Halo Suamiku!

Tetaplah Di Sisiku (1)



Tetaplah Di Sisiku (1)

2Saat ini keduanya saling bergumul.     

Yang satu karena sosok dengan pesona yang sama, sementara yang lainnya demi uang. Tentu, mereka saling membutuhkan satu sama lain,     

Dan apa yang akan terjadi di masa depan? Tidak ada yang akan tahu sampai kita tiba di sana.     

 **     

Lokasi: Jerman, ujung barat benua Eropa, dekat Laut Baltik.     

Jerman memang beriklim laut sedang. Saat musim dingin berlangsung, suhu bisa mencapai nol derajat Celcius. Ibukota negara di sana juga merupakan kota terbesar di Jerman. Selain itu, ada bangunan istana yang spektakuler di tempat tinggal keluarga kerajaan.     

Istana-istana yang dihuni oleh keluarga kerajaan ini dikelilingi oleh pemandangan yang indah, banyak di antaranya terletak di tepi danau, dan semua bangunannya menggunakan rancangan yang paling spektakuler dan mewah.     

Tak hanya itu, benteng utama yang menjulang tinggi di sana menggunakan bangunan bata merah berbentuk segitiga, dengan istana di depan, lalu gereja di kanan dan kiri. Sementara atap dan puncak menara dilengkapi dengan relief-relief indah yang sangat megah.     

Raja dari semua dinasti telah tinggal dan dinobatkan di sini. Ditambah, istana ini dikelilingi oleh pepohonan hijau, rumput segar yang terawat, dan air danau yang berkilauan.     

Saat tengah malam, di mana bulan yang dingin masih menggantung tinggi di langit, semuanya semakin terlihat indah dan menawan dengan cahaya bulan yang sejuk.     

Saat ini, di sebuah kamar bergaya Eropa Utara di istana, terbentang tempat tidur gantung milik Putri kerajaan yang besar, dihiasi dengan jendela retro, lukisan dinding dengan pola rumit di dinding, perapian menyala panas, yang membuat seluruh ruangan besar itu hangat dan nyaman.     

Tapi hari masih pagi.     

Di luar jendela, fajar baru saja menyingsing, dan sepertinya waktu baru menunjukkan pukul tiga atau empat pagi.     

Di atas tempat tidur sebesar itu, tergeletak sesosok tubuh mungil dengan rambut panjang tergerai seperti rumput laut. Ia mengenakan piyama putih sutra yang lembut dan halus, ditambah dengan wajahnya yang murni dan cantik, yang membuatnya terlihat seperti putri tidur dalam dongeng.     

Namun, ia adalah satu-satunya orang yang tersisa di ruangan sebesar itu dan sosok kecilnya yang meringkuk tampak sangat dingin dan kesepian.     

Hingga saat hampir pukul empat, tiba-tiba saja pintu terbuka.     

Kemudian seorang pria kurus berjalan masuk, menutup pintu dengan lembut, memasukkan kunci ke dalam mantelnya, lalu menggantungnya di tempat tersedia yang ada di belakang pintu.     

Sembari memijit bagian tengah alisnya, ia berjalan perlahan ke tempat tidur.     

Wajahnya yang dingin dan terasing tampak sangat lelah. Pukul empat pagi, waktu di mana tidur paling nyenyak, sepertinya justru saat ia baru saja menyelesaikan urusannya dan baru bersiap untuk tidur.     

Dan seharusnya ia tidak datang kemari. Ini bukan tempat dimana ia tidur.     

Tapi ia akan datang ke sini setiap hari sesering yang ia bisa.     

Pria ini adalah pangeran negara bagian Jerman. Jika bukan Jun Hang, siapa lagi?     

Tangan Jun Hang yang ramping dan seperti batu giok itu melonggarkan dua kancing teratas kemejanya, kemudian ia langsung berbaring dan memasukkan dirinya ke dalam selimut. Saat akhirnya ia memeluk sosok yang tertidur, ia merasa semua lelahnya hari itu hilang dalam sekejap.     

Tetapi tampak tubuh wanita kecil di pelukannya membeku dan kemudian ia terlihat berjuang untuk menyingkirkannya.     

Jun Hang tidak menyerah, justru ia semakin erat memeluknya. Kini, suaranya yang lelah dan rendah beredar di telinganya, "Jangan bergerak, Youyou, aku sangat lelah."     

Tubuh Youyou kembali membeku, tetapi kali ini, ia tidak akan bergerak lagi.     

Sebenarnya, ia sama sekali tidak takut tidur di kamar kosong sebesar ini. Hanya saja, ia benar-benar terkejut saat seseorang masuk.     

Namun, akhirnya ia merasa sangat lega setelah mengetahui jika orang itu adalah Jun Hang.     

Namun setelah itu, ia tiba-tiba merasa terjerat dan sakit di hatinya tak bisa dihindari.     

Karena tak lagi sanggung menahan beban di hatinya, alhasil, ia berbisik perlahan, "Jun Hang... tubuhmu tidak sehat, jangan begadang seperti ini."     

Begitu mendengarnya, terasa lengan Jun Hang yang menegang, "...Tidak masalah. Jika aku menyelesaikannya lebih awal, aku akan menyingkirkan rintangan di depan sesegera mungkin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.