Ketegangan yang Mendahului Konflik (4)
Ketegangan yang Mendahului Konflik (4)
"Kamu tidak perlu khawatir, biarkan pembantu itu menghubunginya, Xu Zijin tidak berani melapor polisi, juga tidak berani menangkap pembantu itu. Bahkan mungkin akan membantu pembantu itu melarikan diri."
Lin Zhouyi lalu tersenyum, "Hmm, aku harus memikirkan dialog untuk pembantu itu. Begini saja, suruh dia mencari kesempatan yang tepat untuk mengedarkan foto-foto itu. Kalau dia tidak mau mengedarkan foto itu, suruh dia menyerahkan diri ke polisi, lalu suruh dia mengatakan bahwa semua ini adalah rencana Xu Zijin"
Bahkan asisten tersebut tampak terdiam usai mendengar kata-kata Lin Zhouyi. Ia berpikir sejenak, lalu bertanya lagi, "Apa pembantu itu mau?"
"Tentu saja mau, satu-satunya kerabat pembantu itu, ibunya yang buta itu sekarang dirawat dengan danaku. Pembantu itu tidak berani padaku. Bilang padanya, setelah menyelesaikan semua ini, aku juga sudah mencarikan kornea untuk ibunya. Nanti setelah masalah ini selesai, aku akan mengantarnya dan ibunya ke luar negeri untuk operasi mata."
Asisten tersebut masih merasa ragu, "Tapi bukankah Xu Zijin selalu meninggalkan jejak dalam perbuatannya? Nanti kalau melibatkan kita, bukankah malah merepotkan?"
"Tidak." Lebih baik lagi jika Xu Zijin meninggalkan jejak.
Jika semua rencana dijalankan dengan sempurna, Leng Sicheng pasti akan mengetahui bahwa semua ini adalah perbuatan Lin Zhouyi. Tapi jika yang meninggalkan jejak adalah Xu Zijin, orang-orang juga tidak akan mencurigainya. Karena bagaimanapun juga, Xu Zijin dan Xu Zipei adalah saudara sepupu, hubungan mereka juga sangat baik di mata publik.
"Baik, aku akan melaksanakannya sesuai perintah Anda."
"Oh, ya, kamu harus menyiapkan batas waktunya. Kalau begitu … tiga hari saja. Kalau dalam waktu tiga hari pembantu itu tidak mempublikasikan foto itu, maka suruh dia menyerahkan diri ke polisi."
Tiga hari!
Asisten tersebut menganggukkan kepalanya, "Baik."
----
Keluarga Xu.
"Pernyataan minta maaf harus ditulis setulus mungkin. Jika penyelenggara memiliki acara di masa depan, kita harus janji bahwa Zipei akan menghadiri acara mereka dengan harga murah sebagai kompensasi."
Kepala Xu Zipei sangat pusing, ia dimarahi oleh pihak penyelenggara dan penggemar luar negeri gara-gara tidak jadi menghadiri acara. Untung saja perusahaan yang menaunginya adalah Huang Ting Entertainment, jadi mereka tidak akan mempermasalahkannya, dan malah membantunya.
Asisten Xu Zipei mengatakan, "Lalu acara ulang tahun besok .... "
Xu Zipei terdiam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya, "Aku harus hadir di acara itu, bagaimanapun juga, itu kegiatan alumni kampusku, dan aku juga sudah berjanji sebelumnya. Tapi suruh makeup artist menriasku dengan pucat, jangan terlalu cerah."
"Kak, jadi kamu melewatkan masalah ini begitu saja? Setidaknya Kak Sicheng harus memberikan imbalan kepadamu, kan?" Xu Zijin masih berusaha memanaskan masalah. Ia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana kejadian seheboh ini bisa dilewatkan begitu saja.
"Imbalan apa? " Xu Zipei menggelengkan kepalanya. Yang paling ia takutkan adalah cinta bertepuk sebelah tangan, dan Leng Sicheng malah merasa semua ini sangat wajar.
"Kedepannya kamu jangan mencari Sicheng dan mengatakan yang tidak-tidak. Jika nanti kamu memprovokasinya, kedepannya akan semakin merepotkan. Mengerti?"
"... baik." Xu Zijin menjawab dengan paksa, lalu kembali ke kamarnya dengan kesal. Begitu ia tiba di kamarnya, sebuah nomor asing meneleponnya, tapi ia tidak mengangkatnya.
Setelah berbunyi sejenak, panggilan telepon tersebut pun terputus. Tidak lama kemudian, nomor asing itu menelpon lagi.
Xu Zijin marah, suasana hatinya memang sedang tidak baik, dan setelah mengangkat panggilan nomor asing ini, ia pun langsung membentak, "Mau asuransi, hipotek, pinjaman dana, konsultasi saham, aku tidak perlu semua itu!"
Namun di seberang ponsel malah terdengar suara yang membuat Xu Zijin ketakutan, "Nona Zijin, ini aku .... "