Bertemu Teman Lama yang Seperti Mimpi (3)
Bertemu Teman Lama yang Seperti Mimpi (3)
Bukan karena apa-apa, hanya saja, begitu melihat penampilan bocah yang tampan dan elok di hadapannya kini, ia tiba-tiba menyadari bahwa Su Li ternyata telah memiliki seorang anak.
Dan anaknya sudah cukup besar.
Bibir Tang Ye kali ini tampak bergerak. Tapi selama beberapa saat, ia tidak bisa berkata apa-apa.
Sementara monster kecil terlihat menarik tangan Su Li, lalu menatap ibunya dengan sedikit takut, dan tampak mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
Baru saja, ia bertingkah nakal dan hampir jatuh. Apa Ibu akan menyalahkannya setelah ini?
Su Li pun juga terlihat menurunkan pandangannya untuk menatap putranya.
Dengan adanya Xiaobai saat ini, ia tidak akan melakukan apa-apa dan tidak ingin melakukan apa-apa lagi.
Kemudian, ia membungkuk dan langsung menggendong putranya. Tanpa bisa dicegah, ia berjalan melewati tubuh Tang Ye tanpa berkedip, seolah-olah ia tidak melihatnya dan hanya menganggapnya sebagai udara.
Sementara itu, Tang Ye berdiri di sana seperti patung. Tepat setelah pintu terbanting menutup, ia baru membalikkan tubuhnya dengan linglung.
Bibir Tang Ye yang masih bergerak berkali-kali ingin memanggilnya atau mengatakan sesuatu padanya, bahkan meski itu hanya sebuah salam, tetapi hatinya seperti terseret oleh sesuatu yang berat saat itu.
Lebih tepatnya, ia tidak berani. Jadi bagaimana mungkin ia bisa bersuara.
Alhasil, ia perlahan turun beberapa langkah dan berdiri di sana untuk sementara waktu. Baru ia berbalik dan perlahan berjalan menuju mobil.
Hanya saja, setelah berbalik, Tang Ye menundukkan kepalanya sembari dengan lembut menarik sudut bibirnya. Dan, ya, senyum itu tampak sangat menyedihkan.
Setelah sekian lama menghilang, sepertinya Su Li tidak berubah sama sekali. Tidak, ia justru telah berubah dan menjadi lebih mengharukan dan menawan.
Tapi setelah begitu lama mereka tidak bertemu, Su Li sudah menjadi seorang istri dan melahirkan seorang putra dari pria lain.
Sebenarnya, sudah lama Tang Ye memikirkan hal ini, tetapi ketika adegan itu muncul tepat di depan matanya, ia masih merasakan hatinya seperti diremas kuat-kuat.
Kini, ia hanya mampu duduk diam di mobilnya. Setelah masuk, ia mengambil sebatang rokok, menyandarkan kepalanya ke belakang, dan menutup mata. Seketika, mobil itu dipenuhi asap yang membuat suasana semakin sesak.
Sedangkan di villa saat ini.
Sang Xia sedang membawakan teh panas dan beberapa cangkir susu hangat untuk anak-anak.
Sangat jauh berbeda dengan wajah Su Li yang benar-benar tanpa ekspresi. Sekarang, ia ambruk di sofa dengan majalah di tangan. Entah kenapa, saat melihat majalah itu, ia benar-benar gelisah dan terganggu.
Mau tak mau, sorot mata Sang Xia menunjukkan keheranan setelah ia meletakkan gelas-gelas dari tangannya.
Tentu saja ia tahu apa yang terjadi pada Su Li.
Karena memang pagi itu, Tang Ye datang mengunjungi mereka, terutama untuk bertemu sahabat baiknya selama bertahun-tahun dan istri serta anak-anaknya. Bagaimanapun, Tang Ye dulunya memiliki kesan buruk mengenai Sang Xia. Pria itu berpikir jika Sang Xia adalah ular berbisa yang cantik, yang dengan sengaja mempermainkan perasaan kedua temannya.
Dulu, Sang Xia pun juga terlalu malas untuk berkomunikasi dengannya, dan sekarang tampaknya sama saja. Namun, setelah waktu berlalu sekian lama, intensitas pertemuan mereka semakin menipis dan perasaan buruk itu perlahan memudar.
Hanya saja tanpa diduga, tepat ketika Tang Ye berpamitan keluar dari ruang kerja Rong Zhan, Su Li berjalan masuk.
Awalnya, Rong Zhan memang sengaja tidak memberitahu Tang Ye untuk datang ke acara pernikahannya. Tentu saja, alasan utamanya adalah Su Li. Su Li adalah anggota kelompok mereka sekaligus sahabatnya, jadi sebisa mungkin ia menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Untungnya, Tang Ye tidak terlalu memedulikan hal itu.
"Kenapa? Kamu sedang bersedih?" tanya Sang Xia sembari ia duduk dan menepuk kakinya.
Sementara di sisinya, Su Li masih melihat majalah itu satu per satu, dan sudut bibirnya tertarik dengan lembut, "Tidak, kenapa aku harus bersedih."
"Hm, baguslah." Kemudian, tampak Sang Xia menyesap tehnya dengan tenang.
Entah kenapa, tiba-tiba Su Li tampak tersentak. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan membidikkan tatapan tajam ke arah Sang Xia. "Kenapa dia ada di sini? Apa lagi yang dia lakukan sekarang?"
Samar-samar, Sang Xia tahu apa yang Su Li pikirkan sekarang. Jadi, ia meletakkan tehnya, lalu balik menatapnya, "Jangan khawatir, dia hanya memberikan doa untuk kami." Setelah mengatakannya, Sang Xia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Dia sudah menikah tahun lalu."