Situasi Putus Asa
Situasi Putus Asa
Xiao Yan membuka matanya yang agak buram dengan sedikit kesusahan. Kemerahan cerah yang seperti darah segar terlihat di matanya. Dengan perlahan, ia membuka matanya. Setelah itu, ia dapat melihat jelas bahwa warna merah cerah itu adalah aliran magma yang tak ada hentinya.
Magma?
Xiao Yan sedikit terkejut, tetapi ia mendadak menyadari sesuatu. Ia seketika terkejut melihat dengan mata kepalanya bahwa di sekitar tubuhnya sekarang berada di dalam magma berjumlah besar. Dan juga, posisinya itu jelas berada di dalam magma. Hal ini demikian karena setiap penjuru yang ia lihat hanyalah magma yang begitu merah.
Mata Xiao Yan melihat ke sekitar dan tiba - tiba, ia mendapati bahwa terdapat sebuah gumpalan api tak kasat mata pada sebuah tempat yang berjarak sepuluh kaki darinya. Gumpalan itu terbakar dengan cepat. Selain itu, dirinya sendiri… tampak berada di dalam perut api kasat mata ini?
Xiao Yan menggelengkan kepalanya dengan sekuat tenaga. Benaknya yang agak buram perlahan kembali tajam. Setelah itu, Xiao Yan mengingat dengan jelas bahwa ia baru saja terserang oleh 'Api Hati Gugur' dan kemudian, ia kehilangan kesadarannya… lalu, di manakah tempat ini?
"Tempat ini berada di bawah tanah, tempat di mana 'Api Hati Gugur' lahir." Suara pelan orang tua mendadak terdengar di dalam hati Xiao Yan.
"Guru? Bagaimana keadaanmu?" Xiao Yan seketika mendengar suara yang tidak asing itu ketika ia kebingungan. Xiao Yan tiba - tiba terlihat seperti seseorang yang telah berpegangan pada jerami setelah terjatuh ke dalam air saat ia mendadak bertanya di dalam hatinya.
"Aku masih bisa bertahan beberapa waktu. Anak muda, sudah hampir setengah bulan semenjak kau terseret sampai sini oleh 'Api Hati Gugur'. Api itu selama ini berusaha untuk memurnikan dirimu, atau mungkin, 'Api Inti Teratai Hijau' di dalam tubuhmu. Aku telah menggunakan 'Api Pembeku Tulang' untuk melindungimu selama kau tak sadarkan diri. Namun, api itu sangat menguras tenagaku. Kemungkinan, aku tak bisa menahan lebih lama. Jika waktunya tiba, kau hanya bisa bergantung pada dirimu sendiri." Suara Yao Lao terdengar khawatir karena sangat pelan.
Xiao Yan terkejut ketika mendengar ucapan itu. Ia melihat ke sekitar. Baru setelah itu ia sadar bahwa tubuhnya terlindungi oleh sebuah lapisan api tebal berwarna putih. Gumpalan api tak kasat mata yang besar di luar api putih itu menunggu seperti ular kecil. Meskipun api itu tertahan oleh 'Api Pembeku Tulang', suhu mengerikannya masih bisa memberikan rasa sakit yang begitu panas di kulit Xiao Yan. Hal yang membangunkannya dari ketidaksadarannya yang sebelumnya adalah rasa sakit yang sampai ke tulang ini.
Rasa panik menjulang di hati Xiao Yan. Seketika, ia mencoba menenangkan dirinya ketika ia berbicara dengan nada kering, "Apa yang bisa aku lakukan untuk keluar dari tempat ini?"
Kesunyian datang setelah ia mengucapkan kata - katanya tersebut. Kesenyapan itu berlangsung cukup lama, tepat sebelum nada kecut Yao Lao terdengar, "Aku tak tahu. Tempat ini berada di bawah tanah. Di sini, pada dasarnya, 'Api Hati Gugur' memiliki kekuatan tak terbatas. Jika aku memulihkan kekuatanku hingga sampai puncak, aku mungkin dapat menghancurkan segelnya… Selain itu, tempat di mana kita berada sudah jelas berada di dalam magma. Jika 'Api Hati Gugur' mengeluarkan api di sekitar sini, kemungkinan kau akan tertelan oleh magma panas ini seketika. Walaupun kau mempunyai 'Api Surgawi', kemungkinan, api itu tak akan membantumu hingga kau bisa keluar dari magma ini."
"...Jika begitu, kita hanya bisa menunggu sampai kita mati?" Tubuh Xiao Yan bergetar ketika ia bergumam. Bahkan dengan kemampuan Yao Lao, ia tak bisa melakukan apapun dalam situasi yang penuh dengan keputusasaan ini. Tidakkah itu berarti…
Yao Lao menghela nafas dengan perlahan, tetapi tak bisa memberi sebuah jawaban. Jika bukan karena kemunculan 'Api Pembeku Tulang', Xiao Yan pasti telah terbakar oleh 'Api Hati Gugur' sampai ke sebuah titik di mana debu pun tak akan tersisa ketika ia tak sadarkan diri.
Xiao Yan mengencangkan kepalan tangannya. Sebuah rasa enggan muncul di matanya yang berwarna hitam gelap. Terdapat banyak hal yang ia harus lakukan. Penghinaan terhadap klan Xiao membuatnya harus membersihkan penghinaan itu dan ia perlu mencari ayahnya yang hilang. Selain itu, janji yang telah ia berikan kepada seorang wanita muda untuk menjadi seseorang yang kuat di depannya… maka…
"Aku tak boleh mati di sini!"
Kata - kata yang dipenuhi dengan kekerasan kepala dan tekad perlahan keluar dari mulut pemuda ini. Penderitaan apa yang belum ia alami selama beberapa tahun ini? Bukankah ia tak akan bertahan melalui penderitaan - penderitaan itu jika ia menyerah? Latihan keras yang telah ia lalui beberapa tahun ini untuk meningkatkan kekuatannya telah membuat dirinya menguasai watak begitu juga kekuatan yang begitu tangguh!
"He he…" Yao Lao pun tertawa dengan perlahan ketika ia merasakan kemauan keras untuk hidup itu. Ia mengatakan, "Pemuda, kau selalu bisa membangunkan semangat bertarung semacam ini. Karena demikian, aku akan memberikanmu pertolongan bahkan jika aku harus mengorbankan tulang tua milikku ini."
"Ingat, 'Api Pembeku Tulang' ku hanya dapat bertahan selama tiga hari kedepan. Setelah tiga hari, aku akan benar - benar memindahkan Kekuatan Spiritual-ku yang tersisa kepada dirimu. Setelah itu, aku akan tertidur karena Kekuatan Spiritual-ku telah terkuras. Semua akan bergantung pada dirimu. Aku harap, aku dapat melihat seorang murid yang penuh semangat ketika aku kembali terbangun."
Xiao Yan terdiam. Beberapa saat kemudian, ia menggertakkan giginya dan mengangguk. Matanya menjadi sedikit merah ketika ia berbisik, "Guru, tenanglah, muridmu ini telah berjanji kepada dirimu bahwa aku akan membentuk sebuah tubuh agar bisa ditempati oleh rohmu, bagaimana bisa aku menyia - nyiakan nyawaku di sini?"
"He he, pemuda, manfaatkanlah sebagian waktumu untuk memulihkan diri. Kau hanya bisa bergantung pada dirimu sendiri untuk melakukan apapun setelah tiga hari berlalu…" Yao Lao tertawa setelah ketika ia berbicara dengan perlahan.
Xiao Yan mengangguk dengan cepat. Ia berhenti berbasa - basi ketika ia menyilangkan kakinya. Ia hendak memasuki mode latihan ketika ia merenung untuk beberapa saat. Lalu, ia mengeluarkan kursi teratai berwarna hijau yang amat indah dari cincin penyimpanannya dan duduk di atasnya dengan tubuhnya yang berputar.
Rasa sakit yang begitu panas benar - benar berkurang setelah Xiao Yan duduk kursi teratai berwarna hijau itu. Tampaknya, kursi teratai yang terbuat dari 'Api Inti Teratai Hijau' ini cukup efektif untuk menahan suhu panas.
"Aku lupa bahwa kau masih memiliki harta karun ini. Dengan kursi teratai ini, kesempatanmu untuk kabur hidup - hidup sedikit meningkat." Yao Lao tertawa aneh ketika ia merasakan suhu yang telah sedikit berkurang. Ia seketika merenung dalam sekejap sebelum ia berbicara, "Jika kau tidak dapat menahan lebih lama setelah aku tertidur, kau bisa mengonsumsi 'Pil Roh Tanah'. Pil itu akan membuatmu bertahan lebih lama. Sebelumnya, pil ini harusnya digunakan untuk memurnikan 'Api Hati Gugur', tetapi, dari situasi sekarang, tak seorangpun tahu siapa yang akan dimurnikan, kau atau api itu…"
Xiao Yan tersenyum kecut dan mengangguk. Setelah itu, ia perlahan menutup matanya dan mulai menghisap energi afinitas api di sekitarnya agar tubuhnya yang telah melemah setelah pertarungan besar itu kembali pulih.
Yao Lao kemudian terdiam beberapa waktu ketika ketika ia menyaksikan Xiao Yan yang berangsur - angsur masuk ke keadaan berlatih. Baru setelah itu ia menghela nafas dengan perlahan.
"Anak muda, mungkin ini adalah sebuah cobaan yang harus kau lalui. Aku mempunyai sebuah firasat jika kau bisa berhasil kabur dari tempat ini, kau membuka kepompong dan menjadi seekor kupu - kupu. Di saat itu, kau akan menjadi orang yang benar - benar kuat!"
Lebih dari setengah bulan telah berlalu semenjak pertarungan yang mengguncangkan bumi itu. Akademi Dalam yang sebelumnya hancur lebur selama pertarungan itu, telah dibangun kembali. 'Menara Pemurnian Qi Langit membara' masih terbuka. Hal yang membuat semua orang sangat bahagia adalah bahwa tempat ini masih memberikan dampak bagi setiap orang untuk meningkatkan kecepatan latihan mereka. Imbalan semacam ini adalah sesuatu yang membuat semua orang, termasuk Su Qian, menjadi sangat bahagia. Namun, ketika mereka teringat bahwa ada seorang pemuda yang mungkin sudah menjadi debu di bagian dalam menara ini, rasa bahagia di hati mereka menjadi terlapisi oleh kesedihan.
Walaupun pertarungan besar telah usai, nama pemuda itu meninggalkan jejak yang sulit untuk dilupakan oleh semua orang seperti kata Su Qian. Mungkin, setelah beberapa tahun, ketika para murid telah lulus dan menjadi orang kuat di sebuah tempat, terkadang, mereka mungkin akan mengingat pertarungan yang mengguncang bumi, yang terjadi di Akademi Dalam pada masa lalu, begitu juga pemuda itu. Ia telah menyelamatkan diri mereka.
Meskipun 'Gerbang Pan' yang telah kehilangan Xiao Yan sedang diselimuti suasana kelam, kekuatan faksi ini menjadi seperti sebuah bola salju. Terlepas dari kehilangan ketua mereka Xiao Yan, faksi Gerbang Pan yang baru terbentuk kurang dari setahun ini, sudah dapat dibandingkan dengan faksi - faksi milik Lin Xiuya dan Liu Qing setelah ada kabar bahwa Zi Yan hendak bergabung dengan Gerbang Pan. Dari atmosfer spesial Gerbang Pan yang semacam itu, faksi muda ini mungkin dapat menjadi faksi teratas di seluruh Akademi Dalam seiring waktu berjalan, dan tak akan ada lagi faksi - faksi yang dapat menyainginya.
Memang, Gerbang Pan saat ini tentu saja dikelola oleh Wu Hao, Hu Jia, dan yang lain setelah kehilangan Xiao Yan. Namun, pada akhirnya, keduanya hanya mengisi posisi wakil ketua. Setiap anggota yang hendak memasuki 'Gerbang Pan' akan diberitahu dengan jelas bahwa ketua 'Gerpang Pan' yang sesungguhnya adalah seorang pahlawan yang telah menyelamatkan seluruh Akademi Dalam. Orang ini bernama Xiao Yan!
Kebiasaan ini berlanjut seiring berlalunya waktu. Mungkin beberapa tahun kemudian, akan ada beberapa orang yang lupa para guru Akademi Dalam. Namun, nama ini akan menjadi sebuah jejak di hati mereka yang sulit untuk dilupakan.
....
Lantai ke-delapan 'Menara Pemurnian Qi Langit Membara'.
Sekelompok yang beranggotakan banyak Tetua yang memegang posisi tinggi di Akademi Dalam berkumpul di sana. Yang memimpin mereka adalah seorang Tetua yang duduk di atas kursi roda. Rambut putihnya tampak begitu tua.
"Tetua Kepala, tempat ini sudah tersegel sepenuhnya seperti instruksi yang telah kau berikan. Pintu yang mengarah ke tingkat terakhir ini telah tersegel. Tak akan ada lagi siapapun yang bertanggung jawab akan pintu ini." Seorang Tetua menunduk kepada pak tua yang duduk di atas kursi roda itu, lalu ia berbicara dengan penuh hormat.
Dari caranya dipanggil, pak tua yang kepalanya dipenuhi dengan rambut putih ini ternyata adalah Tetua Kepala, Su Qian. Walaupun penampilannya sekarang lebih tua dibandingkan dirinya yang sebelumnya, jika bukan karena cahaya dingin yang muncul di matanya, siapapun akan mengira bahwa ia adalah seorang pak tua yang tak mempunyai kekuatan apapun untuk bertarung.
"Apakah kau telah menyelidiki semua latar belakang dari para petarung ahli 'Daerah Pelosok Hitam' yang berpartisipasi dalam serangan di Akademi Dalam?" Mata Su Qian terhenti pada pintu logam yang menuju pada tingkat terakhir menara, ketika suara seraknya perlahan terdengar.
"Kita telah menginvestigasi mereka semua dengan jelas."
"Berikan instruksinya. Kumpulkan semua orang dalam kurun waktu satu bulan. Kita akan pergi mencari mereka semua satu persatu. Kita akan membalas penghinaan Akademi Dalam kepada mereka." Su Qian mengayunkan tangannya dan berbicara dengan nada yang masih dingin.
"Baik tuan!" Semua Tetua membalas dengan serentak. Amarah muncul di mata mereka. Serangan diam - diam dari para petarung ahli 'Daerah Pelosok Hitam' yang lalu tidak hanya tersebar di wilayah itu, namun juga telah tersebar hingga di seluruh benua. Jika mereka tidak melawan, bagaimana Akademi Jia Nan akan bertahan di masa mendatang?
Su Qian mengangguk dengan perlahan. Raut wajah yang masih sama mendadak menjadi sedikit lebih dingin secara perlahan. Jari - jarinya yang berkerut menyilang satu sama lain ketika ia bergumam, "Kalian semua, apakah kalian berpikir… dia masih hidup?"
Semua orang saling menatap satu sama lain, tapi tak satupun berani membuka mulut mereka. Setelah tertelan oleh 'Api Hati Gugur' dan terseret sampai ke bawah tanah, kemungkinannya untuk bertahan hidup sangat kecil, bahkan bagi seorang Dou Zong elit…
Su Qian pun menghela nafas dengan perlahan, ia tampak mengerti jelas apa yang ada di pikiran semua orang. Ia berkata, "Aku dengar, Xiao Yan memiliki saudara kedua yang pernah datang ke Akademi Jia Nan, setelah itu, ia kemungkinan telah pergi ke 'Daerah Pelosok Hitam'. Kirim seseorang untuk menyelidiki dan melindunginya. Perlakukan dia sebagai balasan untuk kebaikan Xiao Yan…"
Su Qian mengayunkan tangannya setelah mengucapkan hal itu. Kursi rodanya berjalan dengan sendirinya dan meninggalkan sedikit suara gaduh ketika kursi itu perlahan menghilang dalam kegelapan…
Semua Tetua menghela nafas ketika mereka menyaksikan punggung Su Qian telah menghilang. Mata mereka mengarah ke pintu hitam gelap itu sebelum mereka membalikkan badan dan keluar dari ruangan…
Di saat mereka keluar, tak satupun dari mereka tahu bahwa pada sebuah tempat di bawah kaki mereka, api putih pekat di permukaan tubuh seorang pemuda sedang melemah dengan perlahan. Siksaan panas yang sesungguhnya, hendak datang secara perlahan.
Mungkin tak satupun mengetahui bahwa di dalam magma di bawah, pemuda itu sedang berubah dan berusaha di tengah - tengah kehancuran. Entah ia akan keluar dari kepompongnya dan berubah menjadi seekor kupu - kupu, atau menjadi debu... adalah suatu hal yang tak diketahui oleh siapapun. Hal ini demikian karena di sana adalah tempat yang dipenuhi dengan keputusasaan.