Perjuangan Menembus Surga

Merebut



Merebut

0Cahaya matahari sesekali bersinar, melalui celah - celah atap pepohonan.     

"Hey, apakah kalian sungguh memiliki waktu untuk berdebat di waktu seperti ini?" Sebuah suara samar yang mencemooh mendadak terdengar di antara pepohonan.     

Lima orang yang berjalan, tiba - tiba terpaku. Mereka bergegas mendongak untuk melihat lima orang pemuda turun ke arah mereka dan berdiri pada cabang - cabang di atas kepala mereka dengan teratur. Masing - masing dari mereka mengenakan sebuah lencana di dada mereka, yang menunjukkan bentuk sebuah menara. Saat ini, kelima pemuda itu menatap lima orang di bawah dengan muka yang penuh ejekan. Raut wajah itu tampak seperti seekor kucing yang telah melihat seekor tikus.     

"Kalian semua di sini untuk merenggut sesuatu yang disebut sebagai 'Energi Api' dari kami, bukan?" Seorang pemuda tinggi dan berbadan besar di antara lima orang itu berkata dengan senyum yang dingin. Baginya, untuk bisa berada dalam peringkat lima puluh besar di Akademi Luar Akademi Jia Nan, kekuatannya sudah sewajarnya tidaklah lemah. Ia tidak terlalu takut pada pemuda itu, yang umurnya tidak jauh beda darinya.     

"Pintar." Seorang pemuda pada cabang pohon, yang memiliki sebuah luka seperti ular di wajahnya, mengeluarkan suara yang keras, hasil darinya menjentikkan jari. Ia seketika berkata sambil tersenyum, "Karena kalian sudah tahu mengapa kami di sini, maka tidak perlu basa basi lagi. Serahkan 'Energi Api' dan kalian akan terbebas dari penderitaan kalian. Bagaimana?"     

"Kau bermimpi?" Seorang pria kurus yang terlihat lemah mengecapkan mulutnya. Namun, suaranya baru saja terdengar ketika sosok manusia di depannya melesat. Seketika, sesosok manusia muncul di depan mereka. Angin lembut yang merobek udara, mendadak berbunyi. Setelah itu, sebuah kaki menginjak dengan keras pada perut pemuda kurus tadi dengan gerakan secepat kilat. Seketika, tubuhnya terlontar mundur dan menghantam sebuah batang pohon. Seteguk darah segar dimuntahkan. Ia berusaha sedikit, tetapi masih gagal untuk berdiri.     

"Serang!" Melihat bahwa rekannya telah dihajar, pemuda tinggi dengan badan besar tadi menjadi marah. Ia berteriak dengan penuh amarah, berkeinginan untuk bertarung. Namun, ketika suaranya baru saja berbunyi, ia mendengar sebuah suara teredam di belakangnya. Ia segera berputar balik untuk melihat apa yang terjadi dan ia mendapati bahwa tiga rekannya sudah ditendang hingga menggelinding seperti labu. Di samping mereka, terdapat tiga pemuda dengan tangan tersilang di depan dada mereka. Wajah mereka penuh dengan rasa jijik.     

"Saudaraku, ingat, sebanyak apapun kau mengacau di Akademi Luar pada masa lalu, ketika kau memasuki Akademi Dalam, kau akan melingkar jika kau adalah seekor naga, dan kau akan berbaring jika kau seekor harimau. Ini adalah pelajaran yang kami, para kakak tingkat, telah pelajari setelah melewati sakit fisik yang tak terhitung jumlahnya. Hari ini, kami akan mengajarkan pelajaran ini secara cuma - cuma." Sebuah tawa mendadak terdengar di teling pemuda berbadan besar itu. Sebuah bayangan seketika melesat mendekat. Sebuah tinju sebesar mangkok, menghantam muka pemuda itu dengan keras. Seketika, pemuda itu terjatuh di atas tanah. Mulutnya dipenuhi dengan darah segar.     

Jika kau tidak ingin terus dihajar, serahkan Kartu Kristal Api milikmu." Pemuda dengan bekas luka berbentuk ular itu memelintir tinjunya dan berkata pelan.     

Ketika mereka mendengar perkataannya itu, raut wajah kelima murid baru tadi berubah. Namun, sesaat kemudian, mereka hanya bisa menggertakkan gigi mereka dan bergumam di hati mereka, bahwa seorang pria yang bijak tahu untuk tidak bertarung ketika situasi tidak berpihak kepada mereka, sebelum mengeluarkan Kartu Kristal Api.     

Sebuah perasaan panas melintas di wajah pemuda itu ketika ia menerima kartu dari tangan kelima murid yang telh dihajar tadi. Ia memeluk kartu itu dan menciumnya dengan begitu bersemangat. Setelah itu, ia melambaikan tangannya dan melempar sisa empat kartu pada keempat rekannya. Ia membalikkan tangannya dan sebuah kartu biru pucat muncul di tangannya. Jika dilihat dengan cermat, terdapat sebuah angka 47 merah yang berapi - api pada layar kartu biru pucat tersebut.     

Pemuda dengan bekas luka tadi memegang kartu hitam gelap dengan satu tangan dan kartu biru pucat dengan tangan satunya. Setelah itu, ia menyatukan kedua kartu itu dan menggosokkan keduanya dengan hebat. Seketika, sebuah cahaya melesat dari kedua kartu. Beberapa waktu kemudian, cahaya itu padam. Namun, angka pada kartu biru pucat telah menjadi angka 50 saat ini. Di sisi lain, angka pada kartu hitam gelap tadi telah berubah dari angka 5 menjadi 2.     

"Chi, peraturan yang konyol. Kita harus meninggalkan 'Energi Api' dua hari bagi para murid baru. Sangat disayangkan." Pemuda dengan bekas luka menekuk bibirnya dan berkata dengan sangat tidak puas ketika ia melihat angka yang tersisa di kartu hitam.     

"Ayo, Lin Ge. Kita harus memaksimalkan waktu yang ada untuk mencari kelompok lain. Kita akhirnya bisa memenuhi syarat untuk mengikuti 'Kompetisi Berburu Energi Api' dengan susah payah. Jika kita tidak bisa memperoleh 'Energi Api' seharga enam hari, kita akan rugi banyak sekali." Pemuda lain itu menyimpan Kartu Kristal Apinya dengan baik dan melemparkan Kartu Kristal gelap kembali kepada para murid baru yang tidak beruntung itu, sebelum berbalik kepada pemuda dengan bekas luka dan berkata.     

"Ah, mari pergi." Pemuda yang disebut Lin Ge itu menganggukkan kepalanya. Ia berkata dengan tersenyum kepada lima murid baru di atas tanah: "Anak - anak yang menyedihkan. Ini adalah hasil dari ketidaktahuan kalian akan kerja sama tim. Kalian harus mengingat hal ini di masa depan. Setelah itu, kalian bisa menjadi seperti kami tahun depan, datang untuk merenggut 'Energi Api' dari murid baru yang tak tahu apa - apa. Jangan mendendam. Ini karena, hal ini adalah jalan yang harus ditempuh setiap murid baru yang masuk ke dalam Akademi Dalam. Ha ha, ayo pergi."     

Dengan sebuah tawa yang keras, Lin Ge melambaikan tangannya dan mereka berlima melesat ke atas cabang - cabang pohon. Setelah itu, mereka bergerak ke arah hutan yang lebih dalam, meninggalkan lima murid baru yang kecewa dan berwajah pucat.     

Ketika grup murid senior itu pergi, beberapa murid baru hanya bisa berdiri dengan wajah yang muram, setelah putus asa untuk beberapa waktu. Masing - masing dari mereka saling menatap dengan ganas satu sama lain dan menyebar, mengambil jalan mereka sendiri.     

Lima orang sedang bersembunyi di dalam semak belukar lebat, puluhan meter dari lahan kosong ini. Arah mata mereka terarah pada arah dimana murid baru tadi pergi. Sudah jelas, mereka telah melihat nasib buruk yang menimpa kelima murid baru tadi, dengan mata kepala mereka sendiri.     

"Sepertinya, 'Energi Api' di dalam Kartu Kristal ini memang memiliki kegunaan yang sangat penting di dalam Akademi Dalam. Jika tidak demikian, orang - orang itu tidak akan bergegas seperti kawanan burung." Xiao Yan perlahan mengalihkan pandangannya dan memandang Kartu Kristal gelap, dan juga angka 5 besar di atasnya sembari berkata.     

"Betul." Xun Er dan yang lain mengangguk pelan. Sasaran yang orang - orang itu renggut sangatlah jelas. Hal itu hanyalah 'Energi Api' pada Kartu Kristal.     

"Ayo pergi. Orang - orang itu seharusnya juga sudah pergi. Bagaimanapun juga, jangan membuang waktu di sini. Tidakkah Tetua Su tadi bilang bahwa semakin cepat kita tiba, semakin besar hadiah yang kita akan terima? Mari jangan membuang waktu lagi." Bai Shan mengerutkan alisnya dan mendesak.     

"Tunggu." Xiao Yan mengayunkan tangannya dan menghentikan Bai Shan. Bai Shan memberengut sedikit dan berkata dengan sebuah suara yang dingin, "Apa yang kau inginkan?"     

Xiao Yan meliriknya dan berkata dengan pelan dan tertata, "Apapun perselisihan yang ada di antara kita, aku rasa, karena kita satu grup, kita mungkin seharusnya sedikit mengerti tentang semangat tim. Jika tidak, kita akan menjadi seperti kelompok murid baru tadi."     

Hu Jia dan yang lainnya mengangguk. Dari cara kelompok murid senior tadi menyerang dengan pemahaman yang luar biasa dan kerja sama tim satu sama lain tadi, sudah jelas mereka sering bekerja sama. Kekuatan mereka tidak lebih lemah dari kelompok Xiao Yan. Jika hal itu adalah pertarungan satu lawan satu, mereka mungkin akan menang. Namun, jika ini adalah pertarungan kelompok, dengan kerja sama tim yang ditunjukkan kubu kelompok tadi, tidak akan sulit bagi mereka untuk mengatasi kelompok Xiao Yan, yang tiap anggotanya memiliki cara bertarung mereka sendiri - sendiri.     

"Apa yang kau pikirkan?" Mata terang Hu Jia menatap Xiao Yan ketika ia bertanya dengan mengerutkan dahi.     

"Karena kita berada di dalam sebuah kelompok, kita sudah sewajarnya membutuhkan seorang pemimpin. Dengan kata lain, ketua ini akan memerintah dan membagi tugas. Yang aku sarankan adalah, kita harus menemukan seorang ketua di antara kita berlima. Jika tidak, jika kita masing - masing bertarung sendiri, kita akan hanya sekuat setumpuk pasir yang gembur. Aku khawatir, akan sulit bagi kita untuk meninggalkan hutan ini dengan orang - orang itu mencegat dan mengepung kita…" Xiao Yan berkata dengan pelan.     

Hu Jia dan beberapa lainnya terkejut ketika mendengar hal ini. Mereka seketika ragu untuk sesaat, sebelum mereka semua mengangguk. Kata - kata yang disampaikan Xiao Yan memang benar adanya. Sebuah kelompok yang bertindak berdasarkan perintah akan selamanya bisa menunjukkan kekuatan bertarung yang lebih hebat dibanding sebuah kelompok yang terdiri dari individu yang tersebar!     

"Maka… siapa yang akan menjadi ketuanya?" Wu Hao, yang seluruh tubuhnya dibungkus oleh jubah berwarna darah, terdiam beberapa saat sebelum menanyakan pertanyaan yang paling rumit.     

Xiao Yan dan yang lainnya terdiam ketika Wu Hao mengutarakan kata - kata tersebut. Sesaat kemudian, Xun Er menggerakkan langkah kakinya dan berdiri di samping Xiao Yan. Ia menggunakan tindakannya untuk menunjukkan pilihannya.     

Melihat aksi Xun Er, raut wajah Bai Shan dan yang lain mengalami perubahan. Beberapa saat kemudian, Hu Jia, yang mengernyitkan alisnya, hanya bisa menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata, "Baiklah. Karena wajah Xun Er, aku akan mempercayaimu sekali ini."     

Setelah ia selesai mengatakan hal ini, ia juga berjalan ke samping Xiao Yan dan menatap dua lainnya.     

"Kekuatanmu… aku mengalah. Aku tidak ada masalah untuk sementara mendengarkan perintahmu…" Suara Wu Hao yang pelan perlahan terdengar. Seketika, ia juga berjalan ke arah Xiao Yan.     

Raut wajah Bai Shan sedikit buruk ketika ia mengamati tiga orang berdiri di sisi Xiao Yan. Matanya melesat dengan tidak menentu.     

"Bai Shan, jika kau tidak mau, maka kita berempat akan pergi dahulu." Mata Xiao Yan menatap Bai Shan dan berkata dengan pelan.     

"Kau…" Raut wajah Bai Shan berubah ketika ia mendengar hal ini. Ia hanya bisa mengangguk dengan kebencian ketika ia berjalan mendekat ke arah Xiao Yan dan berkata dengan dingin, "Baiklah, kau sekarang adalah ketua dari kelompok kita. Namun, aku akan katakan ini terlebih dahulu. Jangan berpikir untuk menggunakan kami untuk bertarung di depan. Kami bukanlah orang bodoh yang membiarkan orang lain menggunakan kami layaknya kapak."     

"Masalah ini adalah hal biasa di kelompok kita. Aku sudah sewajarnya tidak akan meminta siapapun untuk menahan musuh sendirian." Xiao Yan memandang mereka berempat. Sebuah kilat tajam mendadak melintas di mata hitamnya ketika ia berkata dengan lembut, "Namun, sekarang, setelah aku menjadi ketua, aku harap sebelum kita meninggalkan hutan ini, tidak ada dari kalian yang akan melakukan sesuatu yang akan menyakiti kelompok kita, karena kalian bermuka dua kepadaku. Jika tidak, kalian jangan menyalahkanku, Xiao Yan. Ini bukanlah pertama kalinya kita bertemu. Kalian semua harusnya sudah tahu jelas tentang watakku. Terakhir kali, aku bisa membuat kalian semua terbaring di klinik selama tujuh hari. Kali ini, aku juga masih bisa…"     

Mendengar peringatan Xaio Yan, Hu Jia mengerutkan bibirnya tetapi tidak menyatakan keberatan, Wu Hao mengangguk dan sudut mulut Bai Shan berkedut. Butuh waktu yang agak lama sebelum Bai Shan bisa menahan lonjakan emosi di dalam hatinya.     

Namun, bagaimanapun reaksi mereka bertiga, setidaknya, Xiao Yan kini telah memperoleh kekuatan untuk memerintah kelompok kecil ini. Berikutnya, mereka benar - benar harus menghancurkan tembok di antara mereka!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.