Arrogant Husband

Reva Hendak Menampar Alisa



Reva Hendak Menampar Alisa

1Kedua pergelangan tangan Alisa bergetar hebat. Sepasang kakinya pun seolah tak menapak lagi. Ia begitu takut akan keganasan Reva tadi. Hampir saja wanita itu hendak menamparnya, tapi ada seorang pria yang menghalangi. Entah siapa pria yang datang bersama Reva itu.     

Reva ternyata masih sangat mencintai Saga. Wanita itu begitu terobsesi akan suaminya. Alih-alih begitu, tak membuat Alisa melepaskan sang suami begitu saja.     

Alisa melangkah ke jendela kamarnya, menatap ke bawah sana. Terlihat dua orang sedang ribut. Orang tersebut adalah Reva dan Joseph. Mereka masih berada di sini dan belum pulang.     

"Siapa pria yang bersama Reva itu, ya?" Alisa masih memandang ke bawah, melihat keduanya yang sama-sama terlihat bertengkar.     

Sementara di bawah, Reva sedang adu mulut dengan Joseph. Pria itu menurutnya terlalu ikut campur ke dalam urusannya. Ia tak suka sama sekali. Harusnya Joseph diam saja dan membelanya.     

Joseph hanya mengingatkan Reva saja dan jangan melakukan hal yang berlebihan. Pria itu menghalangi Reva untuk tak menampar istri Saga.     

"Kau terlalu ikut campur, Jo. Aku tak suka!" bentak Reva.     

"Kenapa kau bisa senekat itu, Va? Dia istri Saga. Kalau dia mengadu pada Saga, akan jadi apa kau nanti? Saga pasti tak akan tinggal diam dan akan melakukan hal yang tidak-tidak padamu," ujar Joseph. Tangannya terjulur memegang kedua pundak Reva.     

Mata Joseph dan Reva saling berpandangan satu sama lain. Wanita itu hanya diam, sambil merasakan sentuhan tangan Joseph di pundaknya. Seketika, Reva pun mulai melemah.     

"Aku tak mau kau kenapa-kenapa, Va. Hanya itu saja."     

Reva terdiam. Seketika itu, Joseph langsung mengajaknya pulang dari sini. Pria itu ingin membawa Reva ke suatu tempat. Wanita itu mengangguk dan setuju pada akhirnya.     

Joseph membukakan pintu mobil dan Reva langsung masuk ke dalam. Tak lama kemudian, mereka segera berlalu dari rumah Saga.     

Alisa yang masih memperhatikan mereka sejak tadi, kemudian menyadari suatu hal, bahwa pria itu menyukai Reva. Terlihat dari gestur tubuh sang pria yang memperlakukan Reva dengan lembut. Mata Alisa masih mengekor ke arah mobil mereka berdua sampai hilang dari pandangan.     

***     

Di tengah perjalanan, Reva hanya diam saja dan tak mengeluarkan suara sejak tadi. Membuat Joseph bingung, harus memulai obrolan dari mana.     

"Va?" Wanita itu hanya menoleh ke arahnya sebagai respons. Reva merespons seperti ini saja, sudah membuatnya senang.     

"Setelah ini, kau mau kuantar ke mana lagi?" tanya Joseph.     

"Tidak usah ke mana-mana, Jo. Aku hanya ingin pulang saja." Joseph langsung tak bersemangat.     

"Jangan begitu, Va. Sebutkan saja tempat mana yang kau mau kunjungi."     

Reva terdengar mengembuskan napas berat. Ia hanya meminta pulang ke rumah saja dan tak mau ke mana-mana lagi. Namun, Joseph sepertinya sangat gencar untuk selalu bisa bersamanya.     

'Aku akan memanfaatkanmu kalau waktunya sudah tiba nanti.'     

Reva tersenyum licik sekilas, tanpa sepengetahuan Joseph. Wanita itu sudah punya target untuk mencapai tujuannya sendiri. Ia akan menggunakan pria itu sebagai alat untuk menghancurkan rumah tangga Saga dan Alisa.     

Reva yakin, kalau Joseph akan masuk dalam perangkapnya. Pria itu pasti tak akan menolak untuk membantunya.     

"Jo, kalau nanti aku minta bantuan padamu, apakah kau akan mau membantuku?" tanya Reva.     

"Tentu saja, aku akan membantumu dengan senang hati." Joseph menampilkan senyum indahnya pada Reva. Menampilkan deretan gigi-giginya yang putih bersih.     

"Baiklah, terima kasih, Jo." Reva bersorak-sorai dalam hati kecilnya. Ia yakin, bahwa Joseph akan membantunya.     

Wanita itu merengek pada Joseph untuk mengantarnya pulang ke rumah. Reva malas sekali hari ini jalan-jalan ke luar, apalagi bersama dengan Joseph. Terpaksa pria itu menuruti kemauan Reva.     

Dengan berat hati, Joseph melajukan mobilnya menuju rumah Reva. Hari ini sangat singkat untuk bisa berduaan dengan wanita itu. Selepas hari ini, Joseph tak akan mengganggu Reva lagi.     

"Va, terima kasih untuk hari ini," ujar Joseph. "Aku telah berjanji padamu, setelah ini tak akan mengganggumu lagi."     

"Iya, Jo. Baiklah." Reva tak peduli apa pun tentang Joseph. Di pikirannya hanya ada Saga seorang. Mau pria itu mengganggu atau tidak, tak jadi masalah.     

Mendengar jawaban dari Reva yang hanya berucap singkat, membuat Joseph agak sedikit menyerah untuk mendapatkannya. Wanita itu masih dibayang-bayangi oleh masa lalu tentang Saga.     

"Tapi, kalau kau mau minta bantuan padaku, aku akan segera datang menemuimu ke sini," ujar Joseph lagi.     

Akhirnya, Joseph telah sampai mengantarkan Reva di rumah. Setelah mengucapkan terima kasih, wanita itu langsung ke luar dari dalam mobilnya. Pria itu masih tetap mengawasi Reva sampai masuk ke dalam rumah.     

Setelah Reva benar-benar sudah masuk ke rumah, barulah Joseph melajukan mobilnya pergi dari sini. Pergi sambil membawa sebuah harapan yang mulai hilang perlahan.     

"Bodoh, Jo, bodoh. Kau malah mencintai wanita yang tidak pernah mencintai dirimu." Joseph tersenyum kecut, menertawakan kemalangan dirinya sendiri. Pria itu lebih melajukan mobilnya lagi dalam kecepatan tinggi.     

***     

Alisa duduk di tepi ranjang sambil mengelus-elus perutnya yang masih rata. Ternyata sudah satu bulan usia kandungannya saat ini. Tak sabar lagi menunggu sang buah hati lahir ke dunia. Tersisa delapan bulan lagi, agar dirinya bisa melihat sang anak.     

Terkadang, ia juga mengajak bicara sang janin dalam kandungan. Alisa sudah merasa tak sabar lagi melihat anaknya lahir. Entah laki-laki atau perempuan, baginya sama saja.     

Sampai saat ini, Alisa masih belum mau memberitahu kabar kehamilannya pada orang tua Saga. Mereka berdua pasti masih belum memberikan restu. Sangat sulit untuk mendapatkan hati sang mertuanya.     

"Ya Tuhan, sampai kapan aku dan Saga menyembunyikan kabar baik ini pada mertuaku sendiri?"     

"Aku tahu, mereka masih belum menerima kehadiranku di sini. Karena itu, aku dan Saga sepakat untuk tak membocorkan hal ini."     

Alisa sekarang sedang menyisir rambutnya dengan jari jemari. Wanita itu menunggu kedatangan sang suami, yang sebentar lagi akan segera datang. Ia akan menyambutnya dengan penuh kehangatan.     

Ekor matanya menatap jarum jam yang setiap detik selalu berdenting. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore hari. Ia pun melangkah menuju meja rias. Alisa lantas memoles wajahnya menggunakan bedak tipis-tipis.     

"Nak, sebentar lagi ayahmu akan segera pulang ke rumah," ujar Alisa yang tersenyum senang sambil mengelus-elus perutnya.     

Ia pun berjalan ke luar dari kamar. Alisa menuruni tangga dengan perlahan sambil berpegangan. Langkah demi langkah, kini ia menuju ke sofa. Alisa pun duduk di sana sambil menunggu kepulangan Saga dari kantor.     

"Pelayan," panggil Alisa. Salah seorang pelayan pun mendekat mendengar Alisa berucap. "Bisakah kau buatkan aku jus jeruk?"     

"Tentu saja, Nyonya. Sebentar, aku akan membuatkannya untukmu."     

Alisa merasa haus seketika. Ia pun harus menunggu sang pelayan membuatkan jus untuknya. Sambil menunggu Saga yang sebentar lagi akan datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.