Cinta Tak Tergoyahkan
Cinta Tak Tergoyahkan
Pria itu berusaha untuk menghiburnya. Namun, bagi Alisa percuma saja. Rasa kecewanya sudah menjalar dalam hati. Orang tua Saga sama sekali tak bereaksi apa-apa, kecuali hanya diam saja. Melihat itu, hati Alisa seolah hancur.
Saga sungguh tak tega melihat sang istri begini. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Alisa berjalan dengan pandangan kosong, sama seperti harapannya saat ini untuk mendapatkan restu dari mereka. Namun, tak akan pernah ia dapatkan.
"Sayang?"
Alisa bahkan tak menyahut ucapan sang suami. Sekarang, rasa kecewanya masih mendominasi. Tak tahu lagi, harus berbuat apa sekarang. Wanita berkulit putih itu hanya diam saja.
"Jangan seperti ini, sayang. Pikirkan kesehatanmu sendiri dan kondisi bayi kita di dalam sana. Jangan memikirkan yang lain."
"Bagaimana aku tak memikirkan yang lain, terlebih lagi masalah orang tuamu? Mereka berdua masih belum menerima aku. Bahkan, saat mendengar aku hamil saja, mereka hanya diam." Ucapan Alisa terdengar menyakitkan digendang telinga Saga. Ia melihat raut wajah sang istri yang begitu sangat kecewa dengan orang tuanya sendiri.
Saga lantas memeluk Alisa lagi. Mencoba untuk menenangkan sang istri agar tak memikirkan masalah ini lagi. Menyuruh Alisa bersabar rasanya percuma, karena setiap manusia punya batas kesabaran masing-masing. Yang ia dapat lakukan sekarang adalah, selalu bersama dengan wanita itu di samping.
Saga menepuk-nepuk pelan punggung belakang Alisa. "Aku mohon, jangan memikirkan masalah mereka lagi. Biarkan saja, orang tuaku tak memberi restu, yang terpenting sekarang adalah aku akan selalu bersamamu."
Mendengar ucapan dari pria berambut cokelat itu, membuat Alisa merasa tenang sedikit. Ucapan dari Saga berhasil meneduhkan jiwanya, walau tak terlalu kentara. Alisa sudah bisa tersenyum lagi.
"Aku berjanji, apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sampingmu sayang. Aku tak peduli sama sekali dengan orang tuaku. Aku menikah denganmu di hadapan Tuhan."
"Terima kasih sayang. Kau sudah mau bersamaku sampai saat ini. Padahal aku terlahir dari keluarga yang sederhana saja."
"Aku tak pernah melihat seseorang dari derajat sosialnya. Aku tulus mencintaimu apa adanya." Saga pun mencium Alisa dengan hangat. Pria itu memberi sentuhan penuh cinta.
Sekarang, suasana hati Alisa kian membaik. Itu semua berkat dorongan yang Saga berikan, membuat sang istri tak melulu bersedih.
Sambil melingkarkan kedua tangan ke perut Alisa, pria itu kemudian berkata, "aku tak akan pernah meninggalkanmu, walau orang tuaku yang menginginkannya. Aku akan selalu ada di sampingmu sayang."
Cinta Saga untuk Alisa adalah sebuah ketulusan. Mereka berdua memang benar-benar saling mencintai. Di tengah badai gelombang pun, mereka masih tetap bertahan. Banyak pihak yang tak suka dengan hubungan mereka. Namun, itu semua tak membuat Saga meninggalkan wanita itu. Justru sekarang, cinta keduanya telah mengakar kuat.
Pria itu mengelus-elus anak rambut Alisa yang luruh ke daerah mata. Segera Saga singkirkan rambut itu, agar wajah cantik sang istri tak tertutupi. Saga sangat terpesona oleh kemolekan Alisa, serta kebaikan hatinya.
Alisa dalam kondisi hamil, maka dari itu Saga akan selalu berusaha untuk membuat hatinya senang. Ia akan melakukan segala cara agar sang istri tak bersedih seperti tadi.
"Kau sangat tulus mencintaiku sayang. Terima kasih banyak untuk cinta tulusmu itu." Alisa pun memajukan wajahnya dan mencium pipi Saga. Lantas, pria itu membalas perlakuannya dengan memberi sebuah ciuman di bibir.
Saga menempelkan bibirnya ke bibir Alisa dalam waktu yang lama. Mereka pun saling bertukar ludah. Berperang lidah satu sama lain adalah hal favorit mereka. Saga dan Alisa sedang dimabuk cinta sekarang.
Mereka berdua bahkan melupakan masalah yang telah terjadi. Seolah-olah semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Alisa senang, Saga juga turut senang. Keduanya masih berciuman dengan saling mengemut-emut layaknya sedang menikmati sebuah permen.
Daerah sekitar bibir Alisa jadi basah, karena sapuan dari lidah Saga yang mengganas. Pria itu kalau sudah memberi ciuman, pasti sangat memabukkan. Membuat sang istri tak akan pernah menolak untuk berkulum bibir dengannya.
"Sayang?" panggil Saga.
"Iya sayang?"
"Kau sangat membuatku selalu bergairah. Kau begitu memabukkan bagiku. Kau candu yang paling enak di dunia." Saga melahap bibir Alisa dan lidahnya menelusuri setiap letak gigi demi gigi di dalam sana.
Perlakuan serupa juga diberikan oleh Alisa. Wanita itu juga menjulurkan lidahnya di dalam sana. Menyusuri setiap deretan gigi milik Saga.
Perang lidah yang terjadi di antara mereka berdua makin mengganas. Saga merebahkan tubuh Alisa di atas ranjang dengan tiba-tiba. Membuat sang istri agak kaget, tapi masih sama-sama melanjutkan percintaan ini.
Tok! Tok!
Mendengar suara ketukan pintu, tak lantas membuat Saga berhenti untuk berciuman. Pria itu masih saja memberi perlawanan pada sang istri. Alisa pun menepuk pelan pundaknya.
"Ada yang mengetuk," ujar Alisa. Mereka berdua berhenti sejenak. Lalu, bersamaan menatap ke arah pintu.
"Mengganggu saja!" gerutu Saga. Dengan agak malas-malasan, ia mulai bangkit.
Alisa geleng-geleng melihat sikap sang suami. Saga saat ini sedang berada di ambang pintu. Pria itu lantas membukanya dan terlihat sedang mengobrol dengan seorang anak buahnya.
"Tuan, Nyonya, ada Pak Surya dan Bu Angel berada di bawah. Mereka berdua mencari Nyonya dan Tuan."
Alisa dan Saga langsung berpandangan. Untuk apa mereka datang ke sini. Pikiran negatif Saga pun bermunculan. Apakah kedua orang tuanya akan menghina sang istri lagi?
"Baiklah, kami berdua akan segera turun ke bawah."
Anak buah Saga pun lantas turun ke bawah. Sedangkan, Alisa langsung berubah mood-nya. Ia takut, kalau sang mertua akan membuatnya sakit hati lagi. Melihat perubahan yang terjadi dari raut wajah sang istri, membuat Saga menggenggam tangannya.
"Jangan takut sayang. Ada aku di sampingmu. Kita berdua akan turun ke bawah bersama."
"Tapi, aku takut kalau orang tuamu hanya akan membuatku sakit hati lagi. Lebih baik, aku berada di dalam kamar saja, ya."
Saga menggeleng, ia tetap menyuruh Alisa untuk turun bersama dengannya.
"Kita akan hadapi ini bersama-sama. Biar mereka berdua tahu, kekuatan cinta kita seperti apa. Kau dan aku tak akan tergoyahkan," ujar Saga.
Akhirnya, Alisa bersedia untuk turun ke bawah bersama dengannya. Mereka saling bergenggaman tangan satu sama lain. Saga akan selalu mendampingi sang istri, walau apa pun yang terjadi.
"Terima kasih sayang. Kau adalah suami terbaik di dunia." Alisa berlendeh di dada bidang Saga. Kemudian, mereka pun bersiap-siap untuk menuruni anak tangga. Tak akan Alisa biarkan, orang tua Saga membuatnya bersedih lagi.