Aku Menolak (13)
Aku Menolak (13)
Wu Aimei yang tadinya masih sangat sombong, kini terlihat lemas seperti balon yang kehilangan udara, ia tidak berani mengatakan satu katapun di hadapan Leng Sicheng lagi.
Kali ini sekretaris Cheng maju, dengan sopan ia berkata, "Bibi Wu, silahkan."
Wu Aimei seolah tidak mendengar suara Sekretaris Cheng, ia diam di tempat dan tidak bergerak. Namun Sekretaris Cheng tetap tersenyum sambil mengulurkan tangannya dan berkata sekali lagi, "Bibi Wu, silahkan."
Kali ini Wu Aimei akhirnya memberikan respon, dengan kaku ia melihat Leng Sicheng, kemudian Gu Qingqing yang sedang melihatnya dengan bingung, terakhir ia melihat sekretaris Cheng yang sedang tersenyum padanya, kemudian dengan kaku ia menganggukkan kepalanya dan benar-benar jalan keluar bersamanya!
Gu Qingqing terkejut, perubahan ini membuat dirinya kewalahan. Apalagi ketika ia melihat ibunya yang tadi masih emosional, lalu Leng Sicheng yang tiba-tiba tersenyum dengan kejam, kemudian ibunya yang kini tiba-tiba membalikkan badan dan pergi. Hal ini membuat Gu Qingqing tidak mengerti apa yang terjadi.
Meskipun Gu Qingqing tidak tahu apa yang terjadi, namun ia merasa masalah ini pasti ada kaitannya dengan ayahnya, ini benar-benar membuatnya merasa bingung dan kaget.
Melihat Wu Aimei berjalan keluar dari pintu kamar, Gu Qingqing bagaikan seorang anak yang kehilangan jalan, ia mengejarnya, "Ibu .…"
Namun Wu Aimei tidak memperdulikannya, dengan langkah kaki yang lemas ia berjalan keluar dari rumah, masuk ke dalam mobil dan pergi.
Sebenarnya ada apa ini? Sebenarnya apa yang dikatakan Leng Sicheng kepada Wu Aimei? Kenapa bisa membuat ibunya yang tadi masih marah menjadi seperti ini dalam sekejap?
Gu Qingqing tidak tahu dirinya harus mengejar dan bertanya kepada Wu Aimei, atau menolehkan kepalanya dan bertanya kepada Leng Sicheng. Ketika ia sedang kesulitan dalam membuat keputusan, ia berjalan mendekati Leng Sicheng, "Sicheng, tadi itu .…"
Ekspresi Leng Sicheng yang tadinya masih arogan dan dingin, kini tiba-tiba menghilang.
Namun Leng Sicheng juga tidak mengerti harus bagaimana menjelaskannya, akhirnya ia hanya bisa bilang, "Mengenai masalah Paman Gu, aku .…"
Gu Qingqing menggelengkan kepalanya, ia tidak bermaksud mau mencaritahu masalah tersebut, namun melihat dari tindakannya, sepertinya Gu Qingqing tidak menunjukkan rasa bersalah, melainkan mundur satu langkah, matanya melirik Leng Sicheng, dari tatapan itu bisa dilihat dengan jelas ada perasaan terkejut, menghindar, dan sedikit … takut!
Betul, takut! Ini pertama kalinya Gu Qingqing memiliki perasaan seperti ini terhadap Leng Sicheng. Sebelumnya, tidak peduli bagaimana Leng Sicheng bersikap kepadanya, mau galak, dingin, ataupun keras, Gu Qingqing tidak pernah merasakan perasaan seperti sekarang.
"A, aku tahu." Gu Qingqing tentu saja tahu bahwa kematian ayahnya bukan kesalahan Leng Sicheng. Pada malam hujan itu, Leng Sicheng sedang mengemudi dengan hati-hati, mobilnya tidak mengebut, ia juga tidak menyetir dalam kondisi mabuk. Ia mengemudi dengan kecepatan yang diperbolehkan dalam peraturan lalu lintas, lalu jalan itu adalah sebuah belokan besar, waktu itu sedang hujan juga, jadi penglihatannya kurang bagus.
Namun ayahnya malah tiba-tiba lari ke jalan raya, bukan zebra cross. Setelah kejadian kecelakaan, Gu Qingqing melihat terus layar CCTV tersebut, dan membuktikan bahwa Leng Sicheng memang tidak salah.
Jika Leng Sicheng memang bersalah, walaupun ia sudah membayar hutang rentenir mereka, juga sudah menyetujui untuk menikahinya, Gu Qingqing juga pasti tidak akan menikah dengannya!
Gu Qingqing tahu, ia tahu semuanya, tapi justru karena tadi ia melihat sikap Leng Sicheng yang aneh, dan kata-kata yang pria itu bisikkan kepada ibunya .… Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh Leng Sicheng dan Wu Aimei mengenai kejadian waktu itu?!
Jangan-jangan kejadian waktu itu, benar-benar bukan sebuah kecelakaan yang tidak sengaja!