Arrogant Husband

Memanjakan Saga



Memanjakan Saga

0Alisa meraih gagang pintu dan mulai membukanya. Wajahnya semringah karena melihat sang suami di sana.     

"Sayang," ucap Alisa.     

Saga yang menatap kedatangan sang istri, tak bisa berkata apa-apa lagi. Alisa pun segera menghampirinya.     

Keromantisan mereka berdua disaksikan oleh Pak Surya. Pria itu jelas tak suka melihat Alisa berada di sini, tapi apa boleh buat? Ia dan sang istri terpaksa membebaskan Alisa dari sana demi Saga. Tak mau, membuat anak semata wayang mereka jadi tambah sakit.     

"Kau ke mana saja sayang?" Saga bangkit untuk duduk. Ia pun memeluk Alisa dengan seerat-eratnya.     

"Aku tak apa-apa sayang. Aku sudah kembali padamu kan?" Alisa menangis deras di pangkuan sang suami. Akhirnya, Alisa bisa bersama dengan pria yang ia cintai.     

Kondisi keduanya juga kurang sehat. Namun, tak membuat mereka berdua berhenti bersyukur. Bersyukur karena dipertemukan lagi seperti ini.     

"Kau diculik, benarkah?" tanya Saga. Ia kemudian menangkup wajah sang istri dengan lembut.     

"Iya, dan aku berhasil untuk kabur dari sana."     

"Syukurlah sayang."     

Tak berapa lama, muncullah Bu Angel. Ia pun tersenyum ke arah putranya. Lantas, Saga sangat berterima kasih pada ibu dan sang ayah yang sudah membantunya mencari Alisa. Hingga pada akhirnya, sang istri kembali lagi dalam pelukan.     

Saga meminta pada orang tuanya untuk memberikan waktu berdua saja bersama dengan Alisa di dalam kamar ini. Mereka berdua paham dan mulai meninggalkan kamar Saga.     

"Sayang," panggil Saga. Saat kedua orang tuanya sudah ke luar dari kamar.     

"Iya sayang?"     

"Kau tak apa-apa?" Saga tampak cemas. Ia tampak memperhatikan sekujur tubuh Alisa.     

"Astaga, tanganmu."     

Saga terkejut mendapati pergelangan tangan Alisa tampak menimbulkan kemerahan.     

"Iya. Tanganku diikat dengan tali terlalu kencang." Alisa menjawab jujur, tapi tak akan pernah membocorkan siapa dalang di balik ini semua.     

"Kurang ajar sekali orang itu. Aku berjanji, setelah sembuh nanti, aku akan mencari orang itu sampai dapat!"     

Alisa langsung memeluk suaminya lagi. Ia begitu takut kehilangan Saga.     

"Aku sangat mencemaskanmu sayang. Sangat .... Bahkan, aku sampai jatuh sakit begini karena terlalu memikirkanmu." Saga langsung menempelkan bibirnya ke Alisa. Sudah berapa lama, ia tak mengulum bibir manis itu dengan begitu lembut.     

Alisa membalas perlakuan sang suami tak kalah manis. Dan, membiarkan tangan Saga merayap-rayap, menyusuri lekuk tubuhnya. Saat ini, pria itu seakan sudah sembuh. Alisa adalah obat mujarab baginya.     

Saga masih menciumi Alisa dengan bertubi-tubi. Meluapkan segala rasa rindu pada wanita yang begitu ia cintai. Tak ada Alisa, maka tak akan ada Saga juga. Separuh napas pria itu telah bersama sang wanita.     

"Bagaimana aku bisa makan, minum, dan tidur dengan nyaman di sini? Sedangkan, kau di sana jauh dari mataku. Aku tak akan bisa jauh dari sisimu sayang. Jangan pernah pergi jauh lagi dariku. Paham?" Saga berbisik lembut di telinga Alisa.     

"Iya sayang, aku paham. Aku juga tak bisa jauh-jauh darimu."     

Saga meraih kedua tangan Alisa dan mengajak wanita itu untuk merebahkan diri di sampingnya. Alhasil, Alisa sudah berada di atas ranjang.     

"Apa ada yang menyakitimu di sana? Jawab jujur!" Saga menatap manik indah sang istri yang saat ini ada di sampingnya.     

"Hmm, tidak ada sayang."     

"Benarkah?" Saga masih terlihat ragu untuk itu.     

"Iya sayang, sungguh. Aku sudah berkata jujur."     

Saga lebih mendekati sang istri, hingga tak ada jarak lagi. Embusan napas wanita itu sangat terasa di wajahnya.     

"Kalau sampai ada yang berani menyakitimu, siapa pun itu orangnya. Aku akan menghabisinya tanpa ragu!" ucap Saga.     

"Tunggulah aku pulih sejenak. Pasti akan kucari orang-orang yang telah menculik permaisuriku ini."     

Senyuman manis terkembang sempurna di sudut bibir Alisa. Wanita itu begitu merasa diistimewakan selalu. Saga memperlakukannya seperti seorang ratu.     

"Kau harus makan sayang. Wajahmu cukup pucat." Saga akhirnya tersadar. Ia langsung menelepon salah satu anak buahnya untuk memerintahkan pada para pelayan untuk membawakan makanan ke kamar. Tak mungkin dia berteriak atau jalan kaki ke bawah dalam kondisi begini.     

Alisa hanya terdiam, karena memang merasa sangat lapar sekali. Berhari-hari tak mencicipi makanan dan minuman di sana. Dan, sekarang dirinya harus merahasiakan hal ini serapat mungkin.     

"Kau harus makan dengan banyak sayang." Saga mencubit hidung Alisa yang mancung itu dengan gemas.     

"Kau juga harus makan ya? Kita akan makan sama-sama."     

"Baiklah permaisuriku."     

Saga sangat senang karena Alisa sudah kembali ke sisinya lagi. Kali ini, ia tak akan membiarkan sang istri diculik oleh siapa pun. Ia akan melakukan pengawasan ketat di rumah ini dan juga akan selalu menyuruh anak buahnya untuk menjaga Alisa.     

Hal seperti ini tak akan terulang lagi. Ia tak ingin ambil risiko yang akan menyebabkan Alisa kenapa-kenapa.     

Di tengah keromantisan mereka, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar dari luar.     

"Masuk!"     

Para pelayan membawakan makanan yang banyak untuk Tuan dan Nyonya mereka. Saga dan Alisa akan makan banyak hari ini. Setelah itu, mereka pamit dari hadapan dua sejoli ini.     

"Makanlah yang banyak sayang."     

"Aku tak akan sanggup menghabiskan makanan sebanyak ini. Kita berdua akan makan ini. Oke?"     

"Baiklah."     

Alisa menyuapi suaminya makan. Ia tampak senang melakukan hal ini. Sudah dua hari, tak memanjakan Saga seperti ini.     

***     

"Yah, tadi Alisa di kamar tak ada bicara apa pun kan? Dia tak membocorkan hal ini kan?" tanya Bu Angel bertubi-tubi. Mereka berdua masih berada di rumah Saga, lebih tepatnya di halaman belakang.     

"Tak ada bu. Aman. Sepertinya Alisa sudah paham."     

"Syukurlah yah. Ibu sangat takut sekali kalau Alisa akan membocorkan hal ini pada Saga."     

"Ibu tenang aja ya. Tak usah khawatir soal itu. Kalau pun dia angkat bicara, ayah tak akan membiarkannya hidup dengan tenang," ujar Pak Surya lagi.     

"Makasih ya yah, ayah telah melakukan segalanya untuk ibu." Mereka pun berpelukan dengan mesra. Namun, keduanya bersikap sangat jahat dengan sang menantu.     

"Ayo bu, kita pulang saja. Pasti Saga asyik dengan istrinya juga kan?"     

Pak Surya pun mengajak sang istri untuk segera pulang ke rumah. Mereka berdua tak akan mengacaukan keromantisan Saga hari ini. Mereka berdua cukup lega, karena melihat sang putra dalam kondisi baik-baik saja sekarang setelah bertemu dengan Alisa.     

Suami istri itu melangkah menuju ke luar untuk pulang. Namun, tanpa mereka sadari, sejak tadi Anton sedang mendengar semua pembicaraan mereka dan bersembunyi untuk tak ketahuan. Pria itu hanya menggeleng-geleng, tak habis pikir dengan orang tua sang Tuan.     

"Kan ... sudah kuduga. Pasti mereka berdua terlibat dalam hal penculikan Nyonya Alisa. Aku tak akan tinggal diam! Aku akan bongkar semuanya, agar Tuan Saga tahu, bahwa orang tuanya sangat jahat," ucapnya setelah orang tua Saga sudah berlalu pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.