Sebuah Jawaban -Part 4
Sebuah Jawaban -Part 4
Jiang Kang Hua kembali terdiam, hingga saat Li Zheng Xi menoleh padanya sambil mengerutkan keningnya. Seolah, dipandang oleh Jiang Kang Hua adalah hal yang sangat aneh. Ya, bagaimana hal tersebut menjadi tidak aneh jika sedari tadi Jiang Kang Hua masih di sana, di saat dia tadi mengatakan jika dia memiliki banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan,
"Panglima Jiang, apakah ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" tanya Li Zheng Xi yang berhasil membuat Jiang Kang Hua terkesiap dengan sempurna. Dia kemudian menggelengkan kepalanya kemudian dia memasang senyum kaku. Menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia harus segera mungkin untuk mencari alasan apa pun itu yang masuk akal.
"Tidak, Penasihat Li. Hanya saja aku kehilangan koin keberuntunganku. Aku mencoba mencarinya di sini tapi tidak ketemu."
"Koin keberentungan?" tanya Li Zheng Xi pada akhirnya. Jiang Kang Hua kembali menganggukkan kepalanya dengan kuat. Dia bahkan merasa telah bersalah karena berdusta demi masalah ini.
"Ya, sebuah koin berwarna perak. Aku diberi oleh sosok yang ada di perbatasan gerbang istana. Katanya itu adalah koin keberentungan. Mungkin dia hilang dan ada di bagian lain. Aku harus menyusuri di mana saja aku berada tadi."
Li Zheng Xi hanya bisa mengangguk, dia kemudian memandang Jiang Kang Hua yang sudah menunduk sambil memandangi jalanan setapak, berjalan dengan sangat pelan dan hati-hati. Untuk kemudian dia kembali menikmati buah kesemek yang ada di tangannya,
Jujur, Li Zheng Xi tak pernah membayangkan jika ada buah kesemek senikmat ini di alam manusia. Sebab setahunya dulu yang dia ingat, dia memakan buah kesemek senikmat ini hanyalah di alam langit. Ada seorang Dewi agung yang bisa menanam kesemek dengan nikmat seperti ini, dan Dewi itu selalu murung setiap kali dia berdiri di bawah pohon kesemeknya. Dia rindu putrinya, dia rindu pula dengan suaminya, yang membuat Li Zheng Xi tak habis pikir, bagaimana rindu itu bisa sedahsyat itu. Yang membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, yang membuat seorang Dewi menjadi kehilangan akal sama sekali.
Namun, Li Zheng Xi setidaknya merasakan satu hal, ketika dia bercinta dengan Cheng Wan Nian beberapa hari ini. Dia selalu merasa meratukan Cheng Wan Nian, dia selalu ingin bertemu dengan Cheng Wan Nian dan dia ingin selalu memiliki Cheng Wan Nian secara utuh. Apakah itu bisa dinamakan cinta?
Tidak… Li Zheng Xi tidak boleh seperti ini, kenapa dia menjadi sangat egois dengan namanya cinta. Dia tidak boleh bertindak seperti itu, bukan? Dia harus menjadi sosok professional sehingga dia menjadi Penasihat handal seperti dulu di alam langit. tapi kenapa dia sampai bisa terperosok pada wanita? Tidur dengan wanita yang bahkan wanita itu adalah selir dari rajanya sendiri. Sebuah hal yang sangat diluar batas nalar kesadarannya sbagai seorang Penasihat dan seorang Dewa. Terlebih sosok itu adalah iblis. Jadi, bagaimana ceritanya seorang Dewa sepertinya terpijat oleh iblis seperti Cheng Wan Nian dan malah mengorbankan ketaannya kepada rajanya dengan cara menjijikkan seperti ini?
Li Zheng Xi kini berjalan menjauh, dia kemudian melihat sosok Dayang yang tengah berjalan dengan langkah gontai. Dia harus memastikan satu hal, dan dia harus melakukannya sekarang. Dengan cepat Li Zheng Xi menarik Dayang itu, dia bawa pada sebuah ruangan yang cukup sepi. Dayang itu tampak ketakutan dan bingung setengah mati, membiat Li Zheng Xi tampak penasaran juga.
"Penasihat Li, ada apa?" tanya Dayang tersebut. Li Zheng Xi kini mengulum senyumnya. Kemudian dia memandang Dayang itu lagi.
"Layani aku," perintahnya. Kemudian dia mencium bibir Dayang itu, dan melakukannya kepada Dayang itu. Dia ingin tahu apakah rasanya akan sama seperti dengan Cheng Wan Nian, ketika dia merasa jika dunianya hanya ada satu titik yaitu Cheng Wan Nian seorang. Namun nafsunya dia tahu tetap sama, meski dia tahu jika setiap wanita memberikan kesan yang berbeda-beda kepadanya. Li Zheng Xi kemudian melepaskan Dayang itu setelah dia merasa puas, membuat Dayang itu memunguti pakaiannya kemudian dia pergi. Dengan dada yang sangat sesak, Li Zheng Xi luruh begitu saja. Dia ini benar-benar bingung, Dewa macam apa dia yang memiliki nafsu semenggelora ini. ataukah aura iblis yang ada padanya yang membuatnya sampai seperti ini?
"Penasihat Li," Li Zheng Xi pun mendongak saat dia melihat Kasim Agung datang menemuinya. Ada rasa aneh yang mulai menjalar pada ulu hati Li Zheng Xi dan perasaan itu tidak bisa dihindarinya sama sekali. sebuah rasa bersalah yang ebnar-benar luar biasa. Yang membuat Li Zheng Xi bingung setengah mati karenanya.
"Hormat hamba, Kasim Agung. Apakah ada masalah sampai Kasim Agung Cheng mencari hamba siang-siang seperti ini?" tanya Li Zheng Xi pada akhirnya.
Kasim Agung itu tampak menghela napas panjang, kemudian dia memandang Li Zheng Xi dengan tatapan dalamnya.
"Kau adalah Penasihat dari Raja, dan selama ini aku tak pernah sekalipun meragukan loyalitasmu sebagai sosok itu. Sekarang ini aku sedang dihadapkan dalam satu hal yang sulit. Ketika putriku berkali-kali menangis karena tingkah dari Yang Mulia Raja. Yang sebenarnya saat aku sedang mengujinya, Yang Mulia Raja adalah sosok yang tidak diragukan lagi oleh siapa pun yang ada di dunia ini. jadi tolong, beritahu kan kepada Yang Mulia Raja jika aku ingin berbicara empat mata kepadanya," perintah Kasim Agung.
Li Zheng Xi tampak menelan ludahnya dengan susah, dia bingung apa yang harus dikatakan kepada rajanya. Dia tidak mau kalaui sampai Chen Liao Xuan tahu apa yang telah ia lakukan kepada Cheng Wan Nian dan hal tersebut sampai membuat rajanya merasa kesal apalagi kecewa kepadanya.
"Baiklah Kasim Agung hamba akan memberitahukan masalah ini kepada Yang Mulia raja dengan segera," kata Li Zheng Xi kemudian.