Kemaruk Terhadap Dua Pria
Kemaruk Terhadap Dua Pria
Reva menggedor-gedor pintu rumah Joseph berkali-kali, agar pria itu segera ke luar dari rumah. Kejadian yang menimpa Saga pasti ada sangkut pautnya dengan Joseph.
Pintu pun akhirnya terbuka lebar. Memperlihatkan sosok pria tengah berdiri tegak dengan mengenakan kemeja panjang.
"Sayang, ayo masuk ke dalam," ajak Joseph sambil menarik tangan Reva. Wanita itu tak mau masuk bersamanya.
"Lepaskan aku!" Reva menepis tangan Joseph dengan kasar. Ia tahu, bahwa pria yang ada di depannya saat ini tak layak dipercaya.
"Kenapa kau seperti ini? Apa salahku sayang?"
"Aku yakin, pasti kau yang sudah membuat Saga celaka. Iya kan?" Reva memicingkan mata.
Joseph agak terkejut, kenapa Reva tahu soal ini. Ia pun mencoba untuk mengalihkan perhatian wanita itu.
"Kau jangan asal bicara sayang. Mana mungkin, aku mencelakai Saga. Dia masih menjadi temanku."
"Bohong! Siapa lagi kalau begitu yang mencelakai Saga?"
"Sayang, percayalah. Bukan aku orangnya." Joseph menggenggam tangan Reva dengan erat.
"Awas saja ya, sampai kau berani mencelakai Saga. Aku tak akan pernah tinggal diam!" Reva melepaskan genggaman tangan Joseph. Ia pun segera berlalu dari hadapan pria itu.
Joseph setengah berteriak memanggil-manggil nama Reva. Namun, wanita itu tak mau mendengarkannya sama sekali. Reva pun pergi dengan menggunakan mobilnya. Joseph kesal, ia melayangkan tinju dan memukulkannya ke pintu rumah.
"Sial! Kenapa Reva bisa tahu? Ini gawat. Aku harus pintar menutupi ini semuanya."
***
Bu Angel sengaja menghubungi Reva agar datang ke rumahnya. Wanita paruh baya itu hendak membicarakan sesuatu. Reva tersenyum-senyum kecil saat sudah berada di sini bersama ibunya Saga.
"Tante, ada apa ya menyuruh Reva datang ke sini?"
"Va, tolonglah ... untuk sementara waktu ini, jangan menemui Saga dulu di rumahnya. Biarkan dia istirahat total. Ada Alisa yang menjaganya di sana."
"Loh, kok tante jadi begini sih? Tante sudah mulai membela Alisa, ya?"
Reva terlihat tak suka. Sekarang, Bu Angel lebih memilih Alisa dari pada dirinya.
"Bukan seperti itu. Tapi, tolonglah, Va. Saga harus banyak istirahat di rumah. Kau jangan ganggu dulu dan membuat keributan di sana."
Reva menggeleng-geleng. Ia tak suka sama sekali, saat Bu Angel lebih membela Alisa. Wanita paruh baya itu sekarang melarangnya untuk bertemu dengan Saga.
Ia mencak-mencak dan berlalu dari hadapan Bu Angel begitu saja. Reva berniat untuk pulang saja ke rumah. Ia kecewa pada wanita itu.
Ia masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa. Reva kesal dan wajahnya masam seketika. Sekarang dirinya sudah duduk di kursi kemudi.
"Tante Angel jahat! Dia jahat sekarang, ternyata lebih memilih Alisa dari pada aku." Reva memukul stir kemudi untuk melampiaskan rasa kesal. Wanita itu lantas mempercepat laju mobilnya dan pergi dari sini.
Sepulangnya Reva dari rumah ini, Bu Angel tampak merasa bersalah. Ia bukan bermaksud untuk membela Alisa, tapi dirinya hanya tak mau kalau Saga merasa terganggu untuk waktu sekarang. Sang anak harus istirahat total dan tak boleh ada yang mengganggu dulu.
"Maafkan tante, Va, tante harus begini sama kau. Alisa benar, Saga harus banyak istirahat dulu."
***
Reva sudah berada di rumahnya sendiri. Ia pun langsung menuju ke dalam kamar. Wanita itu, masih terlihat kesal sampai sekarang. Reva melempar tasnya ke sembarang tempat.
"Kenapa Tante Angel membela Alisa sekarang? Apa yang membuat tante malah mendukungnya sekarang? Wanita itu benar-benar ya, mengancam sekali! Akan kuhabisi dia perlahan-lahan."
Wanita itu terlihat mengepalkan kedua tangannya dan berdiri tegak di depan cermin. Ia menatap dirinya sendiri yang sedang terlihat kesal. Biar bagaimanapun juga, rencananya harus berjalan dengan lancar.
Reva juga akan berniat untuk melakukan segala cara agar Alisa mengalami keguguran. Apa pun akan ia lakukan, agar wanita itu tak merasa bahagia sama sekali. Lantas, kalau Alisa keguguran, Saga pasti akan sangat kecewa sekali. Dan, pria itu perlahan-lahan akan meninggalkan Alisa.
"Kalau nanti Alisa keguguran, pasti Saga akan kecewa berat karena istrinya tak bisa menjaga kandungan dengan baik." Reva manggut-manggut dan tersenyum kecil. "Mereka tak akan pernah mempunyai anak."
Reva langsung teringat dengan Joseph, pria itu pasti dengan senang hati membantunya. Pria itu sekarang sudah berstatus sebagai pacar pura-pura. Namun, Reva sama sekali tak mencintainya. Ia hanya mengandalkan Joseph agar rencananya berjalan lancar.
Ia merogoh isi tasnya dan mencari sebuah ponsel. Lalu, mencoba menghubungi Joseph agar membantunya untuk menjalankan rencana ini. Rasanya, Reva sudah tak sabar lagi ingin menghancurkan hidup Alisa. Alisa harus mendapatkan ganjaran yang setimpal, karena sudah merebut Saga dari hidupnya.
"Hallo sayang," ucap seseorang dari sana setelah panggilannya terhubung.
"Hallo Jo, bisa kita bicara sebentar? Ada hal yang penting harus kuutarakan."
"Hahahaha, baru pagi tadi kau ke rumahku dan marah-marah tak jelas. Baiklah, aku akan datang padamu. Karena aku yakin, kau merindukanku sekarang."
Joseph berbicara sangat percaya diri lewat telepon. Namun, Reva sama sekali tak ingin menggubrisnya. Lama-lama ia juga muak, karena Joseph yang terlalu banyak tingkah.
"Kau datang ke sini, bisa kan?" tanya Reva.
"Iya bisa. Tunggu saja kedatanganku." Joseph memutuskan sambungannya secara sepihak.
Reva meletakkan ponselnya di atas nakas, yang berada di samping tempat tidur. Wanita itu terlihat sangat senang, karena sebentar lagi, Alisa akan mengalami hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bersama dengan Joseph, Reva akan melakukan segala cara.
"Sebentar lagi, tangisanmu akan berdarah-darah, Sa. Kau akan kehilangan anakmu, bahkan perlahan-lahan juga akan kehilangan Saga selamanya. Aku yakin, Saga pasti akan kecewa sekali padamu," ujarnya dengan yakin.
Sambil menunggu kedatangan Joseph kemari, Reva melangkah lagi menuju ke cermin rias. Ia ingin berdandan sedikit untuk menarik perhatian pria itu. Dirinya memoleskan sedikit saja bedak di wajah cantiknya.
"Jo, kau tak akan pernah bisa menolak pesonaku ini. Kau akan bertekuk lutut dan mematuhi semua ucapanku. Aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Saga kembali, walaupun itu harus bercinta denganmu lagi nanti." Reva menggigit bibir bawahnya.
Bercinta dengan Joseph ternyata juga membuatnya bergairah. Mereka sama-sama mau melakukan hal itu. Reva yang menggoda pria itu terlebih dahulu, hingga Joseph akhirnya berada dalam genggaman. Ia rela menyerahkan mahkota berharga untuk mencapai segala tujuan.
Reva adalah salah satu wanita yang nekat. Bahkan tak tanggung-tanggung lagi, ia memberikan hal yang paling penting dimiliki oleh setiap wanita.
"Saga, kau harus menjadi milikku lagi. Akan kulakukan segala cara untuk mendapatkanmu. Dan, Joseph ... kau juga tak akan kulepaskan, karena kau pria yang begitu mencintaiku dengan tulus."
Reva kemaruk terhadap dua pria. Ia ingin memiliki dua-duanya. Saga, pria yang ia cintai, sedangkan Joseph adalah pria mainannya.