Kecupan Malu-malu (1)
Kecupan Malu-malu (1)
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, monster kecil langsung menariknya dan membawanya melarikan diri ketika orang dewasa tidak menyadarinya. Kemudian, monster kecil mendorong salah satu pintu sebuah ruangan. Namun, karena ia tidak bisa menggapai saklar lampu, alhasil kedua bocah kecil itu berdiri di pintu di dekat cahaya ruang tamu di luar.
Dalam diamnya.
Xiao Ba Wanghua hanya menatap adegan di depannya dengan heran, seolah ingin tahu tentang apa yang terjadi.
Akhirnya, sosok kecil itu diam-diam berlari mendekat.
Sementara di dalam ruangan, pintu di sana tampak setengah tertutup dengan cahaya redup di dalam yang cukup untuk saling menatap.
Kini, Xiao Meibao semakin bertanya-tanya, "Suami kecil, kenapa kita ke sini?"
Mendapat pertanyaan itu, seketika pemikiran bahwa ia akan pergi dan tidak bisa bertemu Xiao Meibao lagi benar-benar membuat hatinya sangat tidak nyaman. Lalu, dengan mata sedikit merah, monster kecil berbisik pelan, "Adik, maukah kamu selalu mengingatku?"
Dalam cahaya redup yang merangsek masuk, tidak ada yang bisa melihat kesakitan dari sorot matanya, dan yang tampak hanyalah sedikit kilatan basah di sudut matanya.
Sejujurnya, Xiao Meibao tidak mengerti mengapa ia menanyakan itu. Namun, saat melihat penampilan kecilnya yang seolah ingin menangis, alhasil ia berinisiatif untuk memegang tangan kecil milik Xiaobai seraya mengeluarkan suaranya yang lembut, "Kenapa kamu menanyakan itu? Aku pasti akan selalu mengingatmu."
Sebenarnya, masa seusia mereka tentu tidak akan bisa mengingat setiap detil peristiwa yang terjadi dengan tepat, mungkin hanya ingatannya sendiri yang akan selalu melekat.
Dan ketika monster kecil ingin mengatakan bahwa ia akan pergi, tiba-tiba ia teringat kembali akan instruksi ibunya. Jadi, mau tak mau ia menahan air matanya, lalu kemudian, ia tiba-tiba maju sembari mengulurkan tangannya untuk memeluk Xiao Meibao.
Dua tubuh kecil itu sontak disatukan.
Begitu melekat, keduanya seolah saling terikat.
Padahal dulu, ketika monster kecil melihat Xiao Meibao untuk pertama kalinya, ia berlari ke belakang ibunya dan bersembunyi dengan malu-malu.
Tapi sekarang, Xiao Meibao adalah adik perempuan sekaligus teman baik favoritnya.
Ditambah lagi dengan ibunya yang juga mengatakan bahwa gadis kecil itu adalah calon istrinya.
Meskipun ia masih belum memahami apa maksud dari pernyataan itu, tetapi yang pasti, sejak saat sebelumnya, ia adalah milik adik perempuannya dan adik perempuannya adalah miliknya.
Sedangkan Xiao Ba Wanghua yang ada di luar tidak tahu apa yang dilakukan monster kecil dengan adiknya. Alhasil, sosok kecil itu diam-diam mengikuti mereka. Awalnya, ia ingin membuka pintu tiba-tiba untuk menakut-nakuti keduanya, namun tanpa menunggu untuk membuka pintu, ia dihadapkan dengan pemandangan di dalam yang membuatnya menatap sekeliling.
Yang juga membuatnya hanya mampu berdiri di tempat dengan terpana.
Di balik pintu yang terbuka, monster kecil dan adiknya ada di dalam. Tak hanya itu, adiknya bahkan memeluk monster kecil dan mencium... wajahnya!!!
Ya Tuhan.
Monster kecil tampak begitu malu. Kini, ia menundukkan kepalanya sembari mengepalkan tinjunya erat-erat. Ternyata saat ini, adik perempuan favoritnya bahkan memeluknya dan menciumnya.
Dan setelah Xiao Ba Wanghua melihatnya sebentar, entah kenapa ia tiba-tiba marah, lalu berdecak singkat, dan kemudian berteriak pada ibu dan ayahnya, seolah ingin menuntut!
"Ayah! Ayah!"
Xiao Ba Wanghua berlari sambil berteriak dengan penuh semangat.
Saat mendengar teriakan itu, Rong Zhan yang sedang berbicara dengan orang tua monster kecil tidak punya waktu untuk meladeni putranya. Hingga Xiao Ba Wanghua berteriak beberapa kali, Rong Zhan baru menarik tangannya ke samping. Alhasil, Xiao Ba Wanghua beralih menuju ke sisi ibunya. Karena naluri seorang ibu yang lembut, Sang Xia menatapnya hangat sembari menyentuh kepala kecilnya, "Anak baik, pergilah bermain dengan kakak dan adikmu. Ibu akan memandikanmu setelah acara selesai."
Setelah itu, Sang Xia kembali mengabaikannya.
Xiao Ba Wanghua yang merasa disisihkan akhirnya tidak lagi memiliki jalan lain. Terlebih saat melihat para orang dewasa mengabaikannya, ia seketika menangis. Tepat sebelum Rong Zhan ingin memarahinya dengan tidak sabar, ia lebih dulu mendengar penuturan putranya yang berusaha menyeka air mata dan terisak——