Kecupan Malu-malu (3)
Kecupan Malu-malu (3)
"Hiks hiks, aku tidak ingin bercanda." jawab Xiao Ba Wanghua sembari menyeka air matanya.
Tepat ketika Xiao Meibao melihat bahwa kakaknya benar-benar menangis, lama-kelamaan hatinya melunak. Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari ke arahnya dengan dua tarikan kecil di kepalanya, kemudian menatapnya dengan kepala dimiringkan, "Kakak, aku hanya menggodamu."
Xiao Ba Wanghua yang masih terisak belum memberikan reaksi apa pun. Alhasil, Sang Xia-lah yang meminta Xiao Meibao untuk mencium kakaknya, namun Xiao Ba Wanghua keburu marah dan menolak, ia juga langsung berlari menjauh. Melihat itu, Xiao Meibao bergegas mengejar di belakang, "Kakak, biarkan aku menciummu..."
Kedua anak itu kini berlari mengelilingi ruangan hingga Xiao Ba Wanghua akhirnya berhenti menangis. Seketika, suasana tiba-tiba kembali ceria dan para orang dewasa turut merasa senang.
Ketika Xiao Ba Wanghua melihat adiknya hampir jatuh, langkah kakinya seketika berhenti. Saat itulah Xiao Meibao mencuri kesempatan untuk menciumnya. Rasa bangga yang meluap di hati Xiao Ba Wanghua sontak tak bisa disembunyikan, sampai akhirnya ia juga mengambil kesempatan untuk balik mencium adiknya. Kini, kakak dan adik itu telah berdamai.
Setelah waktu berlalu beberapa saat, sudah saatnya bagi Rong Zhan untuk membawa kedua anaknya pulang, dan kali ini, mereka harus mengucapkan selamat tinggal kepada ayah dan ibu baptis mereka.
Kedua anak itu dengan patuh menuruti apa yang dikatakan Rong Zhan, kemudian tampak Su Li memeluk mereka dan terlihat sangat enggan. Apalagi monster kecil yang berdiri di dekat kaki ibunya dan menatap Xiao Meibao sejenak.
Lalu, Xiao Meibao beralih memandang monster kecil dan berkata kepada Su Li, "Ibu baptis, aku ingin bermain dengan monster kecil besok, boleh kan?"
Begitu kata-kata ini terlontar, Su Li dan Sang Xia hanya bisa saling memandang. Benar saja, perasaan khawatir itu masih sangat membelenggu mereka.
Apakah itu baik-baik saja atau tidak? Apalagi, Keluarga Su Li akan berangkat besok pagi. Kapan mereka akan bertemu lagi... entah, tidak ada yang tahu kapan pastinya hari itu tiba.
Akhirnya, Sang Xia perlahan membungkuk dan berkata kepada putrinya, "Tentu saja kamu bisa bermain, tetapi Meibao, monster kecil juga memiliki kehidupannya sendiri. Bisakah kita bertemu dengannya lain kali dan bermain bersama nanti?"
Awalnya Xiao Meibao sedikit bingung, tapi ia dengan senang hati menyetujui usulan ibunya untuk bermain bersama di lain waktu.
Dan sesaat sebelum ia pergi, sebenarnya ia masih ingin memeluk dan mencium monster kecil, tetapi begitu melihat tatapan ayahnya, mau tak mau Xiao Meibao sedikit menahan diri.
Setelah keluarga Rong Zhan mengucapkan perpisahan dan mereka berlalu pergi, monster kecil tampak tidak dapat menahan diri untuk tidak memegang kaki ibu, menyeka air mata dengan tangannya, dan menangis diam-diam setelah sosok Xiao Meibao tak lagi terlihat.
Tentu saja Su Li sangat tertekan melihatnya. Alhasil, ia langsung menggendongnya dan membawanya masuk ke rumah untuk menenangkan.
Bagaimana lagi? Apa yang bisa mereka lakukan? Mereka memang tidak hidup bersama, dan setiap orang memiliki kehidupannya sendiri. Dan saat ini, Su Li hanya bisa berjanji pada putranya untuk mengunjungi Xiao Meibao lagi nanti.
Perlahan, monster kecil berangsur-angsur membaik setelah berusaha menerima bujukan ibu. Hingga akhirnya, ia hanya bisa menantikan saat itu tiba.
Keesokan harinya.
Chen Nianbai dan Su Li mengambil penerbangan internasional untuk kembali bersama dengan monster kecil.
Sementara itu, di balkon sebuah apartemen kecil di Kota T.
Kemeja Tang Ye terlihat begitu berantakan yang dibungkus dengan baju tidur longgar. Sekarang ini, ia duduk di lantai dengan setumpuk botol anggur di sekelilingnya.
Ia juga memegang sebotol vodka di tangan dan terus menuangkan ke mulutnya dari waktu ke waktu.
Saat sebuah pesawat melintas di langit, Tang Ye yang terduduk di lantai hanya melihatnya sebentar. Sampai akhirnya, ia tersenyum dan senyuman itu berangsur-angsur berubah menjadi sebuah tangis pilu.
Su Li telah pergi dan sekarang hatinya kembali hampa.
Ketika Su Li kembali hari itu, meskipun hatinya sakit, tapi ia masih merasa penuh. Tapi begitu Su Li pergi, kekosongan hatinya tak lagi bisa dihindari. Mengapa kekasih yang selalu ada di hatinya tidak tinggal lebih lama? Apakah ia takut bertemu dengannya lagi?