Perjuangan Menembus Surga

Pasukan Penegak Hukum Akademi Jia Nan



Pasukan Penegak Hukum Akademi Jia Nan

0Aura gelap yang pekat, yang terpancar dari 'Pohon Roh Kematian' itu, membuat semua orang yang berhenti di pintu masuk kota kecil itu, merasa kengerian di dalam tulang mereka. Di 'Daerah Pelosok Hitam', nama 'Pohon Roh Kematian' telah hampir mencapai tahap, dimana pohon itu akan membuat orang gemetar ketakutan hanya dengan mendengar namanya. Banyak orang yang sudah tinggal di 'Daerah Pelosok Hitam' untuk beberapa tahun, tidak akan melupakan pertarungan mematikan yang berdarah - darah di antara 'daerah Pelosok Hitam' dengan Akademi Jia Nan. Tidak banyak orang yang benar - benar memperhatikan alasan mengapa pertempuran berdarah itu terjadi. Yang orang - orang tahu, hanyalah terdapat sebuah pertarungan berdarah dan mayat dari dua Dou Wang yang kuat dan satu Dou Huang tergantung di 'Pohon Roh kematian' dengan cara kejam yang tidak ada bandingannya.     

Semenjak hari itu, area di sekitar Akademi Jia Nan menjadi daerah yang tenang yang tidak bisa dibandingkan dengan dunia luar. Tidak ada lagi orang kuat dari 'Daerah Pelosok Hitam' yang berani menunjukkan muka penuh nafsu membunuh dan menyerang kota - kota kecil ini. Meskipun ada beberapa kerusuhan, orang - orang yang terlibat akan menjadi mayat yang dipaku di 'Pohon Roh Kematian' hanya dalam hitungan satu jam.     

Selama bertahun - tahun ini, kemashyuran 'Pohon Roh Kematian' ini telah menyebar hampir ke seluruh penjuru 'Daerah Pelosok Hitam'. Oleh karena itu, bahkan orang - orang yang keji itu jarang memiliki keberanian untuk memasuki tempat ini, yang akan seperti mereka menggali lubang kubur mereka sendiri.     

Xiao Yan berdiri di pintu masuk kota kecil itu dan menghirup nafas dalam - dalam. Rasa dingin di hatinya sudah terhempaskan. Ia tidak menghiraukan orang - orang yang ragu dan tidak berani memasuki kota dan mengangkat kakinya sebelum melangkah masuk 'Kota Damai', yang mewakili pintu masuk ke dalam Akademi Jia Nan.     

Ketika langkah kaki Xiao Yan baru saja melangkah ke dalam 'Kota Damai', ia merasakan sebuah gejolak meresap menembusnya.     

Tidak menghiraukan gejolak yang membawa suatu perasaan yang seperti sedang memeriksanya itu, Xiao Yan mengangkat kepalanya dan memandang jalan kota kecil itu. Ada beberapa orang di jalan, dengan stan yang berbeda - beda terletak di samping. Beberapa anak berlarian kesana - kemari, saat mereka bermain dengan bebas dan tertawa. Suasana tentram yang harmonis ini terlalu berbeda dengan wajah 'Daerah Pelosok Hitam'.     

Orang - orang di jalan itu sudah sewajarnya melihat Xiao Yan, yang berjalan melewati pintu masuk kota. Meskipun mata mereka terlihat curiga, mereka tidak menunjukkan reaksi ketakutan yang berlebihan.     

Mata Xiao Yan menyapu ke arah jalan. Ketika ia hendak melangkah di atas jalan, hatinya mendadak tergerak. Saat ia mengangkat kepalanya dan memandang ke arah atap dari rumah - rumah di kota, ia melihat sepuluh bayangan dengan cepat bergegas ke arah pintu masuk kota seperti kera.     

Beberapa saat kemudian, lebih dari sepuluh sosok manusia melesat dan muncul di pintu masuk kota. Mata mereka menyapu ke arah Xiao Yan dan yang lainnya. Di antara mereka, seorang lelaki paruh baya, yang sepertinya adalah pemimpin mereka, berkata dengan pelan, "Siapapun yang ingin memasuki 'Kota Damai' harus melaporkan identitas mereka, nama, dan yang lainnya. Jika tidak, mereka akan langsung diusir."     

Mata Xiao Yan bergerak ke arah sepuluh sosok manusia ini. Ia menyadari bahwa selain pria paruh baya itu, yang merupakan pemimpinnya, terdapat campuran antara lelaki dan perempuan di kelompok itu. Namun, mereka semua sangatlah muda. Dari penampilan mereka, sepertinya, mereka hanya berumur dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun.     

Para pemuda dan pemudi itu memakai baju biru pucat yang sama. Ditambah lagi, mereka mengenakan sebuah lencana berwarna biru langit di daerah dada di pakaian mereka. Di dalam lencana itu terdapat sebuah belati yang berlumur darah merah terang.     

Saat ini, sepuluh orang muda ini menatap Xiao Yan dan orang - orang lainnya dengan waspada dan diskriminatif.     

"Ditambah lagi, setelah kalian melaporkan nama dan identitas kalian, kalian akan meminum pil obat ini." Pria paruh baya itu melambaikan tangannya dan sebotol pil obat berwarna merah pucat muncul di tangannya. Ia dengan santai melirik orang - orang yang baru saja tiba dari 'Daerah Pelosok Hitam', yang raut mukanya telah berubah sedikit ketika ia berbicara dengan nada dingin, "Yakinlah, yang kuberi ini bukan racun. Ini adalah pil obat yang dimurnikan oleh departemen ahli kimia di akademi yang dapat merasakan niat membunuh. JIka kalian memiliki niat membunuh di dalam hati kalian ketika berada di dalam perbatasan akademi, pil obat ini akan memancarkan sebuah cahaya merah dari dalam tubuh kalian. Pasukan Penegak Hukum akan mengikuti cahaya merah ini dan datang mencarimu. Kalian seharusnya tahu bagaimana Akademi Jia Nan mengurus orang - orang yang membawa hal - hal dari 'Daerah Pelosok Hitam' ke dalam tempat ini… Sebelum kalian berencana untuk meninggalkan kota kecil ini, kalian bisa pergi ke pusat kota untuk mendapatkan obat penawarnya. Namun, ketika obat penawar itu berada di tangan kalian, akan ada Pasukan Penegak Hukum yang membimbing kalian di sepanjang jalan menuju keluar kota."     

Ketika mendengar kata - kata dari pria paruh baya itu, wajah dari orang - orang di gerbang kota berubah. Dengan indra mereka yang peka karena telah sering hidup di dalam bahaya, bagaimana mungkin mereka mau menelan sebuah pil obat yang tidak mereka ketahui? Tidakkah itu sama saja menaruh nyawa mereka di tangan orang lain?     

Namun, ketika beberapa orang yang susah untuk dikendalikan tidak bisa menahan untuk tidak membantah, sepuluh lelaki dan wanita di belakang pria paruh baya tadi seketika mengeluarkan suara yang mencekik. Lalu, mereka mengeluarkan pedang panjang yang mereka bawa di pinggang mereka dengan cara yang begitu rapi. Dou Qi yang berwarna - warni, keluar dari dalam tubuh mereka ketika mereka akhirnya mengarahkan ujung pedang ke arah gerbang masuk kota. Mereka jelas memiliki pikiran untuk langsung menyerang dan mengeluarkan orang - orang itu, jika terjadi perselisihan.     

"Peraturan dari 'Kota Damai' memang selalu seperti ini. Jika kalian tidak setuju, maka, jangan masuk. Karena jika kalian masuk dan melawan aturan yang ada, mungkin, dekorasi yang ada di 'Pohon Roh Kematian' akan bertambah." Pria paruh baya itu menjulurkan tangannya ketika ia berbicara dengan nada yang acuh. Ketika suaranya terdengar, sebuah tenaga yang kuat perlahan merembes keluar dari dalam tubuhnya.     

"Kekuatan orang ini setidaknya di atas Da Dou Shi tujuh bintang…" Xiao Yan menggumam pelan ketika ia merasakan tenaga yang kuat yang berasal dari pria paruh baya itu.     

Melihat bahwa kubu yang lain tidak menurunkan kewaspadaan mereka, sebuah udara ganas tanpa disadari bergejolak di wajah orang - orang yang berada di gerbang kota itu. Namun, ketika sudut mata mereka bergerak ke arah 'Pohon Roh Kematian' di samping, seluruh tubuh mereka bergetar, sembari merasakan rasa ngeri. Aura ganas, yang tadi mereka buat, benar - benar menghilang seketika. Mereka menggertakkan gigi mereka dan beberapa orang, yang masih enggan untuk menelan pil obat itu, hanya dapat meninggalkan kota itu dengan terpaksa.     

Ketika orang - orang itu pergi, mereka yang tersisa hanya bisa masuk dengan enggan. Setelah itu, mereka berjalan ke arah pria paruh baya itu dan melaporkan nama mereka, mengambil pol obat merah pucat dan menelannya di hadapan Pasukan Penegak Hukum.     

Ketegangan di wajah pria paruh baya itu hanya berkurang sedikit, ketika ia memandang orang - orang itu dengan patuh menelan pil obat. Namun, ia tampaknya memang memandang buruk semua orang dari 'Daerah Pelosok Hitam'. Oleh karena itu, ia tidak menunjukan raut wajah yang ramah dari awal hingga akhir.     

"Itu… apakah para murid akademi juga harus memakan benda ini?" Seorang pemuda di depan pria paruh baya itu mendadak bertanya ketika pria paruh baya itu menyerahkan pil obat kepadanya.     

"Ha?" Ketika mereka mendengar kata - kata itu tadi, orang - orang di sekitar dan juga anggota Pasukan Penegak Hukum, mengalihkan pandangan mereka. Ketika ia menatap wajah pemuda yang lembut dan tampan itu, pria paruh baya tadi bertanya dengan wajah penuh keraguan, "Kau bilang, kau adalah murid dari akademi ini?"     

"Dahulu, setelah aku lulus tes penerimaan siswa baru, aku ambil cuti untuk sementara waktu. Oleh karena itu, aku hanya bisa datang sendiri…" Xiao Yan mengangkat pundaknya dan tersenyum ketika menjawab.     

"Kau telah melewati 'Daerah Pelosok Hitam' sendirian untuk bisa datang kemari?" Pria paruh baya itu seketika terkejut ketika mendengar hal ini. Wajahnya dipenuhi dengan rasa kaget. Biasanya, murid baru akademi akan didampingi oleh beberapa orang yang dikirim dari akademi setelah mereka sampai di batas luar 'Daerah Pelosok Hitam'. Lagipula, sekelompok murid baru, yang baru saja meninggalkan sangkar mereka, mungkin tidak akan bisa berjalan keluar dari Dataran Luas dari Daerah Hitam sebelum mereka dibantai oleh pisau tersembunyi yang tak terkira jumlahnya. Lagipula, tempat kacau semacam ini adalah tempat dimana orang dimangsa dengan seluruh tulangnya.     

Xiao Yan hanya tersenyum dan menganggukkan dagunya sedikit ketika dihadapkan dengan tatapan bingung pria paruh baya dan sepuluh pemuda pemudi di belakangnya.     

Melihat Xiao Yan menganggukkan kepalanya, ketakjuban di mata pria paruh baya tadi menjadi semakin besar. Ia memperhatikan Xiao Yan dari atas ke bawah dan berkata, "Laporkan namamu, umur, dan instruktur penerimaan."     

"Xiao Yan, delapan belas, instruktur…" Xiao Yan mengedipkan matanya. Wanita yang selembut air dulu itu, muncul di benaknya. Ia berkata dengan sebuah senyuman, "Instruktur Ruo Ling."     

"Delapan belas tahun? Kau berani melewati 'Daerah Pelosok Hitam' pada umur delapan belas tahun? Anak muda, terlepas dari apakah kau berbicara jujur, ini pertama kalinya aku melihat seseorang seberani ini." Pria tua itu mengayunkan tangannya. Ketika ia hendak berbalik dan memerintah orang untuk menyelidiki, raut muka seorang pemuda yang mengernyitkan alisnya ketika ia berpikir sesuatu dengan pahit, mendadak berubah. Ia berteriak secara refleks, "Xiao Yan? Jangan bilang kau adalah Xiao Yan yang dari Kekaisaran Jia Ma yang mengambil cuti dua tahun sekaligus?"     

Teriakan refleks pemuda itu membuat orang - orang di sekitarnya terkejut. Seketika, wajah mereka tampak menyadari sesuatu. Mereka memandang Xiao Yan dengan aneh. Semua orang di akademi telah mendengar nama murid yang setajam duri ini, yang mengambil cuti dua tahun, bahkan sebelum ia memasuki akademi dalam satu tahun. Tentu saja, alasan nama Xiao Yan dapat tertanam dalam di hati orang-orang di Akademi Jia Nan adalah karena ia memiliki hubungan yang istimewa dengan Xun Er…     

"Xiao Yan? Xiao Yan ge-ge milik adik Xun Er?" Setelah beberapa orang tertegun untuk beberapa saat, tiba - tiba, terdapat arti tambahan yang tidak diketahui di dalam tatapan mereka kepada Xiao Yan dulu. Raut wajah macam ini adalah sesuatu yang Xiao Yan pernah lihat sekali di mata Tuan Muda Jia Lie saat di Kota Wu Tan dulu.     

TL: ge-ge – kakak laki-laki atau teman pria yang lebih tua (digunakkan oleh wanita dengan kasih sayang)     

"Hei, gadis ini… aku bahkan belum sampai ke akademi, namun, ia sudah membuat semua saingan cintaku, yang tak dapat dijelaskan, berdatangan?" Xiao Yan seketika merasa geli ketika ia menatap ekspresi di mata para pemuda itu. Di dalam hatinya, ia tidak merasa bisa untuk tertawa maupun menangis ketika ia menggelengkan kepalanya.     

"Jika kalian membicarakan Xiao Yan dari Kota Wu Tan di Kekaisaran Jia Ma, maka benar, itu adalah aku." Xiao Yan melebarkan tangannya ke arah pria paruh baya itu, yang wajahnya juga tampak terkejut ketika ia berbicara dengan sebuah senyuman.     

"Kau harus ikut kami ke kantor administratif untuk mengecek arsipnya. Jika yang kau katakan itu benar, kau tidak perlu menelan benda ini. Oh dan juga, namaku Huo De dan aku adalah pemimpin bagian dari bagian kedua Pasukan Penegak Hukum Akademi Jia Nan dan juga merupakan seorang instruktur kelas Huang di akademi." Ketika Xiao Yan menyebutkan nama Kota Wu Tan, pria paruh baya itu sedikit lebih percaya padanya. Namun, untuk berjaga - jaga, ia masih harus mengawal Xiao Yan ke kantor administratif akademi di kota.     

"Instruktur Huo De." Xiao Yan menyapanya. Setelah melihat Huo De menganggukkan kepala, Xiao Yan mengikutinya di hadapan tatapan bingung para Personil Penegak Hukum.     

"Hei, apakah orang itu benar - benar Xiao Yan?" Sepuluh lebih Personil Penegak Hukum itu memandang punggung Xiao Yan ketika mereka mengikutinya dalam jarak yang tidak jauh, maupun dekat, di belakang Huo De. Mereka tidak bisa menahan diri untuk berbincang sendiri di antara mereka.     

"Sepertinya, memang itu faktanya. Ia tidak tampak begitu tampan. Mengapa Adik Xun Er terus memikirkannya? Ia bahkan langsung menolak untuk dirayu oleh ketua kita karenanya."     

"Kau seharusnya tidak meremehkan Xiao Yan. Ia bisa menerobos masuk 'Daerah Pelosok Hitam' sendirian dan sampai dengan selamat ke sini dan hal itu sudah cukup untuk menjelaskannya. Walaupun jika kita hanya tinggal sebentar selama sepuluh hari hingga setengah bulan di dalam 'Daerah Pelosok Hitam', aku tidak berani menjamin bahwa tangan dan kaki kita akan tetap aman." Seorang pemuda, yang wajahnya tampak biasa, memandang punggung Xiao Yan, lalu melirik rekan - rekannya ketika ia berkata dengan pelan.     

Pemuda yang terlihat biasa saja ini sepertinya memiliki reputasi yang cukup hebat di Pasukan Penegak Hukum. Oleh karena itu, sepuluh anggota Pasukan Penegak Hukum itu terkejut, ketika ia mendengar kata - kata ini darinya dan mereka juga diam dan mengangguk. Sebagai kota kecil pertama, yang berhadapan dengan 'Daerah Pelosok Hitam', mereka telah melihat banyak sekali orang gila dari 'Daerah Pelosok Hitam' setiap harinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.