Terpaksa Kawin

OLAHRAGA BERSAMA



OLAHRAGA BERSAMA

2"Bisa jadi mbak Dara ini mengidap Genophobia. Tapi gak perlu khawatir, ini bisa disembuhin. Ini cuma soal waktu..."     

"Mbak Dara dan pasangan kan belum lama kenal, maksudnya ya karena gak lewat proses pacaran.. bisa jadi mbak Dara sendiri belum siap menghadapi sesi itu. Dan juga, sex education mbak Dara ini juga masih minim sekali.."     

"Coba mbak Dara kenali lebih dekat pasangan, ajak berbicara dari hati ke hati. Menjalani olahraga dan hobi bersama, mungkin? Mbak Dara Sendiri sudah tahu belum hobi suami?"     

Lenny masih saja kepikiran dengan omongan-omongan dokter Gina tadi. Betul juga, dia ini emang polos and minim soal sex education. Makanya jadi geli sendiri sama hal-hal yang berbau gituan. Lenny juga hampir gak pernah bicara dari hati ke hati sama Reyhan. Selama ini mereka berdua cuma ngomong seperlunya aja. Mereka banyak membahas soal pekerjaan, dan gak pernah melakukan hobi bersama. Hobi Reyhan sendiri juga Lenny gak tahu. Yang dia tahu, cowok itu cuma demen push up sebelom tidur. Sesekali doang Lenny memergoki suaminya gonjrengan main gitar sendirian. Cewek itu tahu Reyhan ini punya kemampuan bermain musik yang bagus, tapi kenapa gak pernah kepikiran buat bermusik bersama ya?     

Saran dokter gina ini bener-bener membuka pikirannya. Bisa jadi sih, dia belum siap melakukannya karena belum nyaman sama Reyhan. Ya, dia memang sayang Reyhan. Tapi rasa sayangnya ya bukan buat ngelakuin hal gituan juga. Duh, gimana sih. Lenny jadi ribet sendiri harus bagaimana mendeskripsikan perasaannya.     

Gadis itu mengangguk-angguk sendiri. Sampai rumah nanti, bakalan dia ajak cowok itu berbuat hal yang asik-asik, main musik maksudnya. Pokoknya dia harus pendekatan dari hati ke hati. Ya, Lenny harus memulainya. Kalau gak dimulai dari sekarang, kapan lagi?     

Lamunan Lenny soal omongan dokter gina tadi langsung buyar begitu gadis itu memasuki komplek perumahan elite jalan gorong-gorong. Dia seperti mengenali sebuah mobil hitam yang melaju pelan didepan mobilnya.     

"Kayak kenal?!" gumam gadis itu. Lenny serta merta membuntuti laju mobil hitam itu secara perlahan-lahan. Pokoknya dah kayak ala ala penguntit profesional lah. Berasa lagi syuting film action.     

Mobil hitam itu berhenti tepat di depan blue house. Ya, rumah berwarna biru milik keluarga mertuanya yang paling mentereng di komplek ini. Lama mobil hitam itu berhenti, sekitar sepuluh menitan kira-kira. Lenny menunduk dari tempat persembunyian dibelakang setirnya di sebuah belokan komplek. Jangan sampai ketahuan dia sedang membuntuti mobil itu.     

Setelah sepuluh menit, keluarlah seorang wanita dari dalam mobil. Wanita dengan rok selutut itu memegang sebuket bunga sambil melambai-lambaikan tangan ke arah pengemudi mobil hitam. Lenny memicingkan matanya.     

"Lah, itu kan si Sarah?!" Gadis itu masih dalam posisi mengintip, "Sama siapa ya? Hepi amat tuh bocah!"     

Tidak beberapa lama, wanita yang dia yakini adalah Sarah, langsung masuk ke dalam rumah setelah kiss bye puluhan kali. Sementara si mobil hitam tadi segera putar balik dan pergi dari jalanan depan blue house.     

Lenny kembali menunduk begitu menyadari si pengemudi sempat melihat kearah mobilnya. Gadis itu juga tetap dalam posisi ready mengintip, siapa gerangan yang mengantarkan adik iparnya pulang.     

"David?!" Lenny terkejut. "David nganterin Sarah pulang?!" Lenny berbicara sendiri. Kok aneh sekali ya? Bukannya perusahaan tuh cowok ada di Bali? Ngapain dia di Jakarta terus?     

Lenny menggeleng-gelengkan kepalanya. Mikir apa sih dia. Mungkin saja David gak sengaja ketemu sama Sarah. Lagian kan David sahabatan sama Reyhan, pasti cowok itu juga dekat sama Sarah.     

Gadis itu tak mau ambil pusing. Lenny segera tancap gas meninggalkan lokasi persembunyiannya dan pulang ke rumah.     

*****     

"Baru pulang sayang?" Tanya Mama Lita begitu Lenny masuk. Gadis itu mengangguk. Ternyata anggota keluarga Deandra sedang makan malam di lantai satu, kecuali Reyhan. Tidak ada tanda-tanda sosok suaminya hadir. "Ayok ikut makan dulu, gak usah nunggu Reyhan." ucap mama Lita. Lenny mengerutkan dahi.     

"Memang Reyhan kemana ma?!"     

"Ada di atas, lagi workout dia.. fitness malem-malem.." mama Lita sibuk menuangkan jus jeruk ke gelasnya, "Malahan waktu belom nikah dulu, tiap malem fitness dia. Mungkin kalau sekarang, kalian sering olahraga malam berdua ya? Jadi si Reyhan jarang fitness." mama Lita mengedipkan satu matanya, membuat pipi Lenny memerah. Wah, tuduhan yang berlebihan itu, mana ada mereka berdua olahraga malam. Yang ada baru pemanasan si Lenny udah nyerah.     

"Ehm.. iya ma.." Lenny mengiyakan saja, biar gak panjang urusannya. "Yaudah aku naik dulu ya ma, pa, Sarah..." Lenny melihat ke arah Sarah yang memegang ponselnya dengan wajah sangat sumringah.     

"Iya kak Dara!" jawab Sarah dengan mata yang masih fokus menatap ke layar handphonenya. Gadis itu juga senyum-senyum sendiri, dah mirip orang sebleng.     

Lenny segera naik ke lantai dua menuju kamarnya. Begitu pintu kamar dibuka, ternyata kosong, tidak ada tanda-tanda Reyhan disana. Gadis itu segera meletakan tasnya dan keluar kamar, menuju ruangan khusus olahraha milik Reyhan yang berada di lantai dua juga.     

Lenny mengendap-endap begitu tiba didepan ruang fitness. Gadis itu ngintip sebentar dari pintu kaca, celingak-celingukan bak maling jemuran yang takut dipergoki warga. Dia yang kepo mulai menggeser sedikit pintu kaca dan melongokkan kepala, melihat Reyhan sedang angkat barbel dengan Bambang.     

Otot-otot lengan tangan Reyhan yang sebesar pohon mangga tercetak dengan jelas. Cowok itu nampak sangat seksi dengan baju you can see my ketek andalan miliknya. Tangan-tangan itu mengangkat barbel dengan sangat piawainya, seperti mencincing gula pasir saja.     

Lenny menelan ludah. Entah bagaimana saat keringat-keringat itu bercucuran dari dahi dan kulit tubuh Reyhan, cowok itu malah terlihat makin mempesona. Buru-buru Lenny memegangi dadanya. Jantungnya berdegup tak beraturan, iramanya udah kayak nonton dangdutan di nikahan warga, jedag jedug tak menentu.     

Lenny buru-buru bersembunyi dibalik pintu begitu sepertinya Reyhan mulai sadar ada orang lain yang sedang "mengintip" kegiatan fitnessnya. Biar gimanapun cowok itu sangat sensitif sekali dengan keadaan di sekitarnya, hingga ia bisa sadar tengah diperhatikan.     

"Bambang!" panggil Reyhan. Ajudan mulfiungsinya yang juga tengah mengangkat barbel kemudian menghentikan aktivitasnya.     

"Ya boss?" sahut Bambang.     

"Tolong bilangin sama Encum, buatkan minuman supplemen untuk otot-otot saya!"     

"Siap, laksanakan boss!"     

Tanpa basa basi Bambang langsung ke luar ruang fitness, menghentikan kegiatan asah ototnya. Lenny yang sedari tadi memang mengintip kegiatan mereka berdua, sontak kalang kabut begitu Bambang memutuskan keluar ruangan. Gadis itu langsung berlari untuk bersembunyi. Dan dia menemukan tempat yang agak gelap di tembok sebelah ruangan fitness. Jadilah Lenny menemplokkan badannya ditembok itu agar tidak ketahuan oleh Bambang. Udah persis kayak cicak-cicak di dinding dia sekarang.     

"Fyuhhh.." Lenny mengusap peluhnya yang keluar dari dahi. Gadis itu sungguh lega karena Bambang tidak sempat melongokkan kepalanya kearah sini. Berati situasi saat ini aman, tinggal melanjutkan kegiatan intip mengintip si Reyhan.     

Gadis itu kembali mengendap-endap mengamati sang suami yang sedang push up sekarang. Wuah, meskipun dia hampir tiap malam lihat Reyhan push up sebelum tidur, tapi entah mengapa yang kali ini sungguh berbeda. Kayak ada manis-manisnya gitu!     

Pelan-pelan Lenny mulai menghitung dalam hati berapa jumlah push up sempurna yang didapat Reyhan.. dua puluh sembilan.. tiga puluh.. wah Reyhan memang keren! Olahragawan sejati tingkat erte pokoknya!     

"Masuk aja kalau mau lihat, gak usah ngintip-ngintip kayak maling deh.." ucap Reyhan dari dalam. Lenny tercekat, itu Reyhan bicara sama siapa sih? Sama gue? Tapi kan posisi dia membelakangi gue, memang dia tahu?     

Lenny tak bergeming. Gadis itu masih bersikukuh mungkin Reyhan berbicara bukan dengannya tapi dengan tembok. Namun lagi-lagi, panggilan itu diulang dengan sangat jelas. Bahwasannya kegiatan intip mengintipnya itu sudah terendus oleh objek yang dimaksud.     

"Istri.. gak usah ngintip dari balik pintu! Masuk aja..."     

Lenny menelan ludah.     

Sialan.. kok bisa ketahuan sih?     

Jangan-jangan Reyhan ini punya indera ke tujuh? Yang bisa liat makhluk sampai nembus tembok itu loh?     

"Kamu lagi ngapain sih?!" akhirnya cowok itu gemas sendiri dan menghampiri Lenny dibalik pintu. Sontak saja Lenny yang terciduk jadi gagap sampai a-a-u-u bingung mau jelasin gimana.     

"Anu... itu.. engg..nganu.."     

"Anu anu apaan?!" Reyhan jadi gak sabar. Puas banget dia ngeliat ekspresi gadis didepannya yang panik karna ketangkep basah ngintipin dia olahraga.     

"Gue.. ini.. gue cuma mo ikut fitness kok!"     

"Oh ya? Wow, tumben banget! Fantastic.. luar biasa!" Reyhan seolah-olah terkejut dengan pernyataan yang diucapkan Lenny barusan. Seumur-umur kan tuh cewek ogah kalau diajak angkat barbel atau kegiatan fitness lainnya. Paling banter juga dia cuma lari atau jogging, atau renanglah buat ngatur pernafasan. Itu juga gak setiap hari dilakuinnya.     

"Eh beneran ya, lo jangan remehin otot-otot gue ini!" Lenny mulai mengangkat-angkat lengannya yang sebesar singkong. Jauh bangetlah dari lengan kokoh milik Reyhan. "Elo jangan kegeeran, ya! Gue sama sekali gak ngintipin kok! Gue cuma mau ikutan fitness.. iya gitu!" Gadis itu berusaha mematahkan pandangan Reyhan yang sudah sangat yakin diintipin dari tadi.     

"Gitu ya?!" Reyhan mengangguk-angguk, seolah-olah percaya dengan ekspresi wajah dihadapannya. "Tapi lo mau fitness pakai gaun begini nih? Yakin?!"     

"Oh.. ini.. ehm.." Lenny mulai gelagapan lagi. Bingung dia mau bikin alasan apa. "Emh.. iya! Ini lagi trend tauk fitness pakai gaun! Ah, norak nih lo pasti belum update style fitness terbaru.. Banyak-banyak gaul sama google makanya!"     

Hampir saja tawa Reyhan meledak mendengar kalimat yang sangat dipaksakan itu. Tapi, demi menjaga seolah-olah terlihat percaya dengan Lenny, Reyhan hanya bisa tersenyum saja. Ada-ada saja memang kelakuan sang istri.     

"Oke kalau begitu nyonya Reyhan Deandra, dengan segala hormat anda dipersilahkan untuk masuk!" Reyhan langsung full menggeser pintu dan segera membungkukkan badan. Lenny dengan dagu yang terangkat tinggi-tinggi lantas saja melepaskan high heelsnya dan berganti dengan sepatu olahraga.     

Meskipun sudah beberapa waktu tinggal di blue house, jujur saja ini baru kali kedua Lenny masuk ke ruangan fitness pribadi milik suaminya. Pertama waktu home tour bareng Encum dulu. Kedua.. ya, sekarang ini. Gile banget sih, peralatan fitnessnya lengkap banget kayak lagi fitness di luar. Emang keluarga ini tuh patut mendapatkan gelar keluarga terniat dalam segala hal.     

Lenny melipatkan kedua tangan didada. Gak tahu dia mau makai alat yang mana. Kalau mau main barbel, dia yakin sih ototnya yang kayak singkong itu ga akan mampu ngangkatnya. Takut malah jadi encok ntar!     

Reyhan yang membuntuti dari belakang jadi senyum-senyum sendiri. Rasain lo! Pake gaya-gayaan mau fitness sih. Udah ketahuan ngintip tetep aja gak mau ngaku.     

"Jadi mau pakai alat yang mana?!" tanya Reyhan dingin. Kembali Lenny gelagapan. Duh, mati kutu dia.     

"Yang ini aja deh.." kata Lenny pasrah. Dia menunjuk ke sebuah alat bernama Treadmill. Itu loh, alat yang biasa dipakai buat latihan kardio atau pembakaran lemak. Yang biasa kita lihat penggunanya jalan atau lari ditempat.     

"Gak mau pemanasan dulu nih?"     

"Ah, gak perlu lah!" jawab Lenny cepat. "Gue ini strong!"     

"Yaudah.. naik lah!" perintah Reyhan. Lenny menurut. Segera, cowok itu melakukan setting pada alat Treadmill nya. "Mau jalan santai, jalan cepat, jogging atau lari nih?"     

"Lari dong!" kata Lenny lagi, sesumbar. Reyhan mengangguk. Cowok itu langsung melakukan setting Treadmill untuk lari menanjak, dan membiarkan istrinya lari-lari sendiri.     

Reyhan kembali melakukan kegiatan push up nya dengan fokus. Dia sama sekali tidak berminat melirik Istrinya yang juga sedang berolahraga. Biarin aja deh, kita lihat seberapa kuat tubuh itu lari-lari dari kenyataan!     

Merasa push up nya sudah cukup. Reyhan memutuskan untuk keluar dari ruangan fitness sebentar, alasannya sih pengen ambil minuman. Baru lima belas menit lari, Lenny sudah ngos-ngosan berat. Sebenernya dia shock pas tau Reyhan keluar. Panik karena gak tahu cara menghentikan laju Treadmillnya. Tapi sungguh, rasa gengsi ini lebih tinggi daripada rasa lelahnya. Jadilah dia membiarkan cowok itu pergi.     

Bambang yang paham ada dua majikannya didalam, sebetulnya dari tadi menunggu diluar untuk mengantarkan minuman supplemen milik Reyhan. Tapi ajudan multifungsi itu enggan masuk, takut merusak suasana. Sungguh, ajudan yang sangat pengertian dengan keadaan majikan.     

"Tolong ambilin air mineral tuh buat nyonya kamu..." Reyhan terkekeh sendiri. Bambang tersenyum dan ikut mengamati Lenny dari luar.     

"Gak apa-apa dipaksa begitu, Boss?" tanyanya hati-hati.     

"Biarin aja... Kan dia sendiri yang minta!" Reyhan meneguk minuman supplemennya. Bambang mengangguk. Segera, ajudan multifungsi itu mengambil sebotol air mineral dan menyerahkanya pada Reyhan.     

"Kalau gitu saya duluan boss!"     

"Oke.." Reyhan mengangguk. Tatapan mata cowok itu tetap fokus mengamati gerak-gerik istrinya yang sudah melambai-lambaikan tangan pada kamera. Gak kuat!     

Prediksi Reyhan, tubuh langsing itu hanya mampu bertahan sekitar dua menit lagi lari menanjak menggunakan Treadmill. Dan benar saja, didetik-detik terakhir jelang waktu dua menit itu berakhir, wajah Lenny sudah sangat memerah dan keringatnya udah gak karu-karuan. Gadis itu udah ngos-ngosan berat!     

Bak pahlawan kesiangan, secepat kilat cowok itu kembali masuk ke ruangan fitness dan menghentikan laju Treadmill nya. Lenny yang sudah capek berat kontan saja limbung, nyaris pingsan. Buru-buru tubuh besar Reyhan menangkap gadis itu dalam pelukannya.     

"Duh.. ca..pek ba.. nget gue...!" Lenny merobohkan tubuhnya ke Reyhan. Kepalanya dia sandarkan ke dada bidang cowok itu. Rasanya untuk melingkarkan tangannya ke punggung Reyhan saja, jari-jarinya sudah tidak sanggup.     

"Katanya mau ikut fitness, masa segini aja udah gak sanggup?!"     

Lenny menggeleng, "Mo pingsan gue.."     

Reyhan terkekeh. Cowok itu mengelus rambut istrinya yang sudah basah dengan keringat. Asli walau lagi keringetan parah, ntah kenapa cewek itu tetep aja harum mewangi sepanjang hari.     

"Mau pingsan ya? Sini gue kasih nafas buatan dulu.."     

"Ah, kalo elo mah.. bukan ngasih nafas buatan..." cibir Lenny. Tawa Reyhan meledak.     

Langsung saja momen peluk-pelukan dalam keadaan berkeringat itu dimanfaatkan Reyhan dengan sangat baik. Lenny pasrah saja, dia tidak memiliki kekuatan untuk menolak adegan kissing di ruang fitness pribadi ini. Capek banget dia. Lagian nih, dia juga menginginkan itu terjadi. Entah kenapa akibat saran dari dokter Gina tadi, Lenny jadi merasa yakin dia memang perlu sering kontak fisik sama suaminya, biar Genophobianya bisa cepat sembuh.     

Cowok itu nemiringkan kepalanya dan mengecup bibir Lenny dengan lembut. Dia mulai melumat bibir itu sampai habis, menikmati inchi demi inchi bagiannya. Lenny yang pasrah juga tidak mau kalah, dirinya membalas ciuman itu dengan hot pula.     

"I Love you..." ucap Reyhan lembut.     

******     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.