Permintaan Alisa yang Aneh
Permintaan Alisa yang Aneh
Sekarang, Alisa membenci aroma minyak wangi karena akan membuatnya mual. Ia selalu melarang sang suami untuk memakainya.
Hal ini jadi membuat Saga pusing sendiri. Biasanya, setiap hari sebelum pergi kerja, ia selalu menggunakan minyak wangi. Namun, apa boleh buat, ini permintaan sang istri agar hatinya senang.
"Sayang?"
"Iya, sayang?" Saga sambil merapikan dasi kerjanya dan berdiri di depan cermin.
"Aku pengen minta sesuatu."
"Apa itu?" Saga menoleh ke belakang. Alisa menggigit bibir bawahnya sambil memainkan jari telunjuk.
"Aku pengen makan bubur. Sekarang juga."
Dengan sigap, Saga pun akan mencarikan bubur yang diminta oleh sang istri. Ia pun berpamitan pada Alisa. Namun, baru beberapa langkah, sang istri memanggilnya lagi.
"Tukang buburnya harus yang tampan. Kalau bisa, dia ke sini langsung yang membuatkan buburnya."
"A–apa?" Saga terkejut dengan permintaan Alisa.
"Iya. Aku tak mau kalau tukang buburnya om-om. Pokoknya harus yang usianya muda atau berondong."
Tenggorokan Saga rasanya tercekat. Pria itu seolah-olah tak bisa bernapas dengan baik. Ia menepuk jidat dengan keras. Permintaan Alisa yang satu ini, memang membuatnya agak stres. Ke mana ia harus mencari tukang bubur yang parasnya tampan? Kebanyakan di sekitar sini, tukang bubur yang memang sudah berusia lanjut.
"Pokoknya harus yang muda, jangan yang tua. Oke?"
"Emang suamiku mau, kalau anaknya lahir nanti bakalan keluar air liur terus?" Alisa mengedip-ngedipkan matanya tanpa henti, agar Saga segera melaksanakan perintahnya.
"Baiklah, baik. Aku akan segera mencarikannya untukmu." Kemudian, Saga segera berlalu pergi dengan wajah kesal.
Pria itu menuruni tangga dengan cepat dan langsung memberi perintah pada anak buahnya yang sedang di luar. Saga melihat jam yang tengah melingkar di tangannya, ia hampir terlambat sekarang.
Saga berteriak untuk memanggil mereka, baik pelayan maupun anak buah. Tak lama kemudian, mereka semua sudah berkumpul di hadapannya.
"Jadi begini maksudku memanggil kalian semua. Istriku lagi mengidam dan dia pengen makan bubur. Tapi, penjualnya harus tampan, usianya muda dan jangan om-om. Penjual itu harus ke sini." Saga terlihat mondar-mandir. Penjelasannya detail menyampaikan.
"Kalau perlu, para pelayan juga turut membantu ya."
"Kalian harus bisa menemukan penjual bubur yang wajahnya tampan. Oke? Sebab, waktuku tak banyak lagi. Ini saja sudah terlambat."
"Baik, Tuan."
Saga bergegas menuju ke dalam mobil. Ia pun segera menuju ke kantor. Sedangkan, di dalam pada pelayan tersenyum geli mendengar bahwa Nyonya mereka sedang ngidam yang aneh-aneh.
"Kasian sekali Tuan Saga, ya."
"Iya. Tapi, maklumlah kalau Nyonya lagi ngidam."
"Kalian berdua kenapa masih di sini? Ayo, bantu cari sana," ujar Anton pada para pelayan.
Anton pun berlalu dan mulai mencari penjual bubur yang berwajah tampan. Mereka semua lantas ikut mencari untuk sang Nyonya.
***
Setiap pagi, dokter selalu menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Alisa. Dokter wanita itu sekarang telah selesai memeriksanya, lalu duduk di sampingnya.
"Bagaimana keadaan saya, dok?" tanya Alisa.
"Anda baik-baik saja, bu. Saya akan berikan beberapa resep vitamin untuk menguatkan janin ibu."
"Baik, dok. Terima kasih."
Tak lama, terdengarlah ketukan pintu dari luar. Alisa bersuara dan menyuruh untuk masuk ke dalam. Ternyata Anton yang datang. Pria itu memberitahunya bahwa penjual bubur sudah berhasil ia temukan. Dan, sekarang sedang berada di halaman depan rumah. Betapa senangnya hati Alisa kini. Wanita itu lantas segera menuruni anak tangga dengan perlahan dan meninggalkan dokter yang masih berada di kamar.
"Nyonya, hati-hati," ujar Anton. Pria itu lantas mengantar sang dokter untuk ke halaman depan.
"Tolong sampaikan resep obat ini pada Bu Alisa, ya." Sang dokter menyerahkan secarik kertas berisi resep obat yang harus ditebus nanti.
"Baik, dok."
***
Alisa berada di samping penjual bubur itu. Lantas, ia pun mengambil ponsel dan mengabadikan foto bersama. Kemudian, Alisa ingin menghubungi Saga lewat video call.
Tanpa menunggu lama, akhirnya sang suami mengangkat panggilan video dari Alisa. Mata Saga terbuka lebar saat melihat sang istri sedang berdekatan dengan seorang tukang bubur, yang memang memiliki wajah tampan.
"Sayang, itu si tukang bubur ya?!"
"Iya sayang. Tampan kan dia?"
Alisa tak tahu, bahwa sang suami sedang cemburu. Hati Saga memanas seketika. Kenapa jadi harus seperti ini?
"Sayang, coba agak jauhan dikit dari dia. Aku tak suka melihatnya!"
Alisa menjelaskan pada Saga bahwa ini bukanlah keinginannya, tapi keinginan si jabang bayi. Kalau sudah begini, Saga tak bisa apa-apa. Pria itu ingin sekali pulang ke rumah, tapi pekerjaannya di kantor masih menumpuk.
"Sayang, jangan cemberut begitu ya." Alisa pun akhirnya paham. Ia menjauhkan diri dari tukang bubur itu dan membuat Saga bernapas lega.
"Sebentar lagi aku akan pulang. Tunggu saja."
"Iya sayang. Hati-hati di jalan nanti, ya."
Alisa pun mematikan sambungannya tersebut. Saga kembali lagi fokus untuk mengerjakan tugas kantor. Mungkin, sebentar lagi, ia akan segera pulang ke rumah menemui sang istri.
"Orang ngidam kok aneh-aneh, ya? Apa memang seperti itu? Kalau seperti ini terus, Alisa bakalan minta sesuatu yang aneh-aneh nanti. Bisa kacau kalau dia minta pemuda tampan terus."
Suami mana yang tak cemburu, melihat istrinya dekat dengan seorang pemuda. Saga harus bersabar, karena sang istri masih dalam tahap ngidam.
Saga mengembuskan napas berat. Tantangannya untuk menjadi suami siaga sekaligus ayah bagi calon bayinya kelak. Ia harus bisa melewati ini semua dengan begitu tenang.
"Kalau nanti, Alisa minta yang aneh-aneh lagi, bagaimana ya? Apa aku bisa mengabulkannya? Kalau tak dikabulkan, kasian nanti anakku kalau lahir dia ileran terus."
Saga mematuhi ucapan Alisa yang meminta seorang tukang bubur berwajah tampan, itu semata-mata karena mengabulkan keinginannya yang sedang ngidam. Semoga saja ini adalah pertama dan terakhir yang Saga lakukan untuk sang istri. Ia tak tahan, kalau harus melihat wanita yang dicintai sedang dekat dengan orang lain. Terlebih Saga tipe yang pecemburu.
Ia sudah tak sabar lagi ingin pulang ke rumah dan memanjakan Alisa. Pasti sang istri senang sekali mencium ketiaknya. Beberapa hari terakhir, Saga tak memakai minyak harum saat bepergian karena dilarang oleh Alisa. Sehabis pulang dari kantor pun, wanita itu tak langsung menyuruh Saga untuk lekas mandi, karena Alisa ingin mencium aroma keringat yang ada di tubuh sang suami.
"Apa pun akan aku lakukan untuknya. Asal jangan meminta seorang pemuda saja. Aku tak bakalan sanggup untuk itu," ujar Saga lemas duluan.