Hanya Kepura-puraan
Hanya Kepura-puraan
Saga terlihat acuh pada orang tuanya sendiri, karena dirinya tahu bahwa ibu dan sang ayah tak bisa menerima pernikahannya.
"Ibu dan ayah untuk apa datang ke sini?" ketus Saga. Pria itu tak suka, kalau orang tuanya hanya memojokkan Alisa saja.
"Nak, dengarkan dulu kami berdua."
"Kalian mau bicara apa?"
"Ibu tak tahu harus bicara mulai dari mana, yang jelas ibu dan ayah merasa senang kalau sebentar lagi, kau akan menjadi seorang ayah."
Wajah Bu Angel terlihat tulus saat mengucapkannya. Alisa terdiam sejenak, mencoba mengamati setiap inci demi inci wajah wanita yang usianya tak muda lagi itu. Tak ada kebohongan di sana.
Saga menarik pelan tangan Alisa agar duduk di sampingnya. Mereka berdua bersitatap dengan Bu Angel dan Pak Surya.
"Benarkah yang ibu ucapkan tadi? Kalian berdua merasa bahagia?" Saga agak meragukan ucapan sang ibu.
"Iya nak, ibu dan ayah merasa bahagia, karena kau akan menjadi seorang ayah."
"Bukan hanya aku saja, tapi Alisa juga akan menjadi seorang ibu."
Bu Angel bungkam saat Saga menyebut Alisa yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Mereka berdua masih belum bisa menerima Alisa sebagai menantu, tapi mau bagaimana lagi?
"Dan, selamat untuk Alisa juga, yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu." Bu Angel tak ikhlas mengucapkan selamat untuk sang menantu. Namun, di depan Saga, ia akan melakukannya.
Sedari tadi, Pak Surya memilih diam saja dan tak banyak bersuara.
"Baiklah nak, ibu dan ayah tak bisa berlama-lama di sini, karena ibu harus istirahat di rumah."
"Baiklah kalau begitu."
Bu Angel dan sang suami terlihat berpamitan dengan Saga dan Alisa. Suami istri itu menuju ke luar.
Saga dan Alisa mengantar mereka berdua sampai pintu depan. Pria itu melambaikan tangan ke arah orang tuanya.
"Hati-hati di jalan," ucap Saga sambil melambaikan tangan.
Setelah kepergian orang tuanya, barulah Saga mengajak sang istri masuk ke dalam lagi. Ia ingin Alisa setelah ini istirahat. Pria itu menuntun Alisa untuk naik ke tangga.
"Kau dengar kata ibu tadi kan?"
"Iya, aku dengar. Ternyata, mereka senang dengan kehamilanku." Alisa tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya saat ini. Ia tak menyangka sama sekali, bahwa mertuanya mengucapkan selamat atas kehamilan ini.
"Sudah kukatakan, tak ada yang tak mungkin sayang. Orang tuaku cepat atau lambat, pasti akan menyukaimu."
Pria itu menarik gagang pintu dan membukanya. Menuntun sang istri agar berada di atas ranjang. Kemudian, Alisa merebahkan diri di atas tempat tidur. Sedangkan Saga akan pergi sebentar ke luar untuk mencari sesuatu. Dan, Alisa pun mengizinkannya.
Tak ingin membuang waktu, Saga langsung berpamitan dengan sang istri. "Sayang, aku pamit sebentar ya. Aku tak akan lama meninggalkanmu di rumah."
***
"Akting ibu tadi bagus. Akhirnya, Saga dan Alisa percaya, bahwa kita memang senang dengan berita kehamilan ini."
"Iya yah. Siapa dulu dong? Kan ibu, si ratu akting."
Mereka berdua hanya berpura-pura saja di depan Saga dan Alisa. Bu Angel dan sang suami jelas saja masih belum bisa menerima ini semua. Terlebih, dengan berita kehamilan ini.
"Ibu masih belum bisa menerima Alisa sebagai menantu! Ibu hanya ingin Reva saja yang jadi istri Saga. Wanita itu lebih sempurna dibandingkan dengan Alisa." Bu Angel membanding-bandingkan lagi antara Alisa dan juga Reva. Tentu saja, level mereka berbeda. Reva di kalangan orang yang berada, sedangkan Alisa hanya wanita biasa yang sederhana.
"Sama kalau begitu. Ayah pun tak akan merestui pernikahan Alisa dan Saga sampai kapan pun. Mereka berdua tak akan bisa hidup dengan tenang."
Bu Angel dan Pak Surya akan berkunjung ke rumah Reva. Mereka akan membahas masalah kehamilan Alisa padanya. Apa pun yang terjadi, mereka harus berterus terang pada Reva.
***
Setelah mengetuk pintu, muncullah Reva di ambang pintu. Wanita itu langsung mengajak Bu Angel dan Pak Surya masuk ke dalam. Reva menyambut kedatangan mereka dengan penuh sukacita.
"Om, tante, bentar ya, Reva mau buatkan minum dulu."
"Oh, tidak usah sayang. Kami sudah minum tadi. Kami ke sini ingin membahas sesuatu."
Obrolan ini menurut Reva cukup serius. Ia pun duduk dan berusaha untuk mendengarkan ini semua.
Bu Angel dan suaminya saling tatap satu sama lain. Membuat Reva merasa agak bingung, dengan apa yang terjadi.
"Tante mau membahas apa? Bilang aja sama Reva. Nanti Reva bantu kok."
"Begini, Va–" Ucapan Pak Surya terpotong oleh sang istri.
"Va, begini. Kami ke sini tuh cuma ingin menyampaikan sesuatu hal. Yang mungkin, akan membuatmu merasa sakit hati, tapi kami berdua tak akan mungkin menuruti hal ini."
Reva tak mengerti dengan kode-kode yang diucapkan oleh Bu Angel. Ia mendesak pada wanita itu agar menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Reva mendengar embusan napas yang ke luar dari mulut Pak Surya.
"Alisa hamil, Va. Tentu hal ini, membuat Saga dan Alisa tak akan bisa berpisah."
Bagaikan petir di siang bolong yang menyambar, begitu pula yang tengah dirasakan oleh Reva saat mendengar hal ini. Hatinya hancur berkeping-keping. Ternyata Alisa hamil dan itu membuat kesempatannya makin menipis untuk mendapatkan Saga kembali.
"Terus, kita hanya diam saja, om, tante?" Reva agak emosi sekarang.
"Ya, mau bagaimana lagi? Om dan tante tak bisa berbuat banyak."
Reva tetap dengan keputusannya sendiri bahwa ingin menghancurkan hubungan Saga dan Alisa, dengan cara apa pun. Ia akan melakukannya sendiri, tanpa bantuan dari orang tua Saga.
'Alisa hamil, jadi kalian berdua takut kalau cucu kalian dalam bahaya? Begitukah? Baiklah, aku akan lebih nekat lagi kali ini.'
"Baiklah, om, tante, kita bertiga mungkin akan diam saja seperti ini dan akan bergerak lagi, kalau waktunya sudah tepat. Biarkanlah dulu, Saga dan Alisa bersenang-senang dengan kehamilan ini sekarang. Tapi, nanti Saga akan menjadi milikku lagi."
"Iya, Reva, tante dan om mengerti sekali bahwa kau sangat mencintai Saga. Namun, untuk sekarang, mengalahlah dulu."
'Mengalah kalian bilang? Aku bukan tipe orang yang menyukai kekalahan. Akan kuambil apa yang telah menjadi milikku, orang lain tak boleh merebutnya. Aku akan melakukan dengan caraku sendiri dan tanpa bantuan dari kalian berdua!'
"Baiklah tante, kalau itu yang terbaik sekarang," balas Reva dengan senyum penuh kepura-puraannya. Ia jelas tak suka mendengar kabar baik ini.
Reva akan memikirkan sebuah cara untuk menggugurkan kandungan Alisa. Agar wanita itu tak lagi bisa menorehkan senyuman di wajah. Kehilangan anak adalah salah satu kehilangan terbesar dalam hidup. Ia akan membuat hidup Alisa penuh penderitaan.
'Lihat saja nanti, Alisa!'
----
Visual tokoh-tokoh Arrogant Husband sudah dipost lewat instagram, bisa dicek di sana. Semoga suka, hehehee