Arrogant Husband

Demi Si Kecil



Demi Si Kecil

2Alisa menatap wajah sang suami yang terlihat sedikit murung. Lantas, ia pun menghampiri pria itu yang berada di ambang pintu. Alisa menyentuh pundaknya dan menarik perlahan tangan Saga.     

"Ada apa? Tidak biasanya kau pulang dalam keadaan murung begini."     

"Tidak apa-apa sayang. Tak penting kalau membahas hal ini," ujarnya sambil tersenyum kecut. Saga menyerahkan bungkus plastik berisi vitamin.     

Saga menyuruh Alisa untuk meminum vitamin sebelum tidur. Sang istri mengangguk dengan patuh. Wanita yang kini mengenakan singlet dan hot pants itu terlihat sangat menggoda mata. Dengan gunung kembar yang besar nan sintal, membuat Saga menelan ludah.     

Pria itu lekas mengajak Alisa dan merebahkannya di tempat tidur. Seperti hari-hari sebelumnya, Alisa meminta pada Saga untuk membuka baju karena ingin mencium aroma ketiaknya. Kini, mereka berdua sudah merebahkan diri masing-masing.     

"Mulai sekarang dan seterusnya, kau jangan memikirkan hal-hal yang tak penting. Jaga kesehatanmu dan juga bayi kita di dalam kandungan," ujar Saga memberi sang istri nasihat.     

"Iya sayang, aku mengerti. Kau jangan khawatirkan soal itu, ya."     

Saga mengangguk dan memeluk tubuh sintal sang istri. Baginya, Alisa sangat pelukable sekali. Nyaman untuk dipeluk terus-menerus. Dada montok Alisa tengah menempel di dadanya. Saga terus memandangi binar mata wanita itu yang begitu teduh.     

Ia meminta pada Alisa untuk tak melakukan aktivitas rumah. Dan, menyuruhnya untuk selalu berdiam di kamar, istirahat saja. Karena di rumah ini sudah banyak pelayan yang tengah bertugas. Dokter Arlin, dokter yang tengah merawat Alisa pun Saga suruh untuk selalu mengontrol keadaan sang istri di rumah.     

"Apa yang membuat mood-mu tak bagus, lebih baik dihindari saja."     

"Iya sayang. Jangan cemas."     

"Tentu saja aku cemas dengan hal ini, karena itu semua bisa mempengaruhi kandunganmu sendiri," ujar Saga bicara serius. "Aku tak mau, kau dan anak kita kenapa-kenapa."     

Alisa langsung memeluk tubuh Saga yang berotot. Ia merasa pria itu dua kali lebih perhatian dan sayang dengannya. Apa yang ia mau, selalu dituruti.     

Alisa mengusap-ngusap perut Saga yang six pack. Memiliki suami yang seksi dan tampan, membuatnya tak bosan memandang. Ditambah lagi pria itu selalu bisa membuat gairah cintanya meledak-ledak. Saga selalu bisa menghidupkan gejolak cinta. Belaian demi belaian, mampu membuat Alisa menggelinjang.     

"Lebih baik kau tidur sayang. Sudah hampir larut malam. Jangan begadang."     

"Iya sayang. Seperti biasa, kau selalu di sampingku ya." Alisa kemudian mulai mengendus-endus ketiak sang suami yang kini tak mengenakan pakaian.     

Saga mengelus-elus rambut Alisa agar wanita itu tertidur. Wanita itu dengan perlahan menutup mata, tapi masih mencium ketiaknya.     

"Hehehe, dasar istriku."     

***     

Saga masih memikirkan tentang pertemuan singkatnya dengan Joseph malam tadi. Ia mengira, pria itu masih berada di luar negeri.     

"Kenapa Jo kembali lagi ya? Aku tak menyangka, dia ada di sini lagi."     

Alisa yang berada di sampingnya masih tertidur lelap. Sinar matahari pun terlihat memasuki celah jendela. Saga segera bangkit perlahan untuk membuka ventilasi dan menyibak gordennya.     

Manik matanya lurus ke depan menatap suasana langit. Angin sepoi-sepoi pun membelai wajah tampannya. Sebentar lagi, Saga akan berangkat ke kantor. Sementara itu, Alisa masih dalam kondisi terlelap. Rasanya tak enak kalau membangunkan wanita itu. Ia pun melangkah menuju ke dalam kamar mandi.     

***     

Tangan Alisa meraba-raba di sisi sebelah. Tak merasakan adanya pria itu, lantas ia pun mulai membuka mata. Ternyata, Saga sudah menggunakan setelas jas, siap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur.     

Alisa mengucek-ngucek matanya sendiri. Masih belum terkumpul semua nyawanya. Namun, ia tetap menghampiri Saga di depan cermin.     

"Selamat pagi istriku," ujar Saga.     

"Selamat pagi juga sayang. Maaf, aku bangunnya kesiangan. Kenapa tak membangunkanku tadi?"     

Saga berbalik badan menghadap sang istri. "Bagaimana mungkin aku tega membangunkanmu sayang? Kau tidur terlalu pulas. Kau terlihat sangat menggemaskan ketika tidur." Saga kemudian mencubit kedua pipi Alisa dengan gemas.     

Alisa terlihat malu-malu saat Saga berucap seperti itu. Setelah suaminya sudah rapi berpakaian, ia pun segera mengantar sang suami untuk sarapan pagi di bawah.     

Saga dan Alisa berjalan pelan menuruni tangga. Ia akan melayani suaminya untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke kantor.     

"Sayang. Kalau bisa, cepat pulang nanti ya," pinta Alisa.     

"Baiklah sayang. Akan aku usahakan ya, secepatnya mengerjakan pekerjaan kantor, lalu kembali ke rumah."     

Setelah mereka berdua duduk di kursi, para pelayan pun melayani Tuan dan Nyonya rumah. Alisa dan Saga hanya menunggu sebentar saja sampai makanan terhidang di atas meja.     

"Hmm, apa kau mau kubawakan sesuatu sayang? Kau ingin makan apa?" tanya Saga.     

"Apa ya? Saat ini aku tak ingin apa-apa. Kalau nanti aku menginginkan sesuatu, aku akan meneleponmu sayang."     

"Baiklah, telepon saja aku."     

Akhirnya, makanan pun telah terhidang di depan mata. Alisa mengambil piring untuk Saga dan mulai menyendokkan makanan serta lauk pauk. Setelah itu, ia meletakkan piring itu di depan sang suami. Sebelum menyantap makanan, Saga dan Alisa berdoa terlebih dahulu.     

Setelah berdoa, mereka lantas menyantap makanan yang sudah terhidang di atas meja. Tiba-tiba, Saga mendekatkan sendok ke mulut Alisa. Pria itu hendak menyuapinya makan. Tak perlu pikir panjang, Alisa pun membuka mulut.     

"Enak?" tanya Saga.     

"Iya sayang. Makanannya enak dan lezat."     

"Mau lagi?" tanya Saga lagi. Alisa mengangguk.     

Saga berkali-kali menyuapi sang istri makan. Secara bergantian, Alisa pun menyuapi Saga dengan romantis.     

"Habiskan makananmu sayang. Aku sudah kenyang." Alisa meraba perutnya sendiri dan menunjukkan ekspresi kekenyangan.     

"Baiklah."     

Nasi di piring Saga tersisa sedikit lagi. Alisa pun sedari tadi sudah berhenti makan. Rasanya tak sanggup, kalau terlalu makan berlebih.     

"Aku begah sayang," ujar Alisa dengan tatapan manja.     

"Baiklah sayang. Jangan terlalu dipaksakan lagi. Lebih baik, kau istirahat saja di kamar ya." Saga mengelap mulutnya menggunakan napkin (serbet makan). Kemudian, ia bangkit dari kursi dan mengecup kening sang istri cukup lama.     

"Kau jangan ke luar ya. Langsung ke kamar saja. Aku berangkat dulu."     

"Iya sayang, hati-hati di jalan." Alisa menatap kepergian Saga menuju ke luar. Ia masih duduk di kursi. Sebentar lagi, dirinya akan menuju ke kamar dan mandi. Karena Dokter Arlin hari ini akan memeriksanya lagi.     

Alisa kemudian melangkah menuju kamar. Ia menaiki tangga dengan perlahan. Langkahnya selalu ia perhatikan dengan baik dan hati-hati, agar sang calon bayi aman-aman saja di dalam kandungan.     

Meskipun begitu, ia juga harus menghindari segala pikiran yang membuat mood-nya turun. Alisa harus menjaga perasaan hatinya agar selalu dalam kondisi baik.     

"Ibu akan lakukan apa pun untukmu," ucap Alisa sambil meraba ke perutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.