dari sini sambil membawa nampan berisi makanan.
Pikiran Saga hanya tertuju pada Alisa terus menerus. Ia sedang sakit seperti ini, bagaimana bisa mencari sang istri?
"Aku harus tetap mencari Alisa," lirihnya.
Perlahan-lahan, Saga bangkit dari kasur. Ia berjalan pelan untuk meraih gagang pintu. Saga pun berjalan menuruni anak tangga. Namun, belum sampai separuh ia turun, salah satu anak buahnya tampak mendekat.
"Tuan, sedang apa kau di sini? Kau harus istirahat di kamar, Tuan."
"Aku ingin mencari Alisa. Minggir!"
"Tidak Tuan. Biar kami saja. Aku dan yang lainnya berjanji, akan segera menemukan Nyonya."
Anak buahnya sedang mencoba untuk menasihati Saga. Kemudian, pria itu mengangguk dan setuju untuk menyerahkan tugas ini pada mereka semua. Saga pun akhirnya dibawa kembali ke dalam kamar untuk istirahat.
Betapa terpuruknya Saga sekarang karena tak ada sosok Alisa di sampingnya. Sering kali mereka berdua selalu bersama, tapi kini wanita itu hilang entah ke mana. Membuat separuh napas Saga juga hilang bersamanya.
"Aku hanya ingin Alisa. Aku hanya ingin dia di sini." Saga merengek seperti anak kecil. Ia meminta pada anak buahnya untuk mencari Alisa sampai dapat.
"Baik, Tuan, baik. Aku berjanji akan menemukan Nyonya secepatnya." Pria itu membantu Saga untuk rebahan. Kemudian, ia menaruh selimut sampai batas dagu. Setelah itu ia pun pergi dari kamar tuannya.
***
Kini, Reva sedang bersama Alisa di dalam tempat ini. Wanita itu menemuinya setiap hari hanya untuk memastikan bahwa Alisa tak berusaha untuk kabur dari sini.
"Kau lapar, ya?" tanya Reva sambil berlagak angkuh.
Wajah Alisa tampak pucat sekali, karena tak ada makanan atau pun minuman yang masuk ke mulutnya.
"Atau kau haus?"
"Aku ingin pulang!" ketus Alisa sambil melotot.
"Ternyata kau masih punya energi juga untuk membentakku ya. Padahal aku tak pernah memberimu makan dan minum loh."
Reva tertawa terbahak-bahak. Namun, Alisa hanya mencebik. Alisa merasa bahwa wanita itu sudah gila karena mengurungnya di sini. Ia rindu di rumah, berduaan bersama dengan Saga. Apa kabar pria itu di sana?
Tangan Alisa terasa sangat sakit karena berhari-hari diikat seperti ini. Bahkan tak pernah dilepaskan sedikit pun. Reva membiarkan saja apa yang terjadi pada Alisa dan tak mau melepaskannya.
"Tanganku sakit sekali, Va. Aku mohon lepaskan aku dari tempat ini. Aku ingin pulang, kasian Saga di rumah. Dia pasti mencariku," ujar Alisa yang tampak melemah.
"Aku tak pernah peduli denganmu, Alisa. Kau mau sakit, atau bahkan mati sekali pun di sini." Reva menyunggingkan senyum liciknya.
Mata Alisa memandang seorang wanita paruh baya yang masuk tergesa-gesa dari arah pintu. Reva pun juga tengah memandanganya. Ternyata Bu Angel datang kemari.
"Tante, ada apa? Kenapa terburu-buru seperti ini?" tanya Reva.
Bu Angel meminta pada Reva untuk melepaskan Alisa dari sini. Permintaan itu begitu mengejutkan mereka berdua. Reva tentu saja meminta penjelasan dari ini semua.
"Kenapa tante tiba-tiba pengin lepasin Alisa? Bukannya ini rencana kita?" tanya Reva.
"Iya, Va. Tante melakukan semua ini untuk Saga. Dia jatuh sakit."
Alisa sontak terkejut. Ternyata sang suami sakit di rumah tanpa dirinya. Dengan cepat, ia minta dilepaskan. Hal itu membuat Reva jadi geram sendiri. Wajahnya merengut kepada Bu Angel.
"Reva, kau dengar sendiri kan tadi? Aku harus cepat pulang untuk bertemu dengan suamiku. Cepat lepaskan aku! dari sini!"
Bu Angel menyuruh Reva agar cepat melepaskan Alisa dari sini. Dengan terpaksa wanita itu pun melepaskannya. Ia memotong tali tersebut dengan pisau.
Kini, kedua tangan Alisa sudah terbebas. Ia langsung berlari dengan kekuatan yang tersisa. Sedangkan di dalam, masih menyisakan Bu Angel dan Reva.
"Kenapa tante menyuruh aku buat melepaskan Alisa? Kalau Saga sakit, kan ada aku yang bantu merawatnya nanti," ujar Reva.
"Maafkan tante, Va. Ini sudah jadi keputusan om sama tante. Saga hanya ingin Alisa kembali dan merawat sakitnya. Hanya dia saja. Tante tak bisa melakukan apa-apa selain itu."
Reva mencebik. Ia tampak tak suka hati dengan sikap Bu Angel sekarang. Wanita itu lantas berlalu pergi dari sana, meninggalkan Bu Angel yang hanya bisa mengembuskan napas panjang. Reva kemudian masuk ke dalam mobil dan ia ingin pulang dari sini.
***
Flashback On
Salah satu anak buah Saga ternyata memberitahukan kepada Bu Angel bahwa putranya sedang jatuh sakit. Hal itu, membuat mereka jadi cemas seketika. Tanpa berlama-lama mereka pun langsung ke rumah Saga.
Di tengah perjalanan, Bu Angel langsung menyuruh sang suami untuk mempercepat laju mobil. Wanita paruh baya itu sudah tak sabar ingin menengok putranya di sana.
"Yah, cepat sedikit. Ibu sudah tak sabar ingin melihat Saga di rumahnya."
"Sabar bu, ayah juga ingin melihat Saga di sana. Ayah betul-betul cemas sekarang."
Pak Surya segera melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Tak jarang, pria tua itu menyalip mobil yang lain. Tak peduli lagi bunyi klakson lain yang memperingatkannya. Pokoknya mereka ingin cepat sampai di sana.
"Bu, apa Saga sakit begini gara-gara tak ada Alisa di sampingnya?" tanya Pak Surya.
"Kok ayah berpikiran seperti itu sih?"
"Ya, bisa jadi kan bu? Saga sakit seperti ini gara-gara kepikiran Alisa terus. Kalau pun benar apa yang diucapkan ayah tadi, maka kita berdua harus melepaskan Alisa."
"Tapi, yah ...." Bu Angel agak sedikit tak setuju dengan hal ini.
"Tidak ada tapi-tapian bu. Ayah ingin Saga itu cepat sembuh. Kasian dia sakit seperti ini kalau hanya memikirkan Alisa."
Bu Angel tak dapat membantah lagi apa kata sang suami. Kalau memang betul, Saga sakit lantaran tak ada Alisa di sampingnya, maka mereka berdua harus melepaskan wanita itu dari sana. Ini semua mereka lakukan untuk putra semata wayang.