Hamil Anak Kedua (1)
Hamil Anak Kedua (1)
Sementara Chen Nianbai yang sedang mengemudi, memandangnya dari kaca spion mobil dan secara tidak sengaja meliriknya. Seketika itu juga ia turut mengerutkan kening, "Xiaoli, ada apa denganmu? Ada yang sakit?"
Saat itu, Su Li hanya merasakan ketidaknyamanan di perutnya.
Alhasil, ia mengambil napas dalam-dalam, dan kemudian menurunkan jendela untuk mencari udara segar. Begitu angin sejuk menyerbu masuk, baru ia merasa sedikit lebih nyaman. Lalu ia perlahan berkata, "Aku baik-baik saja. Mungkin karena perutku kosong, jadi rasanya sedikit terlilit."
"Jangan khawatir, kita akan segera sampai ke tempat makan. Hari ini cuaca memang dingin. Minumlah lebih banyak sup panas nanti untuk menghangatkan perutmu."
Ucap Chen Nianbai dengan sedikit prihatin.
Tanpa diduga, kerutan di kening Su Li semakin dalam dan ia dengan cepat menjawab, "Tidak, aku tidak ingin minum sup. Bawa saja anak kita kalau kamu menginginkannya. Aku ingin makan makanan pedas hari ini. Entah kenapa, mulutku hanya ingin dimanjakan dengan makanan pedas."
Sedangkan selama ini, nafsu makan Chen Nianbai selalu jelas dan tidak pernah macam-macam. Apalagi, ia tidak merokok atau minum, dan seringkali memilih makanan sangat sehat. Sangat berbanding terbalik dengan Su Li yang melakukan semua yang tidak dilakukan Chen Nianbai. Bisa dikatakan ia memang serba bisa.
Bahkan setelah minum pun, terkadang ia masih sanggup melakukan aktivitas lain. Tetapi sekarang, hanya dengan membayangkannya saja perutnya semakin terasa tidak nyaman.
Ia hanya ingin makan makanan pedas. Terlebih di musim dingin seperti ini, makanan pedas akan mampu menyegarkan perut, lalu menyebarkan panas di sekujur tubuh, yang mungkin bisa membuatnya merasa nyaman.
Dan ketika Chen Nianbai mendengar pernyataan itu, ia sedikit mengangkat alis, tetapi tidak ada satu patah kata pun yang terucap dari mulutnya. Hanya saja, sorot matanya kini justru berubah sedikit lebih dalam.
Akhirnya, karena keinginan Su Li hari ini, mereka memutuskan untuk pergi ke restoran Hot Pot dan Su Li memesan Shabu.
Sedang Xiaobai dan ayahnya memesan semangkuk sup bening. Setelah makanan dihidangkan, Su Li langsung berpesta dengan makanan pedasnya kali ini. Namun Xiaobai yang sebelumnya belum pernah makan makanan pedas seketika penasaran saat melihat cara ibunya menikmati makanannya. Bahkan air liurnya hendak menetes tak terkendali.
Jadi ia berbisik kepada ayahnya, "Ayah, aku juga ingin makan milik ibu..."
Su Li yang sedang memanjakan perutnya dengan makanan pedas yang dihidangkan dengan bibir penuh, berkilau, tapi terlihat begitu seksi, tampak tersenyum setelah mendengar ucapan anaknya, "Nak, kamu yakin bisa makan ini?"
"Uh huh." jawab Xiaobai sambil mengangguk bersemangat. Sungguh, ia sangat ingin untuk mencobanya.
Mau tak mau, akhirnya Chen Nianbai memberinya sepotong daging sapi yang lezat. Dengan perlahan, ia menyuapkannya ke ke mulut Xiaobai. Tiba-tiba, rasa pedasnya seolah merangsang Xiaobai, yang langsung membuatnya bersin tak terkendali.
"Hahaha, kamu tidak bisa memakannya, Nak." Seketika itu juga, Su Li tidak bisa menahan tawanya seraya ia mengapit sepotong daging sapi yang empuk untuk putranya. Setelah mencelupkan ke kuah yang tidak pedas, rasa menyengatnya kini telah jauh lebih bisa ditolerir. Baru saat itulah ia meminta Chen Nianbai untuk kembali menyuapkannya.
Kini, Xiaobai mengunyahnya dengan mulut lembut terbuka. Namun meski daging sapi pedas itu sudah dicelupkan ke kuah yang tidak pedas untuk menghilangkan rasanya yang kuat, tapi rasa pedas itu tetap mengalir di mulut kecil Xiaobai. Alhasil, ia hanya bisa mengipasi mulutnya dengan tangan sembari berteriak minta tolong, "... Ayah, Ibu..."
"Kamu, ya."
Chen Nianbai hanya menggelengkan kepalanya tanpa daya. Tetapi kemudian, ia langsung menggendongnya dan menyiapkan air matang hangat untuk putranya sesegera mungkin.
Tanpa membuang waktu lagi, monster kecil segera menandaskan minumannya. Bahkan butuh beberapa saat baginya untuk kembali menenangkan diri. Kini, sedikit rasa pedas itu telah membuat wajah kecilnya tampak memerah.
Sungguh, saat melihat cara ibunya makan dengan begitu bebas dan menggiurkan, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Namun saat ini, wajahnya yang kecil berkerut seperti bola dan penuh ketakutan.
Dan kali ini, Su Li tahu jika di umur putranya yang sekarang, bukan hanya mulutnya yang tidak bisa menelan rasa pedas, tetapi tubuhnya juga belum bisa menerimanya.
Sekarang, monster kecil dengan tegas menduduki "Front Persatuan" dengan ayahnya.