Keajaiban Takdir (2)
Keajaiban Takdir (2)
Begitu mendapat pertanyaan yang cukup diluar dugaan, Su Li meletakkan pisau dan garpunya. "Apa yang bisa aku katakan padanya? Masa lalu telah berlalu. Jika aku bertemu dengannya dulu, tentu aku akan sangat membencinya hingga berniat untuk membunuhnya. Tapi sekarang, aku sudah memiliki suami dan anak. Ada banyak orang yang peduli padaku dan aku tidak mau membuat masalah lagi. Beberapa hari yang lalu pun, dia hanya bertanya padaku apa yang telah kulakukan dan apakah aku membencinya."
"Oh? Lalu apa yang kamu katakan?"
Lagi-lagi, Sang Xia mengangkat alisnya cukup tinggi.
Kali ini, Su Li tidak menunjukkan ekspresi khusus di wajahnya, dan kemudian ia hanya berkata dengan lemah, "Aku bilang aku tidak membencinya dan dia tampak sangat bahagia, tapi aku kemudian menambahkan bahwa jika membencinya bukankah sama saja dengan tetap mengingatnya? Padahal pada kenyataannya, aku telah melupakannya..."
Meski dari luar Sang Xia tampak tidak merasakan apa-apa, tapi entah kenapa, hatinya serasa ditusuk dengan pisau tajam dari belakang.
Tentu saja, ia mungkin bisa memahami perasaan Tang Ye saat itu.
Meskipun Tang Ye tidak berurusan dengannya secara langsung, tapi ketika ia dan Rong Zhan bersama cukup lama hingga memiliki anak-anak, pria itu tidak lagi memperlakukan dirinya seperti sebelumnya. Bahkan beberapa kali ia datang kemari dan selalu berbicara dengan sopan. Selain itu, ia juga seringkali menanyakan tentang Su Li .
Dan ketika Sang Xia hanya mengutarakan satu kalimat, Tang Ye juga tidak pernah mendesak.
Sang Xia tahu bahwa Su Li akan tetap selalu ada di hati Tang Ye. Entah karena ia laki-laki yang murahan atau apa saja yang bisa disematkan, seperti perempuan yang pernah disakiti dan tidak bisa mendapatkanya, yang jelas, ia selalu mencintai dan tidak bisa melupakan Su Li. Itulah kebenarannya.
Dan kalimat yang dilontarkan Su Li padanya pasti benar-benar menghujamnya tanpa ampun.
Hingga akhirnya Sang Xia menarik sudut bibirnya, "Ya, itu juga pilihan yang bagus."
Hidup dalam pernikahan memang seperti itu. Menyingkirkannya sedini mungkin juga berarti menyelamatkan permusuhan dan situasi negatif Tang Ye di sekitar Su Li.
Tak lama berselang, Chen Nianbai telah kembali dari toilet, sedangkan Rong Zhan juga baru saja selesai menjawab panggilan telepon dari seseorang. Jadi sekarang, mereka semua telah kembali bersama. Saat itulah, baik Sang Xia maupun Su Li memiliki pemahaman diam-diam dan tidak menyebutkan masalah itu sekarang.
Kemudian, Sang Xia mengangkat matanya sesekali untuk memberikan kode pada Su Li agar menyajikan hidangan Chen Nianbai. Kini, keduanya tampak saling memandang dengan polos dan alami, tetapi sorot mata mereka tak luput dengan cinta dan kasih sayang satu sama lain.
Ditambah dengan monster kecil yang tampan dan anggun duduk di tengah.
Pemandangan itu, berhasil membuat hati Sang Xia seketika melembut.
Semuanya tampak sangat luar biasa.
Jangan sampai ada seorang pun yang mengganggu mereka.
Biarkan semuanya tetap sesederhana ini. Lagi pula, mereka telah mengalami terlalu banyak kesulitan antara hidup dan mati. Jadi sekarang, Sang Xia sangat berharap Tuhan akan memperlakukan mereka dengan baik selamanya.
**
Malam sebelum Chen Nianbai dan Su Li pergi, monster kecil tampak sangat diam.
Karena ia tahu dirinya akan pergi.
Tapi adik kecilnya dan Xiao Ba Wanghua belum mengetahui tentang itu.
Sesuai pesan ibunya, ia tidak membiarkan Xiaobai memberitahu mereka karena takut adik kecilnya akan menangis. Tapi apa yang monster kecil tidak katakan pada ibunya adalah bahwa ketika ia akan meninggalkan adik kecilnya, ia juga ingin menangis.
Sampai akhirnya, keluarga Rong Zhan mengantar mereka kembali terlebih dahulu. Ketika para orang dewasa berbicara, Xiao Meibao sedang bersandar malas di lengan ayahnya, sementara Xiao Ba Wanghua menghabiskan waktu berbicara dengan monster kecil. Namun, monster kecil hanya terdiam, mengerucutkan mulut kecilnya, dan tidak banyak merespon.
Kini, hanya matanya yang terus menatap Xiao Meibao.
Menatap dalam dua lengkungan manis di kedua sudut bibir adik kecilnya yang indah dan juga mata besarnya yang menawan.
Sampai, ia seolah merasa bahwa orang dewasa sudah memutuskan akan pergi. Alhasil, monster kecil yang menyembunyikan kekhawatiran hatinya tidak lagi bisa menahannya. Lalu, ia berjalan mendekat dan langsung menarik pergelangan tangan Xiao Meibao…