Halo Suamiku!

Kalau Begitu, Menikah Saja (2)



Kalau Begitu, Menikah Saja (2)

0Harus diakui jika An Xiaoyang cukup tersentak. Tampaknya ia tidak mengerti mengapa Bibi Chen menanyakan usianya saat ini. Meski begitu, ia tetap menjawab dengan patuh, "18 tahun 1 bulan."     

Terlihat Bibi Chen menggelengkan kepala saat mendengar jawaban An Xiaoyang. "Kamu terlihat sangat kecil, meski sebentar lagi kamu sudah akan masuk perguruan tinggi. Tapi tetap saja, kamu masih belum terlalu dewasa."     

"Aku memang tidak merasakan bangku Taman Kanak-kanak saat kecil. Karena itulah aku bersekolah lebih awal dari siswa biasa dan langsung masuk ke kelas satu," jelas An Xiaoyang sambil tersenyum.     

Ya, ia memang tidak pernah mengenyam pendidikan Taman Kanak-kanak, tapi bukan karena tidak membutuhkannya, melainkan karena kondisi keluarganya yang terlalu miskin hingga membuat mereka tidak mampu membiayai. Kemudian, berkat kerja keras neneknya, ia berhasil masuk ke sekolah. Kala itu, neneknya berusaha sekuat tenaga melakukan beberapa pekerjaan sambilan, ditambah dengan pendapatannya dari beberapa subsidi pemerintah.     

Neneknya-lah yang bersikeras agar ia bisa belajar sehingga An Xiaoyang dapat mengubah nasib.     

"Kalau begitu, aku hanya bisa membantu memulihkan dengan pengobatan tradisional Tiongkok. Tetapi kenapa kamu tidak mengatakannya sejak dulu? Jika begitu, bibi pun bisa memulihkanmu lebih awal," ucapnya sambil mengangguk paham setelah mendengar jawaban dari An Xiaoyang.     

"Terima kasih, Bibi Chen." Rona merah di wajah An Xiaoyang benar-benar tak bisa lagi disembunyikan.     

Menurutnya, Bibi Chen telah merawat ia dan Sang No setiap hari. Jadi mana mungkin ia akan merepotkannya lagi dan lagi?     

Sementara itu, tampaknya Sang No justru belum merasa puas "Bibi Chen, kenapa kamu menanyakan usianya? Apa ini ada hubungannya dengan sakit perut itu?"     

Sang No memang anak yang cerdas, jadi ia tidak akan melewatkan informasi penting apa pun.     

"Kalian mungkin belum mengerti ini. Jika seorang gadis seperti An Xiaoyang merasa sakit setiap datang bulan, dia akan baik-baik saja setelah menikah nanti," terang Bibi Chen sembari memandang An Xiaoyang.     

Menikah?     

Saat itu juga, Sang No tampak mengangkat alisnya dengan sorot mata yang cukup rumit. Ya, masih terlalu lama bagi mereka untuk menikah.     

Tepat di saat ia hendak kembali membuka mulut, sekilas ia melihat wajah An Xiaoyang yang memerah dan sosoknya yang terus menyuapkan bubur tanpa henti.     

"Kamu…"     

"Aku sudah selesai. Aku pergi dulu." Tanpa menunggu Sang No selesai berbicara, An Xiaoyang bergegas ke atas, bersiap untuk mengambil tas dan peralatannya untuk berangkat ke sekolah.     

Sedang Sang No yang masih duduk di tempat sama hanya menyandarkan punggungnya, seraya matanya mengunci erat sosok kecil An Xiaoyang.     

Tidak, tidak.     

Ada apa dengannya? Mengapa perilakunya sangat tidak wajar setelah Bibi Chen mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja setelah menikah?     

Bahkan ia akan pergi begitu saja?! Tentu saja Sang No tidak akan membiarkannya pergi sendirian. Tanpa membuang waktu, Sang No langsung meminta Bibi Chen untuk membuatkan makanan herbal dan obat tradisional Tiongkok untuk memulihkan tubuh An Xioayang, sebelum akhirnya ia buru-buru naik ke atas.     

Dan ketika An Xiaoyang keluar, Sang No pun ikut serta bersamanya.     

Tepat di belakangnya.     

Setiap bulan Juni, kota G memang mengalami peralihan musim, dari dingin ke panas. Karena itulah An Xiaoyang hanya mengenakan topi dan juga syal untuk membantu menutupi tubuh dari teriknya matahari Tapi sekarang, karena ia seorang murid yang patuh, jadi ia mengenakan seragam sekolah, dengan kemeja putih di dalam, rompi biru melapisi bagian luar, dan rok kotak-kotak biru yang hanya sampai lutut.      

Meski tubuh seksinya telah tertutupi dengan beberapa lapis kain, tetap saja masih mampu menunjukkan tubuh indahnya yang memesona.     

Membuat orang merasa gelisah saat memandang.     

Alhasil, ketika Sang No berjalan tidak jauh di belakangnya, entah bagaimana matanya tiba-tiba bersorot dalam. Terlebih saat melihat pinggangnya yang kecil, kain yang sedikit tipis di tubuhnya, dan tali pakaian dalamnya yang terlihat samar.      

Tampaknya gadis di depannya bukan lagi gadis kecil berambut kuning yang kurus seperti sebelumnya.     

Gadis itu telah berusia 18 tahun dan sosok mungilnya juga menjadi semakin menawan.     

Begitu menggoda.     

Dan ketika anak laki-laki berusia 18 itu berjalan di belakangnya dengan tas di punggung——     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.