Halo Suamiku!

Kisah Cinta Manis di Hari Natal (5)



Kisah Cinta Manis di Hari Natal (5)

2Sebuah bayangan gelap tiba-tiba melompat turun, yang seketika menakuti An Xiaoyang. Ia yang awalnya tampak bingung, lambat laun mulai memberikan reaksi. Begitu menatap sosok itu, ia hendak berteriak, namun sosok gelap yang ada di kamarnya kini langsung menutupi mulutnya, kemudian dengan cepat berbisik, "Ini aku, ini aku."     

Hati An Xiaoyang bergetar kuat sembari ia melebarkan mata untuk melihat orang di depannya.     

Kini, dada kecil itu naik turun dengan hebat karena sosok yang membungkamnya saat ini benar-benar membuatnya takut.     

Sosok itu tak lain adalah pemuda tampan, matanya tampak cerah di malam yang gelap, seperti bintang yang berpijar di langit. Aroma yang menguar dari tubuhnya juga sangat khas, yang diiringi dengan keringat tipis dari tubuhnya.      

"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu gila?!"     

Setelah An Xiaoyang berangsur-angsur mulai mengendalikan diri, tinju kecilnya tiba-tiba diarahkan ke bahu sosok itu dengan wajahnya yang marah sekaligus khawatir.     

Sementara Sang No yang masih sedikit terengah-engah menarik sudut bibirnya hingga sebuah senyum menawan tersungging di sana, "Kamu takut?"     

"Siapa yang takut...!"     

Tak pelak lagi, wajah kecil An Xiaoyang benar-benar telah memunculkan semburat merah. Namun, ia berusaha menutupinya dengan mengusap wajah seraya menggumamkan kalimat itu.     

Melihat pemandangan di depannya saat ini, rasa gemas di hati Sang No begitu tak tertahankan. Mau tak mau, ia mencuri kesempatan untuk menciumnya dengan santai.      

"Sang No…!" Bentak An Xiaoyang sembari ia memukulnya dengan kekuatan lemah.     

"Kenapa?"     

Dengan sayang, Sang No langsung meraih tangannya sembari merasakan kelembutan tangan mungil kekasihnya yang serasa tidak memiliki tulang..     

Namun, An Xiaoyang segera menarik kembali tangannya dengan telinga memerah, juga matanya yang mencoba menghindar dan berbisik, "Jangan lakukan ini lagi, itu tidak baik."     

"Tidak boleh lakukan apa? Melompat dari jendela atau menciummu?"     

Senyum yang merekah di wajah Sang No kini menyiratkan godaan yang disengaja.     

Hanya saja, wajah An Xiaoyang justru menampilkan ekspresi sedikit serius. Ia pun terlihat mengerutkan mulut kecilnya sambil menatap Sang No dengan mata sedikit melotot, "Sang No, kamarku ada di lantai dua dan itu sangat tinggi. Bisakah kamu berhenti bercanda tentang keselamatanmu? Bagaimana jika kamu jatuh? Pernahkah kamu memikirkannya?"     

An Xiaoyang saja masih takut meski hanya sekadar memikirkan itu. Sekarang musim dingin sedang berlangsung dan di luar juga sedang turun salju, karena itulah jendelanya sangat licin dan akan mudah bagi Sang No untuk tergelincir.     

"Apa menurutmu aku sangat tidak berbakat?" tanya Sang No dengan nada cibiran dan meremehkan.     

Ya, ia sudah tidak seperti dulu. Setiap hari, ia telah menjadi dirinya yang baru, bahkan telah mengikuti pelatihan intensitas tinggi begitu lama. Jadi dinding setinggi beberapa meter ini saja sangat ringan dan mudah dipanjat untuknya.     

Sementara An Xiaoyang hanya mengerutkan bibir dengan wajah penuh dengan ketidaksenangan.     

Sampai akhirnya, Sang No menyerah setelah melihat ekspresi itu. Sembari mengangkat tangan, ia berkata dengan nada bersalah, "Oke, oke, aku salah, aku salah, dan aku tidak akan memanjat jendela lagi."     

Sejujurnya, An Xiaoyang tidak ingin marah padanya. Bagaimanapun, Sang No pasti juga sama menderita. Alhasil, ia menarik napas dalam-dalam, lalu menatapnya cukup dalam, "Aku tidak bisa melupakan wajahmu yang memar habis dipukuli sebelumnya, aku juga tidak ingin kamu terlalu memiliki kemampuan seperti itu. Sungguh, aku hanya ingin kamu aman selamanya."     

Setelah mendengarkan paruh pertama kalimat, Sang No hanya merasa pengendali rasa panas di wajahnya telah kehilangan bagiannya, bahkan sebenarnya ia ingin menjelaskan pada An Xiaoyang bahwa dirinya sudah lama berbeda. Namun, kalimat selanjutnya benar-benar mengejutkan Sang No.     

Bahwa ia hanya ingin Sang No aman selamanya.     

"Ambillah berenang sebagai contoh. Mereka yang tenggelam ringkali jutsru yang cukup familiar dengan dunia air. Sementara kamu yang memanjat jendela sekarang, di mana orang biasa memanjat jendela? Bukankah sama saja dengan mencari kematian?" ucap An Xioayang perlahan.     

Kini, senyum meremehkan di bibir Sang No berangsur-angsur menyatu dan berubah menjadi senyum yang dangkal.     

Kemudian, ia membelai rambut pendek An Xiaoyang yang lembut sembari berbisik, "Tidak akan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.