Halo Suamiku!

Kisah Cinta Manis di Hari Natal (2)



Kisah Cinta Manis di Hari Natal (2)

0"Tidak ada masalah. Meskipun ada sedikit kegugupan menjelang ujian, tapi nilai kami cukup meningkat. Jika dilakukan secara bersamaan dengan istirahat yang cukup dan mengerjakan tugas secara berkala, itu lebih bermanfaat untuk studi kami."     

"Syukurlah." Jawab Sang Xia dengan senyum masih tersungging di wajahnya. Tak lama, ia kembali teringat akan beberapa hal yang disebutkan oleh adiknya sebelum ini. Alhasil, Sang Xia tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, "Ngomong-ngomong, Xiaoyang, aku dengar kamu tinggal bersamanya di apartemen sekarang, bukan?"     

"Hah?"     

Tanpa peringatan, An Xiaoyang yang tiba-tiba ditembak dengan pertanyaan seperti itu tentu merasa sangat malu dan khawatir jika kakak Sang No akan berpikir macam-macam. Akhirnya, ia dengan cepat menjelaskan, "Sebenarnya, kakak, ini semua karena…"     

Melihatnya terburu-buru untuk menjelaskan, Sang Xia melambaikan tangan, "Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertanya apa makananmu terpenuhi selama tinggal di apartemen? Bagaimana kondisimu disana, apa semua baik-baik saja? Aku juga meminta bibi pengasuh untuk membelikanmu beberapa pakaian musiman... Apa kamu memakainya?"     

Seketika, An Xiaoyang dibuat tercengang ketika mendengar serentetan pernyataan itu. Tanpa diduga, kakak Sang No justru menanyakan pertanyaan di luar ekspektasinya. Rasanya ia seperti dipukul oleh sesuatu, yang membuatnya justru dipenuhi dengan kehangatan dan ia tergerak untuk menatap ke arah Sang Xia, "Terima kasih, kakak, aku sudah banyak merepotkan. Di sana, aku makan, berpakaian, dan menggunakan semuanya dengan sangat baik. Kakak tidak perlu khawatir."     

Tampak Sang Xia masih tersenyum sembari menggelengkan kepala, dan akhirnya berhenti bertanya.     

Sejujurnya, ia bisa melihat jika gadis kecil itu masih terlalu sungkan padanya. Ya, tak bisa disangkal, ia bisa dengan mudah mengerti.     

Meskipun ia dibesarkan di rumah "ayah" yang dikenal sebagai walikota ketika masih kecil, tapi ia menjalani kehidupan seperti bintang yang hilang. Selalu saja sosoknya didorong ribuan mil jauhnya. Ibu tirinya juga turut mengendalikan kekuatan finansial, yang membuatnya bahkan tidak diberi sepeser pun. Saat itu, ia hidup dengan beasiswa dan mencari nafkah dengan menjadi seorang peretas.     

Tentu saja ia tidak pernah berpikir akan mewujudkan mimpinya menjadi seorang penyanyi internasional suatu hari nanti, apalagi terpikirkan akan dinikahi oleh Rong Zhan yang begitu luar biasa.     

Itulah sebabnya ia bisa memahami suasana hati An Xiaoyang dan rasa kesenjangan yang gadis kecil itu rasakan.     

Hanya saja, semua ini tidak penting, sungguh.     

Meski tidak mengatakannya, tetapi Sang Xia percaya bahwa gadis kecil ini pasti mengerti bahwa jika ia ingin menjadi sosok yang lebih baik, maka ia harus bersama dengan orang-orang hebat. Karena itu, ia sangat layak berada di sini sekarang.     

Dan saat ini, Rong Zhan tampaknya telah selesai berbicara dengan Sang No, kemudian terlihat ia menepuk pundaknya sembari mendongak ke atas.     

Entah apa yang Sang Xia pikirkan saat itu, tapi matanya tiba-tiba bersorot lebih dalam dan mau tak mau bertanya pada An Xiaoyang, "Hei, kalian berdua tinggal bersama, kan? Apa selama ini Sang No mengganggumu?"     

Sosok An Xiaoyang yang seperti domba patuh dan polos tentu sangat terkejut. Sejujurnya, ia tidak mengerti kenapa Sang Xia menanyakannya, "Mengganggu? Tidak."     

Begitu melihat matanya yang kosong dan polos, Sang Xia hanya mampu mengedipkan mata.     

Gadis ini memang terlalu sederhana dan murni.     

Tak lama berselang, melihat Sang No mendekat, Sang XIa sengaja membuka mulutnya dengan santai dan berkata, "Sang No, ada banyak orang yang tinggal di sini hari ini dan tidak ada cukup kamar. Bagaimana denganmu dan An Xiaoyang..."     

Karena percakapan dengan kakak iparnya membuat suasana hati Sang No cukup baik, alhasil saat ini, ia tidak banyak berpikir. Dengan santai ia melambaikan tangannya dan berkata, "Tidak apa-apa, kakak, kita bisa berada di ruangan yang sama..."     

"Hah? Benarkah?"     

Bibir Sang Xia sontak tertarik membentuk huruf O.     

"Ya, ya, kita sering tidur di tempat yang sama… Aaahh…!" Ujar Sang No tanpa memerhatikan kata-katanya.      

Tiba-tiba sebuah kaki menendang tepat di pergelangan kakinya dan Sang No tidak bisa menangan ringisannya yang menyakitkan.     

Saat itu, Sang Xia segera menarik kembali kakinya sembari menyipitkan mata, "Lihat bagaimana aku akan memberikan pelajaran untukmu besok. Aku sudah menyiapkan kamar untuk Xiaoyang sendirian."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.